Tatapan Siti Hajar menubruk pundak Nabi Allah, karena Nabi Ibrahim As tiba-tiba ingin segera meninggalkannya “apakah kau akan meninggalkan kami disini, yang tanpa sebuah ranting keringpun ?, “, 2 kali pertanyaan tersebut bak menjotos genderang telinga nabi Ibrahim, namun ia tak menjawab bahkan tak membalikkan wajahnya, lalu menghunjam pertanyaan ke3 “apakah ini perintah Tuhanmu ?”, Nabi Ibrahim As pun membalikkan tubuh lalu mengangguk, dengan mata yang terlihat telah tumpah dengan kesedihan, Ibrahimpun kembali ke Kanaan atau Babilonia ( Irak sekarang), memasrahkan istri dan anaknya pada Allah SWT. Sedang Siti Hajar menenangkan dirinya dengan keyakinan, "jika karena tuhan, tentu Dia tidak akan menyia-nyiakan kami ?" ujarNya.
![]() |
gurun tempat ka'bah dibangun (simbolik) |
![]() |
suku jurhum |
Dalam proses kesulitan Siti Hajar mencari air maka Ismail kecil dengan kaki mungil menghentak bumi lalu secara ajaib muncratlah mata air, sedang Siti Hajar bereaksi mengumpulkan air tersebut dengan menghelanya, secara refleksi ia berkata “zamzam” yang dalam bahasa ibunya yaitu bahasa Palestina artinya “berkumpul…berkumpullah…”. Akibat penemuan mata air abadi ini, berselang tak beberapa lama Siti Hajar dan Ismail tiba-tiba kedatangan musafir dari arah seperjalanan pinggir laut merah dengan melihat banyaknya burung2 beterbangan di sekita mata air tersebut, tentu hal adalah gelagat akan adanya sumber air atau kehidupan, mereka pun memutuskan untuk tinggal. Kelompok tersebut adalah Suku Jurhum dari Yaman dengan tujuan hijrah mencari air sebab bendungan mereka di Yaman tiba-tiba roboh, dan sejarawan lain meprediksi “kering secara tiba”, dan sumber lain baca (1*) hal yang lebih banyak disebut sebagai sunnatallah atau pengaturan Tuhan, Kata kepala suku Jurhum “bagilah air itu pada kami, dan sebagai imbalannya kami membayar upeti padamu”, maka kesepakatan hal tersebut mejadikan satu komunitas awal di sekitaran Ka’bah dengan penanda bangunan tersebut masih tampak seperti pondasi .
------
1* : dam raksasa ini jadi rusak dan tidak dapat lagi melawan air bah, terutama air bah yang disebut "Sailul Arim" yang diceritakan oleh Tuhan di dalam al Quran (surat Saba ayat 16). Sailul Arim ini mesebabkan kehidupan di Yaman mengalami perubahan besar. Penduduk Yaman terpaksa mengungsi kebagian utara Jazirah Arab, karena air bah yang besar itu telah melanda dan menenggelamkan negeri mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar