Pages

06 Oktober 2012

Naskah Drama : ASAL MULA KAMPUNG SOREANG

Setting panggung dan property : Ruang keluarga sekaligus tamu, terdapat meja makan, dan disampingnya  gentong  yang tersimpan timba di dalamnya, berdebu dan waktu lengang serupa hantu kemarau 


Suara dari back stage :


Ketika itu kemarau memenuhi segalanya, sebabkan kondisi masyarakat serba kekeringan, kesibukan mencari air tampak jelas dilakukan oleh masyarakat pingggiran sungai, tetapi dekatnya muara menyebakan air sungai tersebut terasa asin, kesibukan mengumpulkan air untuk keperluan memasak dan minum oleh penduduk setempat dilakukanya pada pagi hari buta, mengisyaratkan betapa pentingnya melakukan gerak cepat agar orang lain tidak mendahului kita dalam bertindak, atau dengan prinsip Aja' mumaelo' ribetta makkalla ri cappa alletennge’ (Janganlah mau didahului menginjakkan kaki di ujung tangga). kegesitan ini bertujuan untuk mendapatkan air lebih banyak dan lebih bersih. (Masuk  bapak seolah baru saja  bangun dari tidur)



Bapak : Oh…ti’no….ti’no…..je’ne…, (masuk Ti’no (sang ibu) dengan tergopoh-gopoh )




Ti’no : kenapaki pak, ada apa cinta….

Bapak : Je’ne ti’no…, tena je’ne…(tangannya meraba timba dalam ember besar atau gentong, njohe…(menunjukkan gentong yang kering)



Tino : awe yayangku kurasa deh…terus miki langsung ke laut …setelah itu ya smallung….atau dalam bahasa jepang di sebut jatuh diri di samudera.

Bapak : sepertinya kau tidak begitu sayang lagi padaku, lupakah engkau senandung  cintaku dari lagunya jamrud “ inakke anrinni katte nia antureng tambantang luara tamparang gau ampasisallaki…erokka allenga ri kamponnu mingka mallaka tallang na ikau ngarru..”.

Tino : seharusnya anak mantu kita itu, sudah saatnya membantu daeng, tapi  tinrona ji kucini na pakalompo…., tapi yang tadi itu romantic sekali daeng tarharuku kurasa, coba cinta anak kita seperti kita juga kemesraan-nya  ya…
Bapak : satuji masalahnya dinda….
Ti’no : apa ..?

Bapak : (menarik tangan istrinya kesudut panggung dan membisik) anak mantu kita itu ….(matanya melirik kiri kanan) kuaki makanna…baguski gayana…sukaki nanaiki…,e…naikji na tau, upss  maksudku maalaski  bekerja, (bapak berhenti berbisik) alias “kuttu balala…”

Tino : sst…besarna suarata bapak,  nadengarki nanti ?, (mengendap-endap ia mengintip kekamar anak mantunya) pelang-pelang miki bapak seperti ini he..”wahai sang kuttu balala, kaukah itu yang mendengkur seperti bunyi pabere…, kami cukup terganggu di buatmu, terutama bagi anak perempuanku, bapak…(bapak acuh ) kandaku saying……manami itu I basse….

Bapak :  belumpi pulang dari ajjujung  air, begitu kemarau sehingga di sumur kecil itu orang harus antre, annemi na ngapa attoriolonta suka membuat rumah tinggal dan berketurunan di pinggir sungai.
(masuk basse dengan air yang di panggulnya di kepala, ibunya mendekat)

Basse : Amma….antrianka di sumur panjannaa ada kapa 2 kilo, karena terlalu lama menunggu, sempatja istirahat di cafea (lalu menurunkan junjungannya) bahkan berbelanjaka di alpa mart..(basse mengeluarkan sesuatu dari kutangnya )liatmi inihe….kalung slengker, nakana njoeng anak mudayya “pismen”. Bangunmi suamiku mma….?

Ti’no : setahunmi  suamimu begitu terus, makan tidurji na tau, sebentar jangan siapkan dia makanan ..passang sai cipuru…, laki2 tak berguna…!(sang bapak terhentak dgn mata melotot), bukan kita sayangku tapi ….
(tangannya menunjuk pada kamar mantunya).
Basse : aku mencintainya dan tak ingin membuatnya lapar, dan …
Tino : ah lebayy….cukup.., lakukan saja..!(bapak geleng-geleng saja, lalu dari dalam kamar terdengar suara “whoammm…..”, seseorang baru saja terbangun, bapak dan ti’no : exit)

SKB : (mengambil air di gentong mencuci muka, sedang basse duduk lelah), kopi….., mana kopi…..(pandangannya tertuju pada meja, lalu bergerak membuka tutup makanan), mana makanannya sayang….,
 Basse : eh ..anu…baruka pulang daeng dari mengambil air,  dan kemarau ini benar2 tidak hanya di sikapi dengan perasaan cinta saja, tapi di buktikan dengan perbuatan yang baik, yaitu….
SKB : (tukas cepat) Maksudmu…., aku harus  jujung Air gituu…?, tidak bisa, aku adalah keluarga bangsawan…dan terbiasa hidup enak.




