Sastra Tasawuf : Pulang ke-fitrah

Jumat, Februari 10, 2017

Fitrah dalam pandangan tasawuf merupakan sesuatu yang dititpkan  Allah SWT, di hatimu, ia oleh penanamNya memintamu mengenalnya, maka dengan ini, " Ia : Kekasih dan Perhatian", tak sesuatupun selainNya, jika telah demikian, maka dengan ini kitapun bisa "ada" atau "tiada...,

Baca : Nasehat dan kata-kata bijak, Ringkasan "Ihya Ulumuddin"

Korelasi ini dengan sangat lembut  terkait dengan Surat Al-Anfal Ayat 17, seperti berikut ini, " Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.


Fitrah dalam kata "ada dan tiada" dengan  bahasan kental dalam tasawuf. mengurai berikut  secara hepaptitif, wallahu a'lam, (beberafa refensi dan pembaca bisa menambahkan sebagai masukan)

Pulang ke-fitrah
Ketika Tasawuf dan fitrah dengan implementasi seperti berikut: "mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga ia dapat melihat-Nya dengan mata hati bahkan rohnya dapat merasakan keberadaan tuhan secara sense", maka istilah "tasawuf" tak perlu di perdebatkan_

Pulang ke fitrah merupakan salah satu pilar dari pilar-pilar agama. Tujuannya adalah untuk membersihkan diri dan me-pertanggungjawabkan perilaku seolah merasa diawasi terus menerus dalam menjaga kesucian fitrah, mengenal fitrah maka akan menemu ilmu sadar atau  mengenal  Tuhan melalui bisikan hati. kesimpulan esensia keadaan ini adalah perhatian dan refleksi internal, lalu terus menerus melalui metode inilah kita akan membentuk makrifat tak sadar atau setengah sadar yang di kenali dengan istilah dsawq: terhadap Tuhan menjadi makrifat yang sadar dan aktual.

Dikatakan dalam buku2 lama (tasawuf  periode Andalusia), sesungguhnya haqiqat dari jiwa insane (mengapa ia tercipta), yang dasarnya adalah ilmu hudhuri (knowledge by presence, presensi) dan jalannya muncul dari lubuk jiwa manusia. Dengan alasan inilah, maka argumen fitrah menduduki posisi lebih awal dari argumen-argumen lainnya, dalam peribadatan hal ini adalah pokok sebab mengenal sebelum menyembahNya (Imam Muhammad bin Idris / Imam syafii: dalam Bab ilmu sebelum Amal).Menemu fitrah berarti menemukan dirimu sendiri dalam pengaturan Tuhan.Inilah Hikmah yang mengenalkanmu kelezatan hidup.

Sastra Tasawuf berikut :
terhadap sebait era yang terlindas oleh symponi ambisi diri, nyala cinta redup redup, meski sesekali terhentak oleh sesuatu yang m-buat takjub, seperti angin yang mesti kau hirup dan dengan itu kau merasa terisi, < kesyukuran sederhana tadi maka Allah menambahkan nikmatnya/lezatnya hidup ini, sebagai bagian persangkaan baik.

Pulang ke-fitrah makna setara dan universal, yaitu bahwa fitri senantiasa dikatakan sebagai sebuah persoalan yang muncul dari esensi dan hakikat insan dan bersumber dari dalam diri manusia. Sedangkan secara obyektif bukan merupakan sesuatu yang perlu dicari. Dalam kaitannya dengan teologi pun ketika kita mempergunakan kalimat fitri, biasanya maksud kita adalah bahwa:
manusia dalam lubuk jiwa, hakikat serta esensinya mempunyai semacam makrifat dan pengenalan hudhuri (knowledge by presence, presensi) terhadap awal keberadaan serta Tuhan, dimana hal tersebut tidak dia temukan dari tempat lain, tidak juga dari seorang pengajar.

(Tentu saja dalam tafsir dan penjelasan tema ini, begitu banyak penjelasan yang telah dipaparkan oleh para mufassirin pakar Ilmu Islam, yang kami akan singgung pada waktu dan tempatnya tersendiri).

Penjelasan filosofis argumen fitrah adalah bahwa fitrah mencintai kesempurnaan murni dan sahabat kinasih yang tanpa batas. Dari satu pihak, fitrah bukanlah penghianat dan pelanggar, dan apa yang dikatakan olehnya tidak akan pernah meleset, benar dan pasti ada. (sesuatu yang di tanam ole Allah kassyaf (bersifat firasat) Dengan demikian, kesempurnaan murni dan tanpa batas (Tuhan) itu ada, merasakan ciptaanya

"Langit yang berdiri kokoh tanpa tiang, matahari yang teratur seumur dunia, tanpa pernah terlambat terbit & dan semisal lainnya."

Untuk melengkapi perihal ini, selain kelaziman adanya cinta dan hasrat kepada Tuhan dalam diri semua manusia harus disempurnakan, terproteksi dan terhindarnya fitrah dari khianat serta ke-ismat(suci)-annya dari kesalahan pun harus dibuktikan. Untuk membuktikan kesucian fitrah ini sebagian memanfaatkan analogi dengan mengatakan bahwa: fitrah dalam diri manusia adalah sebagaimana instink yang terdapat pada binatang dan tumbuhan. Tidak sebagaimana adanya rasa haus ketika tidak ada air, lapar ketika tidak ada makanan dan sakit jika tidak ada obat, sebuah tendensi Allah segala-gala sebagai puncak tempat kepasrahan.

Mengutip pandangan Tasawuf terhadap fitrah seperti berikut ini ; Fitrah adalah pencari kesempurnaan dan keinginan bertuhan dalam diri manusia juga merupakan petunjuk terhadap adanya kesempurnaan mutlak dan kesempurnaan tanpa batas tersebut.

Tetapi harus diperhatikan bahwa analogi di atas hanya sebagaimana istiqrâ’ naqis ghairi mu’allal, sama sekali tidak meyakinkan, dan dalam Filsafat serta ilmu akal hal tersebut tidak bisa dijadikan sandaran___(sebab sense tasawuf dalam bahasa sebagai simbol tersebut meretaskan satu kaidah bahwa " keadaan dilematis perasaan, sebab khusyu yang sesungguhnya kurang tepat di bahasakan dan hanya mampu dirasakan".

Penutup Hikmah kefitrah : Demikian paparan pengertian hikmah fitrah, dalam tulisan sastra tasawuf, yang tak lain bagi jiwa yang hidup seelalu mengajak untuk pulang atau kembali padanya, catatan yang tak selesai sebab triliunnya bahasan tentang ini

 ________
kaimuddin mbck "al ramadhan, kassi 2014" : Sastra tasawuf

You Might Also Like

2 comments

  1. NIce share baru tahu saya mengenai fitra yang dimaksud sama sang baco... fotonya mo saya pada posting terakhir mau saya download :D

    BalasHapus
  2. haha...ya..ngebuat kesannya lebih ringan saja...ok. mksh

    BalasHapus

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images