Catatan, sore dan kaki kecil gerimis yang jatuh di sungai serupa pesta, rinai yang penuh buncah dan riam sungai berlari menuju muara, nun jauh bak gelombang, sesuatu bergerak di sana dari pandang jauh ketempat bola senja, kau dan tatapanmu pada senja, semaikan diri dengan kegilaan yang aku kenali, "aku jatuh cinta pada senja, senja di matamu". Catatan senja separuh ke-gilaan ulasan gejolak rasa pada tempat senja itu jatuh, sedang kau menunggu dan tak pernah berkata "tidak", kau aneh-aneh saja terhadap senja yang selalu harus kita simpan, uh begitu "gila" atau kau senja itu ya..: aku ingin memelukmu.
Seharusnya ada yang seperti senja..
Melerai pertentangan antara siang dan malam dengan menghadirkan satu rupa keindahan yang sempurna.. sehingga tak satupun diantaranya yang mampu menipu kekaguman pada bentuk pengingkaran…
Senja yang lindap dari peta matamu, aku ingin mendekap kegilaan itu, aku ingin menghirup nafasmu yang hangat lalu menghembusnya kembali kelehermu, masih terasa santun bila waktu merestui hari berganti sebab kau senja yang datang juga pergi, Lihatlah ....setiap kali senja itu hampir tenggelam, sungguh rupamu tertahan penuh khusyuk : apakah ini rindu atau larutan emulsi yang separuh gila ?,
Cerita tentang senja dan angin beringsut yang kutandai (waktu itu) "sesaat setelah angin aku di-betismu di celah belakang", ketika itulah....aku lindapan penuh beku tanpa pernah terjaga, aku cemburu pada "goyangan angin yang mengibas kain rokmu", itu sangat kejut... itu sangat jurang..., sangat indah...aku ingin mati disitu....dengan mata terbuka.Uh....
Catatan senja | Separuh dari kegilaan
pada semua yang menyertaimu kini :
tak lain adalah gores yang menghitung hari, yang mengapit lengan, menarikmu pulang pada kans yang tiba, tepat saat waktu kugoyahkan lidahmu dan kau mafhum bahwa "aku lebih senja dari apapun, haha..ha..
awas ya ?
: kurafalkan bahwa warna terindah adalah senja, terlebih tatkala senja mengajariku tentang kegilaan rindu : itu kisah-ku.
Catatan senja dan wajahmu simultan kilau itu, yang menerangkan warna juga ke-kuatiran, Aku tetap siaga jika remang malam menghapusmu dari garis edar cakrawala, Aku hidup untuk menunggu....dik!, aku mati pada kenang, aku menengadah Tuhan memohonkan-mu, uh...hal yang bukan lagi dari separuh kegilaan, nekat aku menyimpanmu, uh dasar kau benar-benar bangsat, yang merampas segalaku : bisu !.
______
kaimuddin mbck "di pinggir sungai Marusu, 2010
kunjungi puisi ter-kren Selalu senja separuh dari ke gilaan