Surat dengan pesan keramat ulasan setengah yakin atas tertibnya dunia tanpa lonte, dan lonte yang dianggap mirip pelacur pengertian yang masih terselubung merujuk pada istilah di tahun 19-an saat masih sekolah sma dulu. lonteku artinya perempuan yang kini bersamaku namun sebelumya gonta-ganti pacar. Lonteku tak terasosiasi pada sebuah lembaga pekerja seperti pelacur, ya aku memahami demikian. Aku memilih lonteku dan tak merendahkan dia, sebagaiman pandangan dunia hari ini, pandangan domina laki-laki yang masih memandang rendah perempuan, terlebih perempuan lonte, dan bapak bapak bingung juga lelaki hidung belang membutuhkan pekerja seks."mungkin karena pekerja PSK melakukan pekerjaannya dengan status pekerja profesional" pikirku. Ya lonteku biar bersama aku saja dalam puisi esai atau mungkin catatan surat dengan pesan keramat yang tak sampai ke siapa pun.
Surat Lonteku | dengan pesan keramat
Aku tak menarik sebagai frame dalam sudut-sudut manapun, aku bukan pekerja profesiaonal dan banyak langganan, aku hanya memiliki kamu, dan kesukaan denganmu hanya karena kita sama kacau dan tanpa keteribatan institusi resmi dalam hidup cinta kita.
lonteku tak seperti pledoi. katanya " kita rapuh terhadap waktu, kaupun ragu jari kita bergenggaman sampai tewas padahal kita bebas tulis pesan apa saja dan tanpa rasa bersalah, sayang...kita tak terdidik selalu arus tak mengarah ke pantai, mungkin benar bahwa hidup tak memilih jalan kiri atau kanan"
Kita lupa sayang.., kapan kita menjadi lonte, dan tak mengapa kau memanggil "lonteku ", segala tak mengapa sebab waktu juga jarak bukan milik kita, sesekali di remang malam dan gejolak zaman, kita akan sembunyi di semak-semak. Lonteku ...kita bangsat !! untuk tak sampai sembunyi di pohon kersen tempat kecilmu dulu jatuh, lalu mengira dirimu tak perawan lagi..!.
"lonteku..kau tak perlu malu dengan trotoar yang menandai "mesum kita", atau ?!, kau merasa salah ketika tak seseoranpun berpihak padamu, aku peduli bahkan aku menuliskan catatan-catatan bangsat kita di tubuhku hingga ke memoriku agar tak melupakanmu.
Bertahun yang akut, sesekali disini...ketika malam tak menjanjikan apaapa, aku menuliskan saja namamu pada kaca yang ber-embun itu, betapapun ku menolak bayangan...mu, yang terbekas kemudian hanyalah matamu yang mungkin masih menyemburkan api, aku kan menciummu..., aku masih se-nekat dulu itu.
Ku akhiri surat pesan keramat ini semoga di kejauhan kita kau selalu mawas diri,
ingatlah : Aku selalu ada bagiku alam mimpi jauh lebih indah dari kenyataan, luka kemarin itu jangan kau baca sebagai "sepi", setelah surat dengan pesan keramat ini jangan menungguku bahkan jangan menunggu pesan, sebab ku hanya punya secarik kertas kumal bertuliskan: jaga dirimu, sayang, hidup begitu menggetarkan" |selamat tinggal by lontemu.
Kehidupan keramat
Sebelum catatan Surat pesan Lonteku dituliskan
(Mengesan rindu yang menghasut hari kita,
ya sebuah sumpek dan kejahilan penuh warna-warni),
Mengenang catatan kekurang-ajaran kita dulu, ketika musim dengan himpitan cuaca beku, itu adalah musim keterpaksaan yang membaringkan tubuh, ku menangkapnya sebagai isarat telanjang dingin dan memeluk, tahukah kau, dalam kisaran ini aku melupakan hampa, selubung, terkungkung, bahkan melupakan jalan hitam yang kita lalui di larut malam.
Aku tertawa ketika mengulang memoar itu, teringat ketika kau nikmati benar kue coklat pemberianku, setelahnya kau memberiku senyum sebagai isarat belum membelikanmu lebih dari kue coklat itu_ kau tak tahu, bahkan tak akan pernah tau, jika kue coklat itu hasil curian di kantin sekolah.
Waktu ketika kau nguping dan demikian kaget "Baco..!, beranimu nak, kenapa berani-berani sekali kau bawa perempuan itu, orang bilang dia lonte..?" ia ibuku tak tahu jika sesungguhnya perempuan yang mereka sebut lonte itu juga manusia?, bayangkan jika ia melihat parasmu, wow..
Aku akhiri memoar catatan hidup keramat ini, melipatnya tanpa menuliskan apapun di halaman depan surat itu. setelahnya kuhanyutkan saja di sungai tanpa tahu kemana sampainya, pula demi tak menyesal karena tak sempat mengirimnya.
~~~~~~
sangbaco kota raja papua.27|06|08.
