Gerimis yang mengajari peristiwa, maka dengan ini kau gerimis yang melengkapi lahirnya puisi.
kumpulan puisi gerimis hanyalah perantara pada detik jam yang melambat untuk duduk berhimpitan... dan tak bicara, tanpa dia (sebegini dingin) maka aku tengadah kelangit kalau saja seseorang harus pulang, jika tidak maka gerimis adalah kejut cemas yang berlangsung... bergerak dan meluap. Sejuk wajahmu bak seluruh gerimis, memandangmu seolah kau-basuh wajah ini dengan gerimis, ya.., lembut sekali pijak-pijak keindahan-mu di rupaku, inikah sentuhan seteduh gerimis. Maka ketika kau memandangku, aku tahu, ada surga di sudut matamu : Sejuk, Teduh.
sejenak saja gerimis itu, aku luluh tak terkira. Kumpulan puisi gerimis selekta dengan genangan rindu, dari gerimis yang berderap di tepi pulau paling sunyi. Pelukku sepi...dan gerimis yang menumbuk bumi, kukira itu...kau yang mengajarkan tentang jarak rindu !.
menyejuk kakikaki kecil berlarian dan mencari kerang, sebab
kau gerimis yang memutihkan pasir dan karang pantai, kau pula yang memucatkaan wajah senja..., (tapi) bila kau gerimis yang menerobos malam dan mencoba tahu bahwa "seseorang sangat kesepian dan hampir mati " ?,
sungguh terlanjur mengenal isarat gerimis yang dengan telak aku menangkapnya sebagai "dekapan", pula bahwa kau gerimis yang mengajari peristiwa malam... juga tentang jarak tonasa yang mengikis gunung hingga putih. Ya..malam gerimis selalu melengkapi lahirnya buih pada ombak, dan aku di sini pada endapan yang merupa Kulambing*, ketika teriakmu dengan bahasa Mandar" kulambi....kulambi...", di sini, aku dan gerimis pulau kulambing menenun puisi ... juga rindu.
ibu menunggu kapal di pelabuhan pangkep, di tepisnya segala keraguan bahwa ia tak akan mendapat tumpangan, sedang wajahnya membayang rumah juga anak-anaknya yang mungkin sudah besar atau mereka kelaparan seperti saat di tinggalkan dahulu 2 tahun lalu. Tak henti lintasan pikiran menerawan sedang di sini, di bangku pelabuhan hanya : kumpulan puisi dalam jerit gerimis
(kupandangi langit lembut kalau-kalau kau pulang)
*Apresiasi Puisi Gerimis
sebentuk harapan mereka yang menutup sepi musim kemarau sebab sebelumnya mereka duduk berhimpitan meskipun tanpa bicara, di suatu sudut perempatan sekitar air mancur di tengah taman kota yang juga tetap panas. Sesekali menunggu gerimis di bawah naungan pohon-pohon flamboyan. Gerimis...butir-butirnya begitu jernih membasahi ujung hidung-mu, dan kuminta U kau membiarkan-nya.
gerimis adalah dekapan trotoar juga dekapan jalan-jalan utama, tempat mereka melintas berdua. Ritme yang dinantinya adalah resonansi metropolitan diantara acuhan wajah orang-orang yang bergegas menyeret keletihan. yang juga menunggu gerimis : tentu bukan lagi pada kasih yang selalu lepas dengan tangkapan kata-kata, atau sebab gerimis adalah gelora hidup untuk dihayati.... dikhidmati....., tak dimana-mana tapi disini..
sebelum gerimis maka tak ada kata janji, pun tak ada isarat-isyarat tentang esok atau lusa, yang entah akan menyatukan atau memisahkan mereka. Ketika senja terenggut tanpa gerimis, maka kesunyian mendadak tebal digenang pelupuk....
maka Kemudi ini gila sayang…, ia terjemah rindu yang terkirim tak beralamat,
ketika itulah lahir "aku" (tak selainya) : sebagai kata yang bermula dari gerimis,,, ..dan tumpah menyergap seluruhmu, hingga…. segalamu basah.
“sebuah genangan gerimis ?”, kau tebak,
padahal aku telah lipatan doa menjadi ....kata,
menjadi .....gerimis,
menjadi....pantai tempat berlabuh.
____________
Sabtu, 09 April 2011
sebab kumpulan gerimis ada beberapa obat yang tetap harus kubeli, achhiii...gadis penjual obat, tuh siswamu-ya...? LINK TERkAIT : Puisi | Seluruhmu telah gerimis. |
Puisi Gerimis1.:
ku-lelah pada hantu kemarau yang meranggaskan daun-daun hingga kering,
aku semestinya memetik kembali ingatan-mu tentang kabar musim hujan ditatapmu,
atau jarak antara ku tak sampai padamu ya ?, terdengar samar samar kau seolah menyalahkan gerimis.
Puisi Gerimis 2 :
tak kulihat lagi percikmu menyisir landai sungai yang dengan itu ku-
membuang risau padahal kau tahu malam-malamku adalah
catatan yang menanti gerimis dan berbicara tentang tanah lembab yang
menumbuhkan bunga dengan aneka warnawarni untuk kau petik.
Puisi Gerimis3 : ketika gerimis tak mengurai rindu kita : meminjam kata-kata kenangan yang jauh, saat kita menunggu,
“pertemuan kemarau dan hujan ”, adalah rindu kita yang
tersirap dalam tangantangan yang menampung luka
atau kita berbohong untuk percaya bahwa rindu adalah milik kita hari ini..?, sebuah gerimis yang entah...
Puisi gerimis4: masihkah kau kosong atau tangan gaib mesti melerai gelisahku?
disini istana debu telah terbangun sayang..., dan anakanak kita bermain dan tumbuh besar …..
Gerimisku, kupandangi langit lembut itu, musim sedang tak bersahabat dan kemarau berjalan lambat, ya.. kalau kalau kau pulang.
Puisi Gerimis 5 : di jembatan sore ini
Gerimis seperti ingin menenangkan dirinya
sendiri dalam senja. lalu iapun melintas saja dan pergi.
Entah....tapi gerimis dan senja telah saling dalam dan begitu lama berdekapan,
kini betapa aku hanya tahu
Senja dan Gerimis menjelma silhuet dan memantul pada
kemilau papan-papan iklan di sepanjang jalan, tak apapun.
kaimuddin mbck :
Kumpulan Puisi Gerimis Antar mu pulang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar