Menguji " Jokowi dan Sangbaco "
Jumat, Maret 06, 2020Menguji isi kepala siapapun ?, maka bangsatlah memiliki kepala, tapi tampa kepala serem...
"Kita masih saja sedap berdialog tentang pelaksanaan pemungutan suara, padahal kita bukan batu" kata Iwan Fals, dan sang baco sedikit ingatkan tentang : Paragraf tak terlupa yaitu matinya enam ratus bahkan 700 lebih petugas KPPS kemarin, lambatnya pengusutan tokoh-tokoh korup negara, telatnya ungkap pelaku penyiram air keras atas kebutaan Novel Baswedan, lambatnya merespon penanganan virus corona bahkan cendrung ditutupi demi stabilitas Negara, terlebih jika mendengar argumentative Rocky Gr. Perihal ini semisal insiden yang sangat panjang dan malu-maluin.
Media-media berbicara dan menulis lambannya atraktif pemerintah dalam misi mencintai rakyat membuat orang jadi menertawakan kebenaran tersebut.
Sebentar lagi Pilkada, atribut paslon terpajang di mana-mana, sosok-sosok seorang intelektual publik dengan keyakinan bahwa memasuki kehidupan politik dan lalu memperoleh kekuasaan itu perlu, yang sering mereka lupa, bahwa ”yang perlu” belum tentu ”yang niscaya”, dan bahwa politik, sebagai panggilan, sebenarnya sebuah panggilan yang berbahaya (seperti mengendarai macan) bisa juga panggilan menyedihkan". Menurut Franklin D. Roosevelt.
Tokoh arif dan alim semisal Abdullah Bin Umar, Salman Alfarisi, Miqdad Dll, dalam masa kenabian mereka menolak kekuasaan, adapun yang meminta jabatan kepada nabi SAW, kata Nabi “Kami tidak memberi jabatan pada yang meminta”. Dalam riwayat lain Nabi Bersabda “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah kamu meminta jabatan! Karena sesungguhnya jika diberikan jabatan itu kepadamu dengan sebab permintaan, pasti jabatan itu (sepenuhnya) akan diserahkan kepadamu (tanpa pertolongan dari Allâh).
"Jika saja pak Jokowi teman bercanda dengan Sang Baco di warkop dan fasilitas music yang terasedia, tentu aku menghiburnya dengan musik kesukaannya yaitu rock dan heavy metal seperti milik Judas Priest, Metallica, dan Lamb of God, ini lebih alami ..!, ketimbang ia di tahta dan jadi obyek bully di banyak media.
Selebihnya, mengingatkan bahwa jabatan dan kebenaran terletak dalam belajar yang tak habis-habisnya, perihal yang membebaskan diri kita dari kegandrungan gila-gilaan kepada kebenaran dan juga penyakit “wahn” yang menghantui siang dan malam, sedang akhirat tak ditunda tibanya.
_________Tulis-tulis saja, dalam Menguji " Jokowi dan Sangbaco "
0 comments