Tulisan original content dalam item "Surat Lonteku | dengan pesan keramat_
_____
Minggu,08|04|2012
LONTEKU TERBACA " PERGI"
"Jejak itu, tak mudah menghapus-nya, dan aku ingat, kenal waktu penuh goda itu"
Literasi buku fiksi dengan judul "Lonteku terbaca:Pergi". persepsi rentangan pergi itu, busur-panjang dengan jarak tanpa ketetapan. Ia pelacur "asing", dalam catatan : Kekosongan dan membiarkan dirinya pergi, lenyap meninggalkan kisah sedih tentang hidup dan bisikan selangkang. Lonte yang pergi menyelami menyelami diri sendiri.
"Pergi", kata yang tak selesai, ia mengarung di antara pesan langit keramat dan hidup dalam jenak jenak penuh gempa
Katanya, " aku menggurat rindu pada guncang yang kita bawa serta, pergi-pun tak mudah melangkah. Nantilah.., kelak, aku akan menangis hingga sesak di pundakmu, mungkin...?, tatkala jarak membuat kita mengerti" (Surat pelacur)
Ilustrasi Buku : dia merasakan kekecewaan yang sangat terhadap hidup dan juga taqdir. Kita sebagai pembaca harus pintar, menyaring setiap kata yang diutarakan oleh wanita ini, ungkapan yang polos .dengan ide cerita gendre fiksi, meskipun diambil dari kisah nyata, yang benar terjadi pada seorang mahasiswi sebuah universitas di Jogjakarta.
*setahun setelah memoar itu, aku berubah
menjadi lukisan penuh jejak
lonteku ketika membaca surat itu, aku telah...
Ragaku melekat…dan
tersirap kekanvas jiwa, dan
angin musim yang mengabarkan buah, aku...
mengingatmu : serasa tiba-tiba mengenakan kepakkepak senja, aku
simultan senyum yang rahim, dan tak siapapun tahu..
Adakah kudengar lagi, nasehatmu
sebab kan ada yang menunggu hidup dan mati
Kini, aku jiwa yang pulang ke segala samudera, jiwa dengan tanga yang melukis kasih
Dalam pengasih tuhan, embun turun membekukan
dan entah seberapa dingin ? : aku bersimpuh.
_____
Sangbaco.web.id
Catatan surat lonteku dengan judul pesan keramat.
Aku akhiri memoar catatan hidup keramat ini, melipatnya tanpa menuliskan apapun di halaman depan surat itu. setelahnya kuhanyutkan saja di sungai tanpa tahu kemana sampainya, pula demi tak menyesal karena tak sempat mengirimnya.
~~~~~~
sangbaco kota raja papua.27|06|08.
Tulisan original content dalam item "Surat Lonteku | dengan pesan keramat_
_____
Minggu,08|04|2012
LONTEKU TERBACA " PERGI"
"Jejak itu, tak mudah menghapus-nya, dan aku ingat, kenal waktu penuh goda itu"
Literasi buku fiksi dengan judul "Lonteku terbaca:Pergi". persepsi rentangan pergi itu, busur-panjang dengan jarak tanpa ketetapan. Ia pelacur "asing", dalam catatan : Kekosongan dan membiarkan dirinya pergi, lenyap meninggalkan kisah sedih tentang hidup dan bisikan selangkang. Lonte yang pergi menyelami menyelami diri sendiri.
"Pergi", kata yang tak selesai, ia mengarung di antara pesan langit keramat dan hidup dalam jenak jenak penuh gempa
Katanya, " aku menggurat rindu pada guncang yang kita bawa serta, pergi-pun tak mudah melangkah. Nantilah.., kelak, aku akan menangis hingga sesak di pundakmu, mungkin...?, tatkala jarak membuat kita mengerti" (Surat pelacur)
Ilustrasi Buku : dia merasakan kekecewaan yang sangat terhadap hidup dan juga taqdir. Kita sebagai pembaca harus pintar, menyaring setiap kata yang diutarakan oleh wanita ini, ungkapan yang polos .dengan ide cerita gendre fiksi, meskipun diambil dari kisah nyata, yang benar terjadi pada seorang mahasiswi sebuah universitas di Jogjakarta.
*setahun setelah memoar itu, aku berubah
menjadi lukisan penuh jejak
lonteku ketika membaca surat itu, aku telah...
Ragaku melekat…dan
tersirap kekanvas jiwa, dan
angin musim yang mengabarkan buah, aku...
mengingatmu : serasa tiba-tiba mengenakan kepakkepak senja, aku
simultan senyum yang rahim, dan tak siapapun tahu..
Adakah kudengar lagi, nasehatmu
sebab kan ada yang menunggu hidup dan mati
Kini, aku jiwa yang pulang ke segala samudera, jiwa dengan tanga yang melukis kasih
Dalam pengasih tuhan, embun turun membekukan
dan entah seberapa dingin ? : aku bersimpuh.
_____
Sangbaco.web.id
Catatan surat lonteku dengan judul pesan keramat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar