Puisi PucuK dAUn ( bukan daun muda )

Sabtu, Januari 01, 2011

Puisi "Pucuk Daun" sebagai sumber topik, sangat jarang bahkan tak pernah dilirik sebagai obyek penulisan dalam sastra, Pucuk daun tidak sama dengan istilah “daun muda”, sebuah istilah yang mulai populer tahun 1970-an sampai awal tahun 2000, Istilah daun muda ini ditujukan pada cowok atau cewek yang usianya memang masih muda belia.


Daun Muda : Istilah yang juga menguatkan tentang "pacar gelap", istri muda atau juga laki-laki muda yang punya pasangan jauh lebih tua. Sekarang, istilah daun muda mulai menghilang digantikan dengan kata “bronis” atau brondong manis. Asal kata berondong ini bisa berasal dari bahasa Jawa, mungkin juga Sunda yang artinya jagung muda.

Ternyata kalau kita perhatikan, sebuah jagung muda itu memang “imut-imut” (cute). Bentuknya kecil, dan rasanya enak banget ada manis-manisnya, renyah bila digigit dan jelas berbeda dengan jagung yang tua, keras, bikin sebel dan sering tersangkut di gigi. Baik untuk dibakar atau digunakan sebagai campuran sayur asem_sibuk dengan istilah daun muda rupanya tak merubah apapun kecuali bahwa pada aspek bahasa telah terjadi tawaran atas kemajemukan bahasa darim istilah daun muda ke bronis.


Puisi PucuK dAUn

musim semi dan pucuk daun yang tampak hanya dalam hitungan 123, kami abadikan puisi seperti berikut ini. " pucuk daun yang memucat diterpa sengat siang, diajaknya kita bersaksi, celaka-nya kita dengan terpaksa melihat terik siang men-jilat jilat-i pucuk daun tersebut, ia lunglai lalu kerontang_

Bulan di Pucuk Daun, *keberadaan malam dan bulan adalah hipnotis. rangkain sugesti berupa Cahaya yang cemerlang menjelang purnama mendatangkan sihir kesenduan malam, lebih lagi jika pilu bersamamu, tak segetarpun

serupa isarat itu ketika : ditatapmu tak kau sangsikan pucuk daun itu menembus cahaya bulan, dau kau merasa sesuatu telah berjalan semestinya. Bulan tertusuk pucuk daun, aku memandanginya dengan terpesona, layaknya kelinci linglung memandangi sang dewi yang tengah terbang menuju langit dalam cerita anak-anak yang kubaca waktu SD. 

Bayangan badanku yang tercetak di tanah terlihat lebih nyata setelah lampu-lampu di sekitar rumah, aku matikan, bayangan itu benar-benar sendiri

Dari halaman depan rumah, khusyu bulan bertengger dengan anggun di atas pucuk daun muda itu. Pantulan cahayanya yang samar di dedaunan menimbulkan semburat warna keperakan, seolah sesuatu harus terlahir dan kau menyangka bahwa itulah cinta.

Daun muda terjuntai itu bergoyang karena tiupan angin malam yang tak begitu dingin. Dari sungai di samping rumah terdengar suara kodok bersahutan dengan suara jangkrik senandung dengan riang. Malam di kampung memang selalu terasa sepi. Cepat sekali orang-orang sudah masuk rumah untuk beranjak ke peraduan atau sekedar nongkrong di depan televisi, dan bulan diluar rumah tetap berkelana.

kesal di suatu hari : ia meremang pada sesuatu yang di jangkaunya terlalu cepat sebab dunia begitu membuka terhadap dirinya, ia bebas bersikap ini dan berkata itu pada media yang senantiasa mengintainya, aku tak pernah menjadi pucuk daun yang mengancang-ancang rembulan untuk menusuknya lebih dalam sesuai hasratku, aku buykan milik diriku lagi aku milik dunia...bahkan milik beritamu. seenak kau pergi dan berkata sesuka hatimu tanpa hak jawab

Sejak istilah daun muda merebak : Dunia kecilku kini sudah berubah. Tak ada lagi petak umpet dan gobak sodor di malam hari. Juga tak ada lagi perburuan jangkrik di sawah-sawah yang kering setelah panen. sedang bulan, sepi adalah milik seutuhnya, kaukah yang tafakkur seoran diri dan mengatakan bahwa "aku bukan daun muda lagi..?"daun tua atau daun muda tak berdaya di hadapan waktu yang menjelma ulat.

Usai episode ini serasa ingin menulis keadaan kotaku yang identik dengan daun muda sebab sebuah sentral telah dibangun, sentral yang membuka pintunya lebar-lebar atas perubahan sosial dan ekonomi, dan anak muda dan tua suka nangkring disitu dan menyebutnya sebagai PTB (pantai tak berombak) dan lazim juga di istilahkan dengan wisata kuliner malam, segala begitu berubah sebab perkembangan dan aku tetap menghitung hari antara pucuk daun tua yang rupanya menembus bulan dari jarak pandang atau aku memang benar-benar masih daun muda, haha...._segalanya hanya istilah, hal yang tidak jelas secara esensial
___
sangbaco.web.id_Januari|1|11
bete di PTB ya tulis2 saja by kaimuddin.mbck.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images