Nge- gembar-gembor kembali kepada Al Qur’an dan Hadits, namun mereka gemar su’u zhon, berdebat : hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [Al Hujuraat 12]. Salafi atau Salafiyun tidak berpartai, tidak punya organisasi, tidak berjamaah. Soal benar tidaknya ?, yang lebih tajam bahwa seolah kelompoknya “pewaris sah” Salafus Soleh RA; golongan paling selamat (firqoh al najiyyah), golongan yang ditolong (tho’ifah al mansurah); Merasa dirinya 1 firqoh selamat, sementara lainnya masuk 72 firqot yang dijanjikan masuk neraka.
Tuduhan Luqman Ba’abduh (Salafi ) menulis: “Ikhwanul Muslimin adalah suatu kelompok yang memprioritaskan gerak da’wahnya dalam rangka mewujudkan persatuan kaum muslimin di atas segala-galanya. Sehingga kelompok ini tidak menghiraukan berbagai praktik kekufuran, kebid’ahan, dan kesesatan yang tumbuh subur di tengah-tengah kaum muslimin.”
Sangat tidak layak dia menulis kalimat seperti itu, ya seharusnya, Luqman Ba’abduh mensyukuri nikmat Allah atasnya, bahwa dia dilahirkan di negeri Muslim, hidup berdampingan dengan Ummat Islam, serta pernah menimba kebaikan dari kaum Muslimin. Tengarai hujatan Luqman Ba’abduh (Salafi ) di wilayah mana fenomena kekufuran itu merajalela? Di Arab Saudi? Di
Yaman? Atau Indonesia? Jika Luqman Ba’abduh menyebut Indonesia, berarti
dia selama ini hidup di lingkungan yang tumbuh subur kekafiran di
dalamnya. Sungguh, Ummat Islam bisa sangat kesal atas klaim sok suci
yang diperlihatkan oleh manusia satu ini. Seolah-olah hanya dirinya yang
hidup muslimah, sedang orang lain hidup di tengah-tengah kekufuran yang
tumbuh-subur. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik.
Seandainya di tengah Ummat ini ada praktik-praktik kemusyrikan, apakah tidak ada pihak-pihak Ummat Islam yang berusaha memperbaiki keadaan itu? Apakah hanya Luqman Ba’abduh dan kawan-kawan saja yang peduli? Jika mereka benar-benar bertanggung-jawab, apa yang telah mereka lakukan untuk memperbaiki keadaan?
Apakah mereka pernah membongkar kuburan-kuburan di masjid? Apakah mereka
pernah membubarkan acara ‘Larung’ di Pantai Selatan? Apakah mereka telah membersihkan para dukun-dukun dan tukang sihir dari negeri ini? Apakah mereka telah memusnahkan pusaka, jimat, haikal, rajah, dst. dari rumah-rumah Muslimin? Apakah mereka telah berjuang untuk menghentikan acara-acara mistik di TV-TV?
Apa jawaban mereka? Paling-paling mereka akan berkata :
“Oh ya, kami telah memerangi syirik dengan cara setiap saat berkumpul di majlis taklim, membahas dan diskusi kitab-kitab tauhid karya para ulama ahli ilmu.” Ketika didesak amalan kongkret, lebih dari sekedar duduk-duduk di majlis ilmu, mereka berkilah, “Ya, kami bertakwa kepada Allah sekuat kesanggupan kami. Kalau belum mampu berbuat, ya sabar dulu!” Laa quwwata illa billah. Klaim mereka telah melesat ‘setinggi langit’, tetapi ketika ditanya soal tanggung-jawab kongkret, jawabannya selalu itu-itu saja.
Keadaan di Masjid Babul Hasanah Maros, Sejak lima tahun lalu bila bukan Salafi yang khutbah Jumat maka para anggota salafi akan masuk masjid untuk shalat jumat pas/tepat ketika ceramah jumat usai dilaksanakan, tampak seperti (atau perasaanku saja) menanamkan kesombongan & kebencian , yaitu dengan mendoktrin para pengikutnya untuk menganggap sesat amalan orang lain dan menjauhi amalan tersebut, serta menganggap bahwa kebenaran hanya yang sejalan dengan mereka. Pada kenyataannya di lapangan, Salafi bukan saja telah mendoktrin untuk menjauhi suatu amalan, tetapi sekaligus menjauhi para pelakunya, dan ini berbuntut pada rusaknya hubungan silaturrahmi. Aku sendiri (Kaimuddin Mbck) sebab mengikuti semua kelompok pengajian pun didehkan gelar sebagai "pramuka" di sana senang di sini senang, haha..ha..tak mengapa..., dibanding hujatan Salafi dengan kebencian terhadap para ulama yang menulis kitab-kitab agama dengan ikhlas hanya karena tidak sejalan dengan paham Salafi.
__________Catatan Kaki :
*Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak II: Menjawab Tuduhan, Al Hujjah Press, Jakarta Timur, cetakan I April 2007, hlm. 100-101.
*Prof. Dr. Ali Jum'ah, Menjawab Dakwah Kaum Salafi'
*Syaikh Idahram "Sejarah Berdarah Sekte Salafi "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar