Pelacur X adalah manusia zaman yang terpaksa tegak sebagai pelacur tetapi bukan pilihan. Meremang pada konstalasi kehidupan dan sebait era yang terlindas oleh simponi ambisi diri hingga di suatu masa, maka "hidup adalah pembangkangan sebagai kunyahan yang melembutkan usus kehidupan", nikmat di jalan menikung adalah simpul-an bahwa hidup dan berhubungan tak lebih dari kepentingan praktis. Pelacur /melacur itu olahan bumi dan akrab dengan tanah, sesuatu yang tak bergantung pada harga dan rohani tetapi bertahan pada fisik atau nilai materi, ketersambungan era lampau dan kini juga tak memegang mitos tentang “asli”, "palsu" dan “murni”. Hidup dalam tanda X merebak dalam setiap musim, selalu ada yang datang dan pergi, pun kematian bukan moment yang luar biasa, datang lalu hidup kemudian mati terkubur, demikian tak ada yang ganjil juga istimewa dari dunia kini yang kita anggap sebagai t4 melacur.
pelacur modern dengan pakaian atribut dan bendera-bendera, maka semua keadaan adalah baik serupa dengan kerelaan menempatkan antara tawa dan air mata keduanya bukanlah farian, keduanya sumber yang sama atau pertanda hidup. Demikian pula menggelikan-nya : kau membedakan antara urusan agama dan negara, ah sudahlah " kebebasan demikian memerdekakan dari pembatasan oleh penguasa pula dari pembatasan produksi atas nikmati kepentingan praktis". Tapi kutegaskan lagi bahwa hal ini bukan pilihan, sedang pihak tertun hal ini adalah....KETERPAKSAAN", untuk kau membedakanku dengan masyarakat biadab kapitalis yang takut dengan bom sebagai ciri masyarakatnya.
"ia pelacur x modern benar-benar alami TANPA menerima penemuan dokter ahli gizi tentang jenis dan jumlah makanan, serupa yang harus anda makan untuk kesehatan optimal"
Kata nenek Dg.Cora suami kakek (subhudesang dg Ngerang/ veteran perang) untuk mendiamkan bapakku yang reseh katanya, "upps...jangki ribut, mabuk-i Jepang-ka", atau kata "berkeliaran miko nabalukanko balandayya " dan kata orang Jepang me-cam keluarganya dengan "hati-hati pribumi itu suka mengamuk", "mereka itu gerembolan"_sejak dulu pun kita telah saling mempersetan-kan dan deselarasi nilai kehidupan melonnggarkanmu jadi pelacur x, dibumi mana lagi ketika tanpa asosiasi besar dengan syarat-syarat tertentu semacam uni Eropa, asean, Ham dll) atau semacam jamaah-jamaah. Maka kehidupan tampak roh membenturkan dirinya pada batu yang keras serupa wanita rantau yang menjual diri/ pelacur,
history pelacuran mengeram pula dalam kitab injil, tersebutlah ketika tuhan mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea"Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN."(Hosea 1:2-3) hal yang dalam penafsiran mengIdentitaskan hidup sepadanan pelacur, lebih dalam tafsiran lain bahwa persebab ayat inilah hingga Yesus di anggap sebagai keturunan pelacur/ sundul_nyaris tak guna untuk belah diri (tak menjadi pelacur) silangkait/ kausalitas peristiwa dan unsur simbolik bahasa memungkinkan sebagai kau pelacur menolak dengan alasan yang tampak seperti mabuk, haha...ha...,
_jika "aku pelacur" bukan pengertian lokalitas juga aku ekademik atau kamus belang-belang yang jelas bahwa "diri/aku pelacur" sungguh meng-akrab-kan sekaligus membuat ngerti bahwa "ruang" demikian kita paham bejadnya dan tanpa perlu mengoreksi mengapa hidup seperti pelacur, atrau menolak hal ini anda tak perlu membuat semacam boneka mirip pelacur lalu membakarnya di tengah jalan, sebagaimana para aktifitas membela /mewakili aspirasi rakyat...._ kelak sambung Insyaallah
history pelacuran mengeram pula dalam kitab injil, tersebutlah ketika tuhan mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea"Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN."(Hosea 1:2-3) hal yang dalam penafsiran mengIdentitaskan hidup sepadanan pelacur, lebih dalam tafsiran lain bahwa persebab ayat inilah hingga Yesus di anggap sebagai keturunan pelacur/ sundul_nyaris tak guna untuk belah diri (tak menjadi pelacur) silangkait/ kausalitas peristiwa dan unsur simbolik bahasa memungkinkan sebagai kau pelacur menolak dengan alasan yang tampak seperti mabuk, haha...ha...,
_jika "aku pelacur" bukan pengertian lokalitas juga aku ekademik atau kamus belang-belang yang jelas bahwa "diri/aku pelacur" sungguh meng-akrab-kan sekaligus membuat ngerti bahwa "ruang" demikian kita paham bejadnya dan tanpa perlu mengoreksi mengapa hidup seperti pelacur, atrau menolak hal ini anda tak perlu membuat semacam boneka mirip pelacur lalu membakarnya di tengah jalan, sebagaimana para aktifitas membela /mewakili aspirasi rakyat...._ kelak sambung Insyaallah
Maaf atas keberadaan tulisan ini, sebuah perihal dari kegetiran zaman menurutnya, juga bukan-Ji U harapan serupa pada hadiah nobel bagi george bush setelah bersemangat melakukan pemgeboman besar-besaran atas Irak dan Kuwait, dan post ini hal yang bukan pula karangan ilmiah populer yang menganalisis bahwa ras dengan unsur khas Negro dapat dideteksi dengan meraba ujung hidungnya apakah di tulang rawan-nya terpisah seperti pada monyet atau tidak !, bukan... ?", aku hanya sebagai "sang baco pelacur x zaman", sebelum distansi bahwa manusia modern adalah pelacur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar