Idiom Pinisi di Sunda Kelapa
Rabu, Februari 08, 2017Observasi Jejak semangat bahari Bugis Makassar dalam idiom Pinisi di
Wisata Pelabuhan tertua Sunda kelapa.
Pelayaran Pinisi di Sunda kelapa tak setua dengan tarik tahun pelayaran Sawerigading mencari wecudai sebagaimana kisah dalam Lontara La Galigo, Tapi Pinisi hingga kini merupakan salah satu roda penggerak ekonomi di Pelabuhan Sunda Kelapa. Pelabuhan ini dalam sebuah literasi Belanda sudah ada sejak abad ke-V, merupakan pelabuhan yang berada dibawah kepemilikan Kerajaan Tarumanegara,
Sunda Kelapa yang ramai beroperasi sejak tahun 1527 itu, namun pada abad ke-12
berpindah tangan menjadi milik Kerajaan Sunda”. Ungkap Bang Yahya. Ketua Masy Betawi yang kami temui di Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB).
Ft : Fitri Mtl _Observasi pinisi di sunda kelapa bersama Ketua masy Budaya Betawi.
Begitu sampai di galangan kapal, kami disambut dengan
deretan kapal-kapal kayu tradisional atau lebih dikenal dengan sebutan kapal
Pinisi. Tak berbeda banyak dengan nuansa dahulu, Pelabuhan
Sunda Kelapa berhasil berkembang menjadi salah satu pelabuhan penting yang ada di pulau Jawa, mengingat lokasinya
yang cukup strategis. Di ujung jalan
terdapat bundaran jalan yang di
tengahnya berdiri patung pinisi dengan layar biru.
Deretan kapal dengan moncong atau cadik panjang yang
menjulur ke badan jalan membuat pelabuhan ini terasa khas, ternyata pemilik
dari kapal-kapal ini sebagian besar adalah orang Bugis, suku Bugis memang
pelaut, dan mempunya keahlian untuk membuat kapal Pinisi dengan peralatan dan
pengetahuan seadanya.
Bertemu dengan tokoh tua pembuat phinisi Muslimin Daming, yang pernah
memperjuangkan bahasa suku mereka dengan membuat acara revitalisasi bahasa
Bugis di Sunda Kelapa, memberi kami informasi tentang pembuatan perahu yang
sarat dengan ritual, dan dalam bahasa Bugis di maknakan “sara’-sara’ atau ampe
deceng “, dengan maksud maksud bahwa : ritual tersebut merupakan syarat-syarat yang
mengantarai baiknya harapan pada perahu yang akan dibuat”, dan ilmu membuat
perahu ini mereka pelajari secara turun-temurun dari nenek moyang mereka. Perahu layar pinisi
kayu tradisional yang cukup andal untuk berlayar di laut luas.
Foto : Fitri Mtl _ Idiom Pinisi Kantor Kearsipan Sunda Kelapa
Pelabuhan dengan nilai sejarah, dan dialih fungsikan menjadi
situs sejarah. Tedapat bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang ada di
sekitar wilayah pelabuhan, kini tempat tersebut dijadikan Museum. seperti Museum Bahari, Museum
Fatahillah, Museum Wayang dan lain sebagainya, tampak natural mengemas kesejatian pelabuhan tertua di kota metro politan ini. Jejak Bantilan perahu layar pinisi, atraksi eksplorer moyang Bugis Makassar di Sunda kelapa, merelay kristal kearifan lampau dalam petuah san maestro perahu layar pinisi. Berikut paseng (bahasa Bugis : pesan) egosentris yang menegaskan kerelaan dan semangat mereka membuat pinisi,
Ri mula caddi caddiiku iji
Naku jannang ri Bantilang
Anjama lopi
Kasossorang manggeku
Pasangngi pinangkakannu
Pauang anak ri bookoa
ri-Nakatutui-na
Sossorang kapanritanna
(sejak kecil aku menetap di Bantilang, bekerja membuat
perahu, sebagai warisan leluhurku, pesankan pada teman sebayamu, kabarkan pada
generisamu, agar memelihara takdirnya sebagai ahli waris). Pappaseng dari Alimuddin
Dg Mappi (almarhum)
”Pinisi dengan keseimbangan yang cukup baik, sangat bersahabat dengan gelombang besar juga dengan ketahanan yang cukup lama, keberadaan ini dalam kesaksian sejarah teranyar adalah
ketika seorang calon presiden terpilih, Joko Widodo - Jusuf Kala menaiki sebuah
kapal Pinisi di Sunda Kelapa, dan mengucapkan pidato yang begitu berkesan.
Jokowi memiliki ide mengenai Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Mengoptimalkan fungsi laut sebagai sarana mobilisasi barang yang cepat dan
tangguh, tanpa macet. Ungkapnya
"Dengan kerendahan hati, kami Joko Widodo dan Jusuf
Kalla, menyerukan kepada saudara-saudara sebangsa dan setanah air untuk kembali
ke takdir sejarah sebagai bangsa yang bersatu, bangsa yang satu, bangsa
Indonesia, Pulihkan kembali hubungan keluarga dengan keluarga, hubungan
tetangga dengan tetangga, hubungan teman dengan teman yang sempat
renggang," tambahnya dari atas satu kapal tradisional Pinisi di pelabuhan
Sunda Kelapa.
Foto : Fitri Mattaliu : Jajaran perahu pinisi di sunda kelapa
Tome Pires seorang Portugis penjelajah menorehkan kesannya
tentang tempat kapal bersauh bernama Kalapa di pesisir Java.
Menurutnya, Kalapa adalah pelabuhan terbesar di Jawa selain
Sunda (Banten). Dia besar dan strategis karena merupakan
pelabuhan transit berbisnis rempah-rempah.
Pelabuhan itu kini bernama Sunda Kelapa. Pelabuhan yang
menjadi muara perjuangan anak bangsa, menjadi wahana bagi yang membutuhkannya
secara berkelanjutan. Terdapat dua bagian yaitu pelabuhan utama dan pelabuhan
Kalibaru. Pelabuhan utama mampu menampung 70 perahu layar motor (PLM) sedang
Pelabuhan Kalibaru menampung sekira 65 kapal antar pulau.
BACA LINK TERKAIT : Pelaut Makassar Siarkan Islam Pada Suku Aborijin Australia
Di pelabuhan Sunda Kelapa Kini, tampak pula kapal besi
berbagai ukuran yang sandar di Pelabuhan Sunda Kelapa. Bentuk kapal besi itu
terlihat cukup kokoh dibandingkan dengan pinisi yang terbuat dari kayu. Akan
tetapi, dari segi estetika, pinisi jauh lebih menawan daripada kapal besi.
Keberadaan kapal pinisi ini menguatkan pelabuhan tersebut
menjadi tujuan wisata, karena pelabuhan
ini antik banget, sudah dikenal sejak abad 12! Bayangkan! Pelabuhan ini
mengalami pasang surut, dengan pergolakan dan serangan mulai dari Portugis, Belanda, Demak,
Mataram, tetapi tetap masih utuh. Bayangkan nilai kesaksian sejarah dari
pelabuhan Sunda Kelapa ini!
Sampai kapankah pinisi akan
menghiasi Pelabuhan Sunda Kelapa? Yang jelas, bangsa ini telah mencatat dalam
sejarahnya, bahwa "pinisi merupakan salah satu perahu layar tradisional terbaik asal
negeri ini.
referensi : sundakelapaheritage.org / dan terimakasih buat Bang Yahya_
___
Sangbaco.web id_Feb|08|2017
Perahu Layar Pinisi di Sunda Kelapa
___
Sangbaco.web id_Feb|08|2017
Perahu Layar Pinisi di Sunda Kelapa
Referensi : Uji Perahu Pinisi di Relief Borobudur
0 comments