Atmosfer | Rindu Pagi di Malioboro
Rabu, Januari 23, 2013
Rindu Pagi di Malioboro, catatan atmosfer dini hari gerak kehidupan, kisah di tulis untuk diri sendiri, ya.., sebuah apresiasi teks bebas untuk meluahkan nuansa pagi juga apa yang tersirat dalam hati, mungkin juga rindu. Jika rindu adalah catatan maka, rindu pulalah yang membacanya. Menuliskan peristiwa, selalu tak lupa memandang ke bawah, perihal ini sering penulis istilahkan dengan " ya...tulis-tulis saja", sebagaimana top item blog sangbaco ini. Atmosfer | Rindu Pagi di Malioboro judul dengan dedikasi, " agar merasa dimanapun aku ...maka kau tak luput ku serempet". Maliobor pagi sepanjang mata melihat jika bukan gerobak dengan layanan bubur , maka yang lain gerobak angkringan sedia kopi atau teh, kue plus nasi kucing.
Sekali saja Malioboro,
dalam puisi dan sejumput
peristiwa mengerang,
akhirnya tak siapapun merelakan-nya gugur seperti bunga
yang memenuhi bangku taman yang sepi : Tidak di Maliobor
dalam puisi dan sejumput
peristiwa mengerang,
akhirnya tak siapapun merelakan-nya gugur seperti bunga
yang memenuhi bangku taman yang sepi : Tidak di Maliobor
Tapi tak demikian saja sebab baru saja melintas seragam-an perempuan memakai baju senam putih bis merah menutup jalan dengan bentangan kain yang mulai lusuh, seolah telah digunakan berulangkali bertuliskan " maaf, sejenak kami menghalangi jalan anda untuk Malioboro pagi lebih fresh", tentu peringatan itu bukan buat rombongan kami melintas, sebab searah jalan itu sesuatu telah menunggu kami, ia pak Husnan menawarkan,"bubur ayam pagi ", dan di sampingnya berdiri penjaja koran yang terlihat bersemangat.
~~~
Aku-merasa
ikut, “menggauli” Maliobor,
segala rindu pagi, terlebih
malam remang, mengajak ke-hal
indah juga/ buruk, sebab jika malam datang, kita mudah tersesat,
seperti prinsip, " Rindu terlebih syahwat bukanlah sebuah keterlanjuran", sebuah sindrome kah, ini atau hanya hiperbolik ?
~~~~~~
Jika kata hati bukan kebenaran, tapi cerita ini telah di dahului dengan henti Trans Yogya di pagi ahad Malioboro. Se-hitungan jarak sekilo dari titik nol Jantung kota Malioboro. Titik "0", mungkin di sana, ujung jalan sebelah utara, mungkin ?. Kata "mungkin" adalah perkiraan pelancong yang baru tiba dan mabuk laut. Mari merelay sejenak dan cobalah menyerap embun pagi yang masih tersisa di ujung jajaran pohon-pohon asam kota wisata ini.
~~~
Malioboro...
Atmosfer yang
menyulapmu tampak
tulus dan dan masih perawan
menyulapmu tampak
tulus dan dan masih perawan
"Sayang, ingatlah hari itu
: Detak jam tak bergerak.
: Detak jam tak bergerak.
~~~~~~~
Rindu pagi di Malioboro, tempat tersendiri di hati masyarakat. Kota istimewa, katanya, memiliki berbagai spot menarik di setiap sudutnya yang menjadikan Jogja kerap dipilih sebagai destinasi wisata. Ada banyak hal yang menjadikan Kota Gudeg ini istimewa, mulai dari kuliner, spot alam, hingga peninggalan sejarah yang tersebar di seantero kota.
Keistimewaan itu ditambah lagi dengan keramahan penduduk lokal yang membuat atmosfer kota terasa sangat hangat. Tidak ketinggalan, biaya hidupnya juga terbilang murah sehingga kamu nggak perlu takut kocek tipis saat liburan akhir tahun.
Pagi yang tak biasa sebab jalan-jalan
di sepanjang Malioboro dipadati oleh pesenam pagi kami memberinya istilah sendiri "Malioboro me-refresh-kan diri dari kepenatan, kebisingan pedagang dan polusi kendaraan bermotor". Rekan kami Ramli Ps ikut mengambil bagian sebab kegiatan senam tersebut tidak
dibatasi pesertanya; bahkan komunitas difable pun terlihat juga ikut
mentegarkan suasana pagi di Malioboro. Arahan instruktur senam melalui panggung kecil di tengah jalan tak memberi respek apapun bagiku, kecuali jajaran warung-warung yang dinaungi oleh tanaman merambah memenuhi trotoar jalan, haha..ha..benar-benar surga wisata.
Geseran 3 jam waktu beranjak, trotoar Malioboro seakan berganti selimut. Warung-warung lesehan pedagan batik, souvenir dan angkringan muncul bak jamur di musim hujan menawarkan ramahnya Jogja, tak terkcuali pula nikmat gurihnya tempe bacem dan legitnya teh hangat, suasana Jogja yang nyaman menjadi oleh-oleh yang paling berkesan.
Usai senam pagi dan bubur yang ngendap di perut, kegelian kembali meruak ketika sejumlah pramuniaga sebuah departemen store membawa papan diskon, saat
berpromosi di Jalan Malioboro, kukira hal ini adalah pemasaran
dengan cara yang unik menggoda minat beli, uh terbayang 3 wanita manis ini memastikan bagasi kapal tumpangan pulang kelak menyesak barang, bilangnya penuh koor "jangan sampai tidak bang.., kan tinggal gesek.!, What...??"_Tulis : Kaimuddin mbck
~~~~
Sangbaco Malioboro. 23|01|2013
Atmosfer | Rindu Pagi di Malioboro
~~~~
Sangbaco Malioboro. 23|01|2013
Atmosfer | Rindu Pagi di Malioboro
0 comments