Film Kearifan Lokal dalam "Interaksi Pembelajaran"

Minggu, Maret 31, 2013

Sebelum kearifan menjejak, 700 tahun lalu masyarakat lampau Bugis Makassar mengalami kekacauan yang sangat luar biasa, insiden tersebut berupa perang antar kelompok yang berkepanjangan, dalam istilah Bugis "sianre bale (saling memakan bagai ikan, atau sianre bale dengan maksud "bahwa yang kuat menguasai yang lemah atau si pemenang memperlakukan yang kalah sesuai kehendaknya. ya sebuah keadaan yang tanpa norma/ hukum, keadaan yang "chaos".


peserta Film Kearifan Lokal dalam "Interaksi Pembelajaran"
Berselang kemudian aturan itu datang mendamaikan masyarakat Bugis Makassar. Pappaseng mulai dikuatkan "labe' ni lino pammusuang ri engkana gau deceng akkatenningeng " : masa kekacauanpun berakhir setelah lahirnya teks kebijakan yang dicetuskan oleh panrita atau orang bijak dengan timbangan sastra kearifan yang lahir dari kontemplasi atau pemikiran yang dalam.  Maka kita menemukan aturan tersebut dalam kaidah teks selama 600 tahun menenangkan hati masyarakat budaya Bugis Makassar, bahkan hingga kini jejaknya masih terasa. Pertanyaannya kemudian apa hubungan film dan telaah teks ?

(bincang2 dengan bapak-kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kab.Maros, akan keberadaan  film documenter kemarin-kemarin, beliau beritahu maraknya festival film dengan muatan kearifan budaya local,  dan bulan 6 nanti ini dilaksanakan di Bali dengan persyarat film durasi 50 menit. __kukira pemanfaatan media film ini penting :juga Salah satu media pembelajaran yang efektif  serta menghibur (sebuah saran dari peserta (Drs.Arifin Ali. M.Hum ), film sebagai media pembelajaran telah diterima sebab audio visualnya,  dianggap paling populer  dan digemari baik dari kalangan anak-anak ataupun orang dewasa, demikian media film sangat lekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari.

Tegas berikutnya bahwa film sebagai media diinginkan atau tidak, diresahkan atau diindahkan, atau di tolak sekalipun, film tak dipungkiri keberadaannya ia tampak berada disekitar kita termasuk di tempat yang sangat pribadi, tawarannya kini adalah film dengan muatan Kearifan local, kukira itu adalah jualan yang laris, sebab history dapat dikatakan bahwa "tidaklah bangunan Negara Jepang pada awalnya kecuali hanya budaya…dan tanpa tentara perang (pasca pengeboman Hirosima dan Nagasaki, lalu kemudian kita mengenal negara Jepang dalam segala link perkembangan produksi memenuhi segala bumi sebagai eksportir. Sebab budaya begitu diterima oleh segala pahaman dan etnis /suku. Tentang ungkapan penegas tadi sebuah aktualisasi mengantarai  produksi oleh kearifan local menandai silang kait tersebut, seperti berikut ini > Menguji tabe di Jakarta < ling terkait


Dari media film documenter (pengarsipan) ke-representasi suatu fakta yang tersirat dari  unsur budaya, dengan  mengangkat tema “tradisi dan kearifan” untuk membangkitkan rasa solidaritas menuju persatuan, dan bahwa Tradisi masihlah "rumah kita" yang sesungguhnya, rumah tempat lahirnya “masseddi siri” (kebersamaan) dan “abbulo sibatang”, mengajak bahkan menantang kita mengasahnya di era yang (serba) segala aturan tak mempan mendamaikannya. Dan dengan film dokumenter kearifan tadi (tayang pembuka "seminar film 2 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) sebelum . Terharapkan  akan lahir  seorang  sineas mungkin setelah seminar perfilm pelajar 2 ini, harapannya ya…dengan menggunakan kearifan local nya sebagai gambaran film juga dgn menimbang memasukkan beberapa teks / ada-ada / elong2 sebagai teks filmnya atau mungkin mengambil sebagian teks dalam filmnya kelak dgn penguatan yang bersumber dalam pappaseng/pappasang_  teringat  teks pappaseng  (gambaran film lampau ya) ketika masy lampau …: menanam akar motifasi dengan berpesan atau pappaseng

parapi I’ nawa-nawa deE narapi'i nawa-nawa,  makna kontekstual paseng tersebut "pikirkan, cetuskan, ciptakanlah sesuatu yang sebelumnya 
belum pernah di ciptakan. 

Dan dalam teks Mantra yang menjadi bagian dari teks lagu " anging ammiriko mae, tulusukko ri barambanna…, Kekuatan teks lampau dengan kata "anging" adalah  angin,  yang  tidak semata dipahami sebagai angin > ia angin dalam pandangan masy lampau dianggap hidup, dan mengenal keadaannya sebagai bagian penciptaan, bahkan dapat berintraksi dengan manusia juga dapat menyampaikan pesan seseorang jika tahu dan me-sengaja menitip sesuatu padanya.….< hal yang me-sakralkan paseng mantra tersebut.

Materi yang tak lain merekomendasi, mengajak peserta ke penguatan kearifan lokal sebagai bentuk pilihan atau prioritas dalam film dokumenter, juga sisi lain akan penyelamatan teks lampau yang mulai mengalami pergeseran nilai dapat terdokumenkan/terarsipkan secara sederhana lewat film semisal teks pappaseng berikut ini : maloppoko menre' na' nanu macca nanu patuju_Teks ini kemudian mengalami makna praktisi menjadi "maloppoko menrena nanu macca nanu runtu jamang (terjemah...?)

Memelihara film adalah bagian dari memelihara sejarah. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang mengerti dan menghargai sejarah?
Ketika bentukan pradaban terbangun dengan cepat sedang kebijaksanaan dan ilmu astronomi (perbintangan), ilmu falaq mendominasi Bugis Makassar,  maka latar belakang yang harus di tandai sebab semua ini karena “keberadaan huruf tulis lontara, mengapa ?”, hal penting ini sebab keterkaitan perspektif suku-suku di Indonesia dengan jumalah 1.128 Suku Bangsa menurut badan statistic, namun hanya 5 diantaranya yang (hanya) memiliki huruf tulis tersebut-

perhatikanlah bahwa ungkapan penegas pada kebaikan dianggap sedemikian penting, sehingga Kesakralan perintah atau larangan dalam kemasan lampau disimbolkan dalam satu idiaom yang di sebut  Pemmali, kunjungi link berikut : pemali dalam perspektif

prasyarata umum Teks cerita yang dapat dijadikan sebuah film 
1. Karakter utama, karakter tersebut harus membuat motivasi untuk titik tuju dan akhirnya ada tujuan (goal) yang ingin dicapai. Dalam film bisa saja seorang karakter utama bisa lebih dari satu, tetapi akan meyulitkan penulis membangun cerita jika karakter utama lebih dari satu. Karakter utama menjadi sangat penting dalam sebuah cerita dan harus jelas apa yang akan di capai oleh sang karakter utama tersebut.

2. Titik Tuju, seorang karakter utama harus ada cara titik tuju bagaimana mencapai tujuan, mungkin bisa dikatakan tentang strategi apa yang akan dilakukan oleh sang karakter utama untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Di bagian inilah termasuk membangun konflik-konflik, tantangan dan perlawanan yang harus dikembangkan.

3. Tujuan, yaitu capaian apa yang akan didapat dari sebuah cerita melalui karakter utama. Tujuannnya tidak selalu dalam bentuk kebahagian tetapi juga dalam bentuk kesedihan atau “kekalahan”. Yang penting jelas tujuan akhir dari cerita sebuah film.

peserta seminar film : UKM Toddo limayya, Karang Taruna, Sanggar2 sekolah, HIMABAS, KNPI, Guru hingga dosen

Film dan Interaksi belajar mengajar
panitia Film Kearifan Lokal dalam "Interaksi Pembelajaran"
asah ketajaman ,  mencium selera pendidikan melalui kajian-kajian ilmiah menuju film pembelajaran merujuk pada fungsi film sebagai media pendidikan bagi masyarakat. juga dengan dengan mengembangkan muatan pada siswa sikap-sikap kritis dan asertif dalam memberikan penilaian terhadap film hal yang sama pentingnya dibanding mematungkan film sebagai benda satu2nya media yang tanpa stereotif, dalam  menjadikan film sebagai media pembelajaran.

Penguatan film documenter dalam mempresentasikan kenyataan 
(rekaman dari aktualitas budaya), fakta tanpa adanya rekayasa. kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan, dan tanpa media perantara. 

film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar pada kecepatan tertentu sehingga menjadikan urutan tingkatan yang berjalan terus sehingga menggambarkan pergerakan yang nampak normal. Film pada hakikatnya merupakan penemuan baru dalam interaksi belajar mengajar yang mengkombinasikan dua macam indera pada saat yang sama.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa suatu film dikatakan baik bila memenuhi beberapa syarat,diantaranya adalah sangat menarik minat siswa dan autentik, up to date, sesuai dengan tingkat kematangan anak, bahasanya baik dan tepat, mendorong keaktifan siswa sejalan dengan isi pelajaran dan memuaskan dari segi teknik, nenek moyang kita menuliskan segala peristiwa kebijakan lampau mereka sebagai pesan yang mengental pada generasi selanjutnya, Maros dalam kausalitas ketokohan lampau tersebut  Karaetta Ri Cendrana, dalam beberapa pappaseng Bugis pada jurusan  Sastra daerah UNHAS  masih menjadi bagian  pesan lampau yang di pelajari di university tersebut.

Kesinambungan kearifan dan ilmu bagi etnis Bugis Makassar sebab Kekuatan teks lampau atas keberadaan huruf tulis “lontara”, teringat bagaimana ketertarikan masy lampau bugis makassar akan meriam lalu menuliskannya dengan huruf lontara, hal yang terlalu detil ini sebagai info dan transfer ke banyak bahasa,  disangkannya bahwa meriam adalah buatan bugis makassar padahal ini ber-made in Prancis_ (ngajak nge-filmkan) insiden Burma  salah satu negara bekas jajahan Britania Raya dan merdeka kemudian sebab bantuan Bugis Makassar memberinya keteladanan ilmu perang gerilya dan beladiri (pencak silat), haha...ha...

Sebab sejarah itu penting , menurut “the history make man wise > sejarah membuat orang menjadi bijak, atau dalam bahasa jerman “ the history vitae magestra > sejarah adalah guru kehidupan- akhir kata mari ke Penguatan teks film kesitus dan  tinjauan pustaka tema kearifan budaya local dan kelengkapan hasil Telaah kaidah teks film documenter sebagai  isi dalam suatu  kesatuan film

Dan saya ingin mengatakan bahwa candi Borobudur itu tidak kren banget (susunan /tumpukan batu2 saja, jika bukan karena teks yang membentuk symbol relief tersebut, relief2 itu adalah teks yang di simbolkan menjadi gambar
Dan dalam sejarah film pertama di Indonesia dgn masih suara bisu (lutung kasarung tahun 1926 di Bandung sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp) (legenda lutung masy sunda > Film ini dibuat berdasarkan cerita pantun dengan judul yang sama, yang berarti 'Si Lutung yang Tersesat', dengan tokoh utama yang menyerupai seekor lutung.
Sosialisasi tradisi yang terekam dari masyarakat mengambil bagian dalam mengukuhkan norma – norma dan nilai–nilai budaya juga menunjukkan mentalitas religius – magis, yang diungkapkan secara kolektif melalui upacara – dan  mempererat rasa “masseddi siri” (kebersamaan) dan “abbulo sibatang” (persatuan) bagi masyarakat pendukungnya.

(mungkin berlebihan tapi…) Di situlah sebuah teks akan hidup, berkat nyawa yang ditiupkan oleh masy lampau , mereka berkata menelurkan teks dengan tujuan kebijakan, sebuah perbuatan yang lahir dari kontemplasi (….) dan terkait dengan fitrah semua orang : maksud saya bahwa : mari merepresentasikan kenyataan menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan. Untuk saling berbagi pengetahuan tentang sejarah dan mengajak anda bertamasya ke masa lalu_ dan sangat sering,  Begitu kita keluar dari gedung bioskop, barulah kita menyadari ada adegan-adegan film atau scene yang nyata-nyata tidak masuk akal!.

Pandangan : Mungkin saya salah tapi bertarung tekhnik dan teknologi film (memuaskan konsemen/penonton) dengan manca  negara kita benar2 bukan apapun…lebih mending memilih aspek kekuatan cerita atau melodrama. Mungkin semisal mengemas pau2 rikadong……cerita rakyat, atau film yang sifatnya ritual, music tradisid dalam settingan tertentu, mungkin disitu ada acara mallanca, mammaseri Atau ritual ma’royong ….?. mungkin juga anda calon sineas sekalian membuat scenario film tentang prosesi masuknya Islam < hal yg sangat menarik…..dll.  (jika ada yg tertarik menggarap hal ini boleh,  dialog2 sebentar atau nanti).

