Suara dari back
stage :
Ketika itu kemarau memenuhi segalanya, sebabkan kondisi masyarakat serba
kekeringan, kesibukan mencari air tampak jelas dilakukan oleh masyarakat
pingggiran sungai, tetapi dekatnya muara menyebakan air sungai tersebut terasa
asin, kesibukan mengumpulkan air untuk keperluan memasak dan minum oleh
penduduk setempat dilakukanya pada pagi hari buta, mengisyaratkan betapa
pentingnya melakukan gerak cepat agar orang lain tidak mendahului kita dalam
bertindak, atau dengan prinsip Aja' mumaelo' ribetta makkalla ri cappa
alletennge’ (Janganlah mau didahului
menginjakkan kaki di ujung tangga). kegesitan ini bertujuan untuk mendapatkan
air lebih banyak dan lebih bersih. (Masuk
bapak seolah baru saja bangun
dari tidur)
Bapak : Oh…ti’no….ti’no…..je’ne…, (masuk Ti’no (sang
ibu) dengan tergopoh-gopoh )
Ti’no : kenapaki pak, ada apa cinta….
Bapak : Je’ne ti’no…, tena je’ne…(tangannya meraba
timba dalam ember besar atau gentong, njohe…(menunjukkan gentong yang kering)
Tino : awe yayangku kurasa deh…terus miki langsung ke laut
…setelah itu ya smallung….atau dalam bahasa jepang di sebut jatuh diri di
samudera.
Bapak : sepertinya kau tidak begitu sayang lagi
padaku, lupakah engkau senandung cintaku
dari lagunya jamrud “ inakke anrinni katte nia antureng tambantang luara tamparang
gau ampasisallaki…erokka allenga ri kamponnu mingka mallaka tallang na ikau
ngarru..”.
Tino : seharusnya anak mantu kita itu, sudah saatnya
membantu daeng, tapi tinrona ji kucini
na pakalompo…., tapi yang tadi itu romantic sekali daeng tarharuku kurasa, coba
cinta anak kita seperti kita juga kemesraan-nya ya…
Bapak : satuji masalahnya dinda….
Ti’no : apa ..?
Bapak : (menarik tangan istrinya kesudut panggung dan
membisik) anak mantu kita itu ….(matanya melirik kiri kanan) kuaki
makanna…baguski gayana…sukaki nanaiki…,e…naikji na tau, upss maksudku maalaski bekerja, (bapak berhenti berbisik) alias
“kuttu balala…”
Tino : sst…besarna suarata bapak, nadengarki nanti ?, (mengendap-endap ia
mengintip kekamar anak mantunya) pelang-pelang miki bapak seperti ini
he..”wahai sang kuttu balala, kaukah itu yang mendengkur seperti bunyi pabere…,
kami cukup terganggu di buatmu, terutama bagi anak perempuanku, bapak…(bapak
acuh ) kandaku saying……manami itu I basse….
Bapak : belumpi
pulang dari ajjujung air, begitu kemarau
sehingga di sumur kecil itu orang harus antre, annemi na ngapa attoriolonta
suka membuat rumah tinggal dan berketurunan di pinggir sungai.
(masuk basse dengan air yang di panggulnya di kepala,
ibunya mendekat)
Basse : Amma….antrianka di sumur panjannaa ada kapa 2
kilo, karena terlalu lama menunggu, sempatja istirahat di cafea (lalu
menurunkan junjungannya) bahkan berbelanjaka di alpa mart..(basse mengeluarkan
sesuatu dari kutangnya )liatmi inihe….kalung slengker, nakana njoeng anak
mudayya “pismen”. Bangunmi suamiku mma….?
Ti’no : setahunmi
suamimu begitu terus, makan tidurji na tau, sebentar jangan siapkan dia
makanan ..passang sai cipuru…, laki2 tak berguna…!(sang bapak terhentak dgn
mata melotot), bukan kita sayangku tapi ….
(tangannya menunjuk pada kamar mantunya).
Basse : aku mencintainya dan tak ingin membuatnya lapar,
dan …
Tino : ah lebayy….cukup.., lakukan saja..!(bapak
geleng-geleng saja, lalu dari dalam kamar terdengar suara “whoammm…..”, seseorang
baru saja terbangun, bapak dan ti’no : exit)
SKB : (mengambil air di gentong mencuci muka, sedang
basse duduk lelah), kopi….., mana kopi…..(pandangannya tertuju pada meja, lalu
bergerak membuka tutup makanan), mana makanannya sayang….,
Basse : eh
..anu…baruka pulang daeng dari mengambil air, dan kemarau ini benar2 tidak hanya di sikapi
dengan perasaan cinta saja, tapi di buktikan dengan perbuatan yang baik,
yaitu….
