Menguji Ucapan "Tabe' di Jakarta

Selasa, Januari 22, 2013

Menguji ucapan "tabe.." di Jakarta, ulasan perjalanan atraksi lisan dalam respon / tanggapan masyarakat Jakarta ketika pelaku melakukan sikap tabe di depan jajaran kedai di area Kampus IKJ (Institut Kesenian Jakata). Jawaban ini mungkin terlalu disederhanakan,“SIKAP TABE ?, ah... itu biasa saja.”, tapi bagi yang belum ngerti esensinya kan jadi bertanya-tanya bahkan mungkin saja rumit, ya... tabe ini  asal muasalnya adalah tata krama yang tersertakan dengan sikap takzim yang diproduksi dari kearifan lokal Bugis Makassar, atau hal yang lahir dalam pembelajaran kebiasaan dari keluarga kerajaan juga kebiasaan yang ditanam oleh to maradeka atau orang arif pada rumah-rumah pangangadakkang : sebagai tempat belajar tatakrama. Simak tanggapan menguji tabe di jakarta oleh kaimuddin mbck, semoga bermanfaat.

Refleksi Tabe patung Bugis Jogja

Menguji  Ucapan "Tabe' di Jakarta

Sore di IKJ depan teater Luwes, tampak jajaran mahasiswa/i yang sedang duduk, pengalaman dalam ketersingan budaya memulai cerita ini ketika seorang pelancong dari Suku Bugis Makassar, ia berjalan dengan melakukan sikap tersertakan lisan" tabe.." di depan jajaran mahasiswa/i yang sedang duduk. Tampak respon mereka berbeda-beda menanggapi sikap tersebut, ada yang tetap duduk dengan dua tangan merapal kedada, juga ada yang tetap duduk sambil membongkokkan badan, lainya berdiri dan mengapitkan tangan di ketiak, haha..ha..

Tanggap sikap mereka /respon mahasiswa itu menerima laku demikian , mereka berubah lebih santun dan tetap keheranan. Tapi tak dinyanah tampak senyum tulus terpancar dari wajah mahasiswa /i tersebut seolah terefleksi oleh angin dari arah kampung, bahkan sebagiannya bergeser posisi dengan sikap pula menundukkan badan. Baca : Santun

Usai tabe, nonton Pemusik IKJ show " beethoven gonna kill us", 
foto oleh  Daniel Ridhwana Freelance Musician/Composer
Merelay sikap dan lisan Tabe pada suku Bugis Makassar dalam keseharian dengan mudah  dapat kita saksikan,  seperti sebuah atmosfir bentangan tata krama yang berbentuk budi pekerti, tabe itu akan mengantarkan kita  tentang penghargaan, kerekatan atau prilaku cipta kasih-sayang, ya sebuah kesempurnaan dari kekayaan atas energi utama ruh yang seharusnya diterapkan. Demikianlah sikap tabe ini sebagai hasil sikap yang menyertakan hati dari olahan kearifan lokal sebuah tradisi budaya.

Tabe sebagai pola pengasuhan ini  pada gilirannya pasti berperan besar dalam pembentukan karakter anak dalam perkembangan sifat santun dan hormat. Oleh karenanya  memberi kesempatan mengaktualisasikan  sikap tabe ini dalam menghormati dan menghargai orang yang lebih tua dan senior demi nilai etika dan budaya yang  harus selalu diingat, sebab dalam sikap tabe pula menunjukkan adanya sejenis kecerdasan sikap yang memungkinkan terbentuknya sebuah perkenalan akan nilai-nilai luhur bangsa atas anak didik atau generasi muda kita.

Dalam sebuah studi perbandingan sikap yang dilakukan oleh Heine, Takata dan Lehman pada tahun 2000 yang melibatkan responden dari mahasiswa Jepang dan mahasiswa Kanada dinyatakan bahwa mahasiswa Jepang lebih tidak peduli dengan inteligensi dibandingkan orang Kanada. Hal ini disebabkan orang Jepang lebih menghargai prestasi sikap arif didasarkan pada usaha keras daripada berdasarkan kemampuan inteligensi. Artinya, bagi orang Jepang kemauan untuk menderita dan berusaha keras menuju nilai yang lebih penting daripada kemampuan dasar manusia seperti inteligensi.

Adapun pengertian "sikap tabe" serupa menyampaikan permisi ketika melewati jajaran orang yang sedang duduk sedang ia lebih dewasa atau tua, dengan cara menunddukkan sedikit badan sambil berjalan dan meluruskan tangan disamping lutut.

pilosofi tabe dalam angaru
Implementasi "Tabe" sebagai tata krama melintasi orang yang sedang duduk, Adapun melakukan tabe dengan implementasi makna kontekstual yaitu:  Tidak menyeret sandal atau menghentakkan kaki., dengan mengucapkan salam atau menyapa dengan sopan, juga bahwa sikap  tabe adalah permohonan untuk melintas/  permisi bila melintas orang yang sedang duduk.  Silangkait sikap tabe yang lain dengan memperhatikan, bahwa bila berjalan bersama tidak berjajar sehingga mengganggu orang lain, membuang /menyingkirkan dari jalan segala sesuatu yang membahayakan. tabe mengoptimasi untuk tidak berjalan sambil berkacak pinggang. hingga tidak usil dan mengganggu orang lain. tabe...berakar sangat kuat sebagai etika dalam tradisi atau  sama halnya seperti pelajaran dalam hidup, didasarkan pada akal sehat dan rasa hormat terhadap sesama.

Mirip tabe, ilustrasi sikap sopan abdi dalam kraton Yogyakarta
jika perihal tabe tak diindahkan simpanlah untuk diri pribadi, minimal tak melakukan hal yang memalukan juga arogansi ketika melintasi masyarakat/suku-suku lain saat mereka sedang duduk.

Bincang-bincang tentang  tabe
aktualisasi "tabe...: produksi kearifan lokal Bgs Mksr" tidak berseberangan dengan pahaman Agama Islam...juga bagi etnis lain.... (menyukai ini : Appona Nene Pakande dan Uchie Yuzhryi )

Irfan Maulana Ago :  Tabe' itu seperti apa bang?
Sang Baco  : melintasi jajaran orang yang sedang duduk dengan mengatakan " tabe...dan sikap tubuh sedikit di bungkukkan dan tangan dibanjarkan disamping lutut_ sedang kontekstualnya > memberi penghormatan /tindak sopaan pada orang yang sedang duduk....dst

Irfan Maulana Ago mirip seorang ata (seorang hamba) terhadap karaeng (raja)
Sang Baco bisa demikian...., tapi esensialnya maka secara plural bagi Bugis Makassar lebih pada sikap santun/ menghargai.

Irfan Maulana Ago : ooow...jadi budaya kita banyak dipengaruhi oleh aturan2 kerajaan yah
Sang Baco :  kini ...tidak, sebagiannya...saja, kecuali pra islam
Irfan Maulana Ago :  ato mungkin adopsi???
Sang Baco : bisa demikian...dek, (sebagiannya) ada kaidah bilang gini : "sedang produk kearifan itu silangkait dgn fitrah".< hal yg terkoneksitas dgn kehidupan, bahkan menjadi pahaman ..., haha...
Suka Irfan Maulana Ago :  oooww

Sang Baco ngejelasin lagi boleh ya.._ fitrah itu (ada dalam diri setiap org) semacam titipan dari tuhan (dzawq) dgn menerima, melakukan bahkan, (penasaran) mencari kebaikan ....hal inilah dalam peride awal mengakhiri hukum rimba/ sianre bale (bhs Bugis) dalam kelanjutan populasi manusia.
Irfan Maulana Ago : agama, kerajaan dan fitrah...terus dimana budaya lokal yg sesungguhnya???

Usai tabe Intraksi KBM materi kearifan lokal wajo
Sang Baco produksi kearifan itu, timbangannya dari hati/ oleh hati nganggap itu kebaikaan, maka wajar jika tak menyelisihi agama dan dijadikan aturan awal pra islam bagi masy budaya Bugis-Makassar,  kaidah kemasrakatan bilang  "makin sensitif seseorang ngejawantahkan pappaseng/ salah satu produksi keaarifan lokal bgs mksr) maka kian tinggi pula penilaian stratifikasi masy akan melekaat Pd-nya_  Tulis Kaimuddin Mbck
________
Sangbaco.web.id
original content item | Menguji  Ucapan "Tabe' di Jakarta

You Might Also Like

1 comments

  1. Tulisan Yang Sempurna kanda muda di cerna dan dipahami
    Ternyata selama ini Anggapan saya mengenai kata "Tabe" itu Gak tempat karena biasa saya dengar istilah "Tabe" itu bede (Tanja Bembe) he he he:D

    BalasHapus

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images