Puisi Kisah Kemarau

Sabtu, Agustus 31, 2019

Kisah kemarau jadi teks, kemarau pun adalah puisi : ulasan kisah tentang cekik kemarau,  sebuah kumpulan catatan perih nan beku dikemas dalam puisi kisah kemarau. Jelajah peristiwa di pesisir wilayah Bontoa maros. Selalu tulis-tulis saja sebagai pesan "dari waktu ke waktu buat pemerintah, tidak luput atasi kemarau di Bontoa Maros. Catatan yang sayang jika membuangnya, ia berencana mendengar sekali saja tentang getar desiran air dari pipa leden dan itulah  " suara cinta yang memanggilnya, memanggilmu ke akhirat , memanggilmu ke surga", dan setelah hujan puisi ini kemudi siap berpetualang dengan damai  atau mati, tak mengapa....!.Trims sudah kunjung di Puisi kisah kemarau, semoga memberi manfaat.
____________

Puisi Kemarau 

|I|
Jauhmu nan  jarum kemarau,
kering dan  sangat kita kenali, meranggas setiap tahun
dan angin  panasnya  menggoyang daun,  seperti gelisah yang meretakkan tanah

Jauhmu nan  jarum kemarau
yang mengajarkanku selangkah demi selangkah tentang rahasia, hingga suatu waktu : mata kita sembab dan kita saling membaca satu sama lain. 
Kemarau bahasa hari hari nan mengering di kerongkongan

ia kemarau yang bisu
wajahnya berdiri kuyu dan terlihat air mata di pelipisnya
Kelak itulah kau wajahmu sendiri dalam perhitunga hari terakhir.

Kemarau dengan selaksa perkiraan  waktu yang tidak tepat, dan barangkali lebih lama.
Kemarau penuh yang menatap kalender, meretak tanah retak, mengering coklat dinding tua , seolah...
tak ada peristiwa sorga juga neraka, pula  tak ada " kau juga aku"_

*puisi tak memintamu berpihak ia hanya mengingatkanmu bahwa keringnya dataran Bontoa maros satu sejarah yang mereka ingat, tidak hanya padamu, semoga nestapa mereka tak melibatkan kekasih di sekitarmu : Aku getir kemarau dan suara-suara terus berdenyaran_

Kaimuddin mbck maros 31|08|1919 
______

|II|
Jerit kemarau adalah luka tersimpan luka kemarin kelak luka purna tak terjemah,

|III|
Puisi Setelah Kemarau 
Tak Sepi pun Tak Hujan Kecuali "Dekapan"

Sepi kemarau, adalah aku nan telusur di bening matamu, lengkung alismu dan rambutmu yang kau biarkan tergerai, tentu tak hanya goyangan rambut dari desau angin,  bahkan tersimpan ledak, 
jika saja  hujan  merelay gelisah , mencairkan kemarau.

Sayang….dalam diam ini, kita melewatkan satu hal
 " rindu yang tak kita mengerti mengapa ia tumbuh, sebab
pada akhirnya kita bukan apapun kecuali puisi paling sepi, paling kemarau"

Tak kepikirkah hujan mengetuk sekali saja
maka tak setanganpun kecuali "aku, ingin menghujani-mu"
mengajakmu becek, basah, dan berangkulan .

Setelah kemarau adalah puisi, puisi tentang "kita"
____
Sang Baco_ 1|08| 19
Resah Antara Bontoa SMA 6 Maros dan Kassi pinggir sungai Maros. 
Puisi kemarau dan tak hujan kecuali dekapan. i love you 

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images