SKB : (tukas cepat) Maksudmu…., aku harus jujung Air gituu…?, tidak bisa, aku adalah
keluarga bangsawan…dan terbiasa hidup enak.
Basse : Makanmi pale itu kebangsawanan ta daeng, bukan
majjujung daeng kalo kita, mallempa….tabe ini he…(sambil memberikan alat
penjinjing ember)
SKB : (memegang penjinjing dan membantingnya )Tidak
ada kopi tidak ada makanan .., (skb bergerak mengemasi barang-barangnya dan
hendak pergi, basse duduk perih terdengar isak tangisnya, skb bersenandung)
“jangan di Tanya kemana aku pergi….”( Sela basse : daeng…) Usah ditanya kemana
aku pergi….(daeng,,,,) sedih dan pilu
tak ada obatnya….(basse : daeeeeennnnng) (SKB exit, basse tepekur seorang diri,
layar tertutup)
Season ke 2 Suara
dari backstage
: akhirnya Sang Kuttu Balala dengan jinjingan yang
turut di bawahnya seolah –olah ia akan pergi selamanya, padahal ia hanya akan
pergi ke pinggir sungai sambil mencari-cari kalau-kalau ada sesuatu yang dapat
di makan”
SKB : oh basse…sesungguhnya aku hanya permainkan perasaanmu
saja, namun. aduh …seharianma berjalan tapi tdk ada juga sedikitpun makanan
yang dapat kusantap (tiba-tiba matanya tertumbuk pada sebuah perahu dengan
muatan pisang yang sangat banyak, diliriknya sang pemilik perahu ,tumpukan
pisang yang dilihatnya membuatnya bergerak secara refleksi sambil mendekat
kearah si pemilik perahu
Bullung : (sedang duduk bersandar) ada apa ..,
kenalkan saya Ibullung sang penakluk
lautan alias passompe, mengarungi
bahtera hingga ke madagaskar, dengan prinsip “kualleangi tallanga na tualia”.
Oh…aku ingin bertanya padamu…..maukah kau kau untuk aku Tanya…?, (SKB acuh
seolah tak mengerti), lakkuta’nangng....?, apa arena anne kamponga…paham ?.what
demining…fack yu….
SKB : (menyusun mantera untuk menidurkan si pemilik
perahu, diraihnya sebuah serabut lalu di bakar, tepat ketika asap nya menebal… )
ini lah tempat yang baik untuk beristirahat, “oh anging a’miri…I Baso areng tojeng-tojenna, bella tojengmi lampana sisannangngang
bangi, si manyukang bombang tamparang , barakka kun fayakun…..”
(usai menggelar doa tersebut si pemilik perahupun
tertidur, saking nyenyaknya SKB leluasa me-main-mainkannya) de…de…napakkanaika
fak yu, watdemining…kau wat demining tong…haha..ha…(SKB masuk di balik perahu
dan melemparkan dari jendela perahu sisa kulit pisang yang telah di , SKB pun
keluar dari balik kamar perahu tersebut dengan perut buncit, sesuatu yang tak disangkanya tiba-tiba
terjadi, sang kuttubala kehilangan kendali dan pingsan di tumpukan kulit pisang
yang dilemparkannya, rupanya tumpukan kulit pisang tersebut menjadi kuburan
sang kuttubala. Pagi hari setelah penghuni
kapal terbangun, semua kaget melihat isi kapalnya tanpa muatan, pisang habis entah kemana dan kapal sudah
kosong, ditengah, tampak beberapa orang beradatangan lalu membangunkan si
pemilik perahu
A : “kemana
semua pisang yang hendak kita kirim ke kampong sebelah
B :”habiss…..kacau-sekali disini…., (menemukan ballung
) ballung..ballung bangun mako…..bangung…..(tersentak Ballung terbangun, lalu
bergerak ke bilik /kamar perahu, dan membawa semacam kentongan)
Ballung : palukka……palukka….palukka…..palukka untiii…..(A
dan B menyadarkannya, dan mengalihkan pandangannya dan menunjuk ketumpukan
pisang tersebut dan berteriak
Ballung, A dan B : Soreang…soreang…soreang……..
________S
e l e s a i_______
Soreang : serupa pedataran yang berbntuk pelabuhan
Pilihan naskah drama lainya :
4. Naskah Monolog : Ruang Tengah
5. Naskah Drama "Si Pue-pue"
6. Naskah Drama "Kebebasan Abadi"
7. Naskah Drama "Penjemput Sahid"
5. Naskah Drama "Si Pue-pue"
6. Naskah Drama "Kebebasan Abadi"
7. Naskah Drama "Penjemput Sahid"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar