Oleh oleh MakaSsar : seri cerpen

Senin, Januari 03, 2011

Perempuan itu menyulam waktu dan rindu di ketinggian langit biru, betapa jauh menerjemahkan diarinya, bahasaku patah

(Sebab semuanya demi ibu...tapi mana ada kue untuk setiap kesempatan ?*.
"Oleh-oleh dari Makassar...", kataku dengan Bibir menyunggingkan senyum. sebuah perasaan tak sabar sebab cukup tahu tempat membeli kue tersebut, tapi yang kupilih yang mana ya..?, antara kue baruasa, putu kacang, keripik wijen atau kue tradisional lainnya," . Hmmmm...., pasti enak sekali tuh. Melirik kedalam toko kue tradisonal, "duh banyak pengunjungnya, harap tidak ada yang membelinya duluan..!".teriakku dalam hati.
"Kue itu pasti bisa kubeli dengan menyisihkan uang jajan!".pikirku

Aku menghampiri kalender dinding yang aku gantung di kamarku. sehari lagi adalah hari kepulangan, hari meninggalkan makassar. Jantungku berdegup kencang. Hari itu akan menjadi hariku yang paling indah.

Aku sampai di toko kue. Kuhela nafas dalam-dalam sebelum kubuka pelan pintunya. Aku meminta pelayan untuk membungkus kue itu..itu...dan itu untukku. Kubuka dompetku di depan kasir dengan rasa sukacita. "Kue itu pasti tidak murah", selaku dalam hati, kukeluarkan duit ratusan ribu, si kasir memberiku kembalian yang banyak, haha..ha ,aku telah membelinya tapi semestinya aku tak perlu menyisihkan uang jajanku, aku bangga pada produksi kue tradisional Bugis Makassar ini, kemasan serta warna kuenya putih dan kelihatan renyah membuatku salah kaprah.Oh...tidak..!, teringat uang yang tiga hari terakhir ini aku hemat demi membeli oleh oleh kue Makassar tersebut.

Oke, mungkin ini berlebihan, tapi aku sangat terharu melihat kue tersebut berada di pelukan ibu, "Pintar sekali kau nak, kue oleh-oleh Makassar ini mengingatkanku pada Ambo'mu/ bapakmu , ketika ia mengabadikan senyumku setelah panganan putih kirimnya*, kau benar-benar seperti bapakmu, awaski nah..", kelakar ibuku sambil menangis, mengenang bapakku.
_____
kaimuddin mbck, "Cerita oleh oleh Makassar ini tak kumengerti antara kuenya yang lezat atau peristiwanya, Uh....wassalam

Aku suka menunggu. Menunggu hadirnya sebuah kata termanis yang belum pernah kudengar. Dan, menunggu itu adalah kegemaranku. Bukan berarti aku adalah orang yang penyabar. BUKAN! Tapi, ini adalah sebuah rutinitas penting yang jika tidak kulakukan, aku bisa mati. Mati dengan tragis sambil berlinangan air mata.katakanlah kata-kata termanis itu.. "...oleh oleh Makassar", sesuatu yang benar-benar .

Penjelasan catatan keunggulan "Oleh oleh Makassar"
1. "mana ada kesempatan"* : kudapati kue Putu Kacang, Baruasa dan kripik Wijen ini, tetap dicintai banyak konsumen. pun jadi favorit di kalangan konsumen ekonomi menengah bawah sampai ekonomi atas, karena dibuat dengan bahan baku utamanya tepung beras dan kacang ijo (khusu putu kacang) dan tetap eksis di tengah persaingan kue modern yang menggunakan olahan alat-alat modern.

2. Penganan putih : Kue tradisional tersebut adalah bahan alami (tanpa campuran perasa dan pewarna), seperti kacang ijo santan kelapa, pandan wangi, kelapa, gula batu, tepung ketan, tepung beras, dan sebagainya dengan olahan berbagai kreasi dan kekhasan tiap daerah tersebut. Sungguh sebuah kearifan cita rasa juga dengan nilai kesehatan menjadi timbangan pilihan untuk menu penganan tersebut, selain memang enak, kue ini juga tidak mengandung bahan pengawet atau bahan lainnya yang bisa mengganggu kesehatan, inilah salah satu dari keunggulan kue tradisional.

Salam , by sangbaco.com/Makassar
Posted in | Tagged , .

You Might Also Like

1 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images