Muatan Film dokumenter pada workshop per-film 2
-Tradisi Perkawinan Bugis Makassar, Mappaenre Balanca, Appassili bunting (Cemme mappepaccing), Prosesi awal tradisi  Appassili, Aggorontigi (Mappacci), Assimorong atau akad nikah hingga Mapparola,Tudang Botting, hingga Makkaddo’ caddi’ ke Pa’ bajikang, syair ma’royong ,  beberapa bahasa (Arkais > bissu). Tradisi Religi Maulid,Tradisi Muharram Mappeca Sura (latar belakang ? ),Appasili (Tradisi saat hamil 7 Bulanan), Tata Cara Upacara Khitanan Adat, Tradisi Religi Aqiqah,   Tari Salonreng,   Tarian Ma’Raga

Film documenter kearifan Budaya local adalah : pahaman kearifan lampau sebagai sebaran dari sekian banyak rumah budaya kecil yang kemudian membentuk sinerji sosial dan mempunyai pengaruh besar terhadap proses-proses penyelenggaraan pemerintahan dan negara. (pesimis juga lihat keadaan kita sekarang yg orang2nya  telah pandai namun korup?  berfikir tentang canangan UU godgovernent) Keanekaragaman juga termasuk di dalamnya bahasa dan aksara yang dipakai dalam naskah dan kehidupan jati diri, termasuk juga bentuk dan isi, sesungguhnya dapat menetralisir pengaruh asing yang masuk ke dalamnya, maka muatan kearifan budaya lokal dalam pembelajaran dianggap prioritas adanya.

Ket,Gambar film dokumenter Dengka Ase Lolo menandai tradisi Tradisi  Mappadendang  (musik Lesung), di Dusun Allu, Desa Minasa Baji, kecamatan Bantimurung_

Pilihan kaidah teks dari sebuah film “
atraksi film kearifan lokal tradisi mappadendang
berikut adalah teks  menyampaikan pesan secara utuh, memberikan kesan kuat dan menyentuh emosi perasaan penonton sehingga film bisa menginspirasi banyak orang,”

“Orang seperti kita ini gak akan bisa hidup kalau gak punya mimpi boi.” -Mahar @Laskar Pelangi

“air mata itu tak pantas dilihat oleh anakmu, sebab hal ini adalah kelemahan, dan zahid adalah keridhaan Allah baginya “ : Oemar  mukhtar “lion of the desert”.

“Apa kata dunia?” – film Nagabonar 

hidup ini sederhana dan singkat dan kita adalah jajahan bagi diri sendiri, luas dunia sedikit menyempit dalam kebijaksanaan _ teks film dari sun bin akhli perang china, memenangkan perang berulang2 dan mati bunuh diri, takut jika taktik perangnya sebab, semakin banyak manusia yg mati- dan ia  tidak menyukai perang.

Orang-orang bicara cinta atas nama tuhannya sambil menyiksa membunuh berdasarkan keyakinan mereka …“ Ryan Hidayat  dalam film “Kuldesak 1990”
Dari teks lagu “kantata taqwa”,   siang telah dating

“Hari ini tidak dimulai pada saat kita membuka mata tadi pagi, tapi jauh sebelum itu.” -Apin @Mengejar Matahari

“Hidupilah Muhammadiyah,tapi jangan cari hidup di Muhammadiyah.” -KH. Ahmad Dahlan @Sang Pencerah
seperti apa kondisi kalian seperti itu bakal pemimpin untukmu“kaifa matakunu yu allah alaikum > film perang antara kafilah arab
“i love you creas. you love me too, don’t you?”

film yang luar biasa. bahwa cinta bisa datang dalam bentuk apa saja, tapi tetap sama indahnya.
 : Man on Fire

Harapan atas seminar film 2
Semoga tumbuh ide-ide kreatif dari para penulis skenario untuk meningkatkan naskah yang bermuatan nilai budaya, kearifan lokal, dan pembangunan karakter bangsa,"
akan memiliki pengaruh kepada kehidupan dan manusia pembacanya. Apalagi kalau kehadiran itu disertai iklim yang membuat masyarakat percaya bahwa karya teks tersebut bukan hanya hiburan tetapi juga pengetahuan . dialog ke-pilihan teks Sastra (dalam naskah film) adalah presentase dari kaidah ….dengan cara bertutur, seperti nenek-nenek menitipkan kearifan lokal kepada cucu-cucunya lewat dongeng.
Untuk mengatakan “perlunya /adanya telaah-telaah dari para kritisi yang menjembatani pembaca penonton dengan pengetahuan miliknya yang terselubung dalam bingkai tutur artistik itu..(ilmu kecakapan dalam dialog)  hubungan dengan Komunikasi dengan penonton disampaikan pemandu acara Ilham halimsyah  :  sampaikan bahkan sentuhlah emosi perasaan pengapresiasi  sehingga film itu bisa menginspirasi banyak orang

ket gambar > Ilham Halimsyah (sebelah kanan ) sedang me-sakti ke interaksi

 ____________________

Wassalam : Kaimuddin Mbck > seX ini,  Bukan pada ketepatan susunan kata,  info ini lebih hanya pada mendokumenkan saja materi ini, demi tak kececer_maafkan ya...

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images