Basse : Makanmi pale itu kebangsawanan ta daeng, bukan majjujung daeng kalo kita, mallempa….tabe ini he…(sambil memberikan alat penjinjing ember)



SKB : (memegang penjinjing dan membantingnya )Tidak ada kopi tidak ada makanan .., (skb bergerak mengemasi barang-barangnya dan hendak pergi, basse duduk perih terdengar isak tangisnya, skb bersenandung) “jangan di Tanya kemana aku pergi….”( Sela basse : daeng…) Usah ditanya kemana aku pergi….(daeng,,,,)  sedih dan pilu tak ada obatnya….(basse : daeeeeennnnng) (SKB exit, basse tepekur seorang diri, layar tertutup)


Season ke 2 Suara dari backstage
: akhirnya Sang Kuttu Balala dengan jinjingan yang turut di bawahnya seolah –olah ia akan pergi selamanya, padahal ia hanya akan pergi ke pinggir sungai sambil mencari-cari kalau-kalau ada sesuatu yang dapat di makan”

SKB : oh basse…sesungguhnya aku hanya permainkan perasaanmu saja, namun. aduh …seharianma berjalan tapi tdk ada juga sedikitpun makanan yang dapat kusantap (tiba-tiba matanya tertumbuk pada sebuah perahu dengan muatan pisang yang sangat banyak, diliriknya sang pemilik perahu ,tumpukan pisang yang dilihatnya membuatnya bergerak secara refleksi sambil mendekat kearah si pemilik perahu

Bullung : (sedang duduk bersandar) ada apa .., kenalkan saya Ibullung sang  penakluk lautan alias passompe,  mengarungi bahtera hingga ke madagaskar, dengan prinsip “kualleangi tallanga na tualia”. Oh…aku ingin bertanya padamu…..maukah kau kau untuk aku Tanya…?, (SKB acuh seolah tak mengerti), lakkuta’nangng....?, apa arena anne kamponga…paham ?.what demining…fack yu….

SKB : (menyusun mantera untuk menidurkan si pemilik perahu, diraihnya sebuah serabut lalu di bakar, tepat ketika asap nya menebal… )
ini lah tempat yang baik untuk beristirahat,  “oh anging a’miri…I Baso areng tojeng-tojenna, bella tojengmi lampana sisannangngang bangi, si manyukang bombang tamparang , barakka kun fayakun…..”

(usai menggelar doa tersebut si pemilik perahupun tertidur, saking nyenyaknya SKB leluasa me-main-mainkannya) de…de…napakkanaika fak yu, watdemining…kau wat demining tong…haha..ha…(SKB masuk di balik perahu dan melemparkan dari jendela perahu sisa kulit pisang yang telah di , SKB pun keluar dari balik kamar perahu tersebut dengan perut buncit, sesuatu yang tak disangkanya tiba-tiba terjadi, sang kuttubala kehilangan kendali dan pingsan di tumpukan kulit pisang yang dilemparkannya, rupanya tumpukan kulit pisang tersebut menjadi kuburan sang kuttubala. Pagi hari setelah penghuni  kapal terbangun, semua kaget melihat isi kapalnya tanpa muatan,  pisang habis entah kemana dan kapal sudah kosong, ditengah, tampak beberapa orang beradatangan lalu membangunkan si pemilik perahu

A  : “kemana semua pisang yang hendak kita kirim ke kampong sebelah
B :”habiss…..kacau-sekali disini…., (menemukan ballung ) ballung..ballung bangun mako…..bangung…..(tersentak Ballung terbangun, lalu bergerak ke bilik /kamar perahu, dan membawa semacam kentongan)
Ballung : palukka……palukka….palukka…..palukka untiii…..(A dan B menyadarkannya, dan mengalihkan pandangannya dan menunjuk ketumpukan pisang tersebut dan berteriak

Ballung, A dan B : Soreang…soreang…soreang……..




                                     ________S e l e s a i_______
 Soreang : serupa pedataran yang berbntuk pelabuhan

Pilihan naskah drama lainya : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar