Antologi Puisi ~ Embun
Senin, Juni 27, 2011Embun berujud kebeningan, bersih dan nirmala. Embun presentasi denyut dan gerak aliran kehidupan, dan sekali ini ia embun obyek dan luapan kata bahasa sebagai konsep apresiasi puisi, meski demikian tak melulu embun di perspektif indah dengan penuh harmonisasi. Embun dalam nilai kompleksitas pada titik ini, ia bisa pula ulasan semena-mena, tanpa rambu, pula tata cara. Yang penting bahwa embun hadir sebagai peristiwa dan ikut mewarnai hidup. "malam resap dan dari langit embun jatuh di tanah kerontang, dinginya melembabkan tanah, tumbuhkan rumput juga anggrek yang bergelayut di pohon kering".
Dengan pengasih Tuhan embun merupakan sirkulasi hidup, ia cinta, rindu sekaligus sepi dalam gelegak telaga jiwa. sebab embun aku menekur, terus belajar, dan menguraianya sebaga puisi