Sore dan Senja dengan warna yang tak terkira indahnya. demikian jingga seluruh bumi, cahaya seperti diarak ke seluruh raya, jingga yang benam pada gunung, pohon besar serta
tiang-tiang kokoh tampak dimiringkan, bahkan hendak di rebahkan, ia (cahaya sore) menggelitikmu tentang kekuatan... perjuangan yang diam-diam
akan raib dan akan kau tangisi itu. karena malam sebentar lagi merampas
segalanya, juga menyekap sore tempat waktumu memuai senyum. Cahaya sore itu hanyalah peristiwa alam yang menghamba nan juga khusyu (*) pada pemilikNya.
Setelah maklumat sore se-bentar, jika ada tangis maka
menangislah pada yang menguasai kegelapan juga tumpahkanlah air matamu hanya pada yang menguasai sore
yang sakral ini, sebab Dialah Tuhan yang mengetahui dirimu melebihi
pengetahuanmu tentang dirimu sendiri....
sebab ia takut dengan bayangannya sendiri...!!
mantra-pun dirapal untuk sesuatu yang tak terlihat (setan), cahaya sore itu ada yang menyangkanya : bumi hendak dihancur leburkan, manusia bersimpuh, riwayat nubuwah kembali di gelar. 3 Puisi caHaya sOre itu
Dalam badai hujan Meremang cahaya sore
Secepat istighfar dan hanya Do’a menutup segala lantunan,
kisah Khusyu dan bumi bergetar syahduh, hamba menekur sedalam kegelapan.
Risau mengadu pada doa hingga larut malam, segala petaka di-
tandai jika sore kemarin adalah angkara atau tadi pagi kilau ambisi diri memahat kebatinan
" ya Allah tidakkah kabut malam ini menyelimuti bulan sya’ban, bintang terang menghela awan,
cahayanya terang bertasbih sedang hujan berharap membasuh bumi, menyenyakkan tidur hamba.
(Demikianlah fenomena alam selalu berakhir dengan prasangka baik, sebab pencipta mendengar persangkaan baik hambaNya).
Redup cahaya sore dalam bingkai Pappaseng atau pesan masyarakat Bugis menerawang "riwettu sellung mataessoe' na eloni nradde wennie', pettama manengi ana'-ana'mu risabekeng nrarai' setange " (terj Bahasa Bugis : jika sore dan matahari hampir tenggelam, anjurkan anak-anak masuk ke-dalam rumah sebab itu tanda setan mulai berkeliaran).
Catatan kaki :
Khusyu (*) : Makna khusyuk inilah yang digunakan oleh Rasulullah dalam ucapannya saat melakukan rukuk. Rasulullah membaca doa ketika rukuk yang artinya, "Pendengaran, penglihatan, otak, dan tulang belulangku tunduk kepada-Mu". Ketika itu, Sa'id bin al-Musayyib melihat seseorang menggerak-gerakkan tangannya sewaktu shalat. Gerakan tangannya itu tanpa dimaksudkan untuk perkara yang penting dan mendesak. Said pun lantas mengatakan, "Seandainya hati orang tersebut khusyuk, seluruh anggota tubuhnya akan khusyuk."
____
Sangbaco.web.id_Mei|30|2014
item puisi religi_judul "Getar Hamba dalam Cahaya Sore"