Banjir Bahasa Rindu

Kamis, Maret 07, 2013

Kenyataan bahwa rasa dalam hati merupakan kecamuk yang mesti di bahasakan, anganku melayang jauh..pergi padamu menjelma bahasa, inilah "rindu", sebuah ekstraksi bentuk terindah dari hati. Lucu ketika rasa rindu itu bergema, segala pintu tafsiran ia buka, seolah kau tak di manapun, kecuali lengkap untuk di bahasakan. Musim hujan yang hampir menapikan rindu, sebab kota terlebih lembah bagai banjir bahasa rindu. Kau di kampung seberang dalam genang air, dan se-basah rindu ini, tak terkecuali, memenuh di berita, media dan stasiun tivi, banjir bahasa rindu tak hanya kau sayang..., juga adalah apresiasi menekur diri tentang alam yang tak bersahabat. Namun cinta tetap mengerang di dada. Dalam rindu ini aku tak peduli banjir, jika saja kau ada dan segelas kopi berdesau pekat.  Simak ke-kacau-an literasi bahasa rinduku.  

Banjir Bahasa Rindu
sangbaco 07|03|13

Bahasa rindu tak ubahnya mencari kata-kata
bahasa rindu melebihi seluruh hasrat
Dalam setiap rindu, bahasa selalu ruang yang lerar,
    : serupa desir angin sore menggerai rambut dan wanginya merebak, Upsss...

Bahasa rindu adalah malam yang menyeret sunyi ke-kedalam sunyi yang lain, tepin yang mencari-cari tempat untuk digerayangi, jangan ....sembunyi dimanapun ?!

Ya..bahasa rindu bukan lagi milik imajinasi, ia udara yang terhirup 5 kali seper menitnya, ia menjadi  seperti yang kau inginkan, dan bila ia menghampirimu kau akan menangis melihat kesedihannya....,tak kala kau tak menyambutnya dengan pelukan

Bahasa rindu yang memahat kata setia penuh janji
: jangan mengelak demikian tajam rindunya
__________________
                                                                    

Kata Kiasan dalam Bahasa Rindu
1| Metafora rindu itu rantai keheningan lalu bayangan menari-nari di pelupuk, dan menunggu hari dimana kamu menjelma, hingga minggu saat sepi memaksa, dan sebulanan untuk sua itu  ingin segera dibereskan,  Sudahlah…
Tepis jarak rindu itu, Bahasa tak cukup cerdas mewakilinya.

2| Di remang cahaya malam,  aku terlalu larut dalam keheningan, keinginan yang mengelana seperti mencari harapan diatas keresahan, tanpamu
ini rindu tak bisa lagi di lukiskan.

3| Rindu itu jauhnya ilusi berkelana, hasratnya merasuk bahasa sesekali gemerlap lalu redup silih berganti, semua bercampur aduk, entah ia bertahan seberapa lama. penuh kisah penuh bahasa.

4| Rindu yang Menyerah, sebab jalan menujumu menghitam, 
Selaksa gemintang yang beratap cakrawala menuliskan beberapa aksara
Tentang luka, dan segala rindu yang menyiksa, ini hanya kisah tak sesiapapun tahu, senyummu membayang menarik luka sepi. 

5| Nyanyian semu adalah bahasa dengan Gemeretak bunyi aksara, dalam gumpalan kecewa, Kau tahu kenapa? Sebab rindu menggebu, dan ia tak pernah memilikimu, seperti lagu, ia rindu dan halusinasi berkata "tunggu aku di sini, sayang.." 

6| Dan keheningan malam resapkan rintihan rindu, Tahukah kau kasih, dengan rindu tak ada awal pula akhir. Kau abadi dalam kesendiriannya.

7| Rindu yang meminta untuk kau mengerti, sebab Raga dan hatinya bagai desau angin yang selalu pergi padamu tanpa pernah pulan, entah ia menemukanmu atau "tak"
_______
Apresiasi Banjir: catatan langit yang menumpahkan hujan, dan dengan enteng mencipta banjir, segala-gala basah bahkan hingga bantaran sungai tertutup air, banjir yang meng-istirahat-kan kesekolah, dan membawa pergi semua ikan di kolam tanah. Seberapa banjir sebab tiang rumah panggung mulai digetar arus, bahkan telah melepaskan tangga dari induk rumah. Apresiasi banjir, dan hujan tetaplah pemeran utama yang baik. Air pemeran ke-dua antagonis tak sesuatupun kecuali di resapi, duit basah, gak ada ojek bahkan sang pacar di setubuhi. Pelakon selanjutnya sebagai penyelamat tak tiba-tiba jua, kabarnya ia pergi tarian  di bandara acara penjemputan_


Apresiasi serba-serbi dan banjir adalah panggung aksi hari bahkan minggua-an, rindu apresiasi dan tanpa properti bersihkan kolam, sebab esok kolam terisi nila sekeranjang. "Tapi ini belum kiamat", kataku mengelus dada.


YA RINDU ITU SEBUAH KATA DENGAN PERISTIWA YANG KERAMAT.
rindu yang mengajakmu pulang kepuncak sepi atau menepi kekursi-kursi taman meratapi kesendirian. ...  ia disini : bersimpuh pada senyum yang pernah dilihatnya. Pada getir di pundaknya, ia lari ke segala arah untuk sekedar berbisik, "adakah yang lolos dari jerat rindu ?"
_____
Sangbaco.Maros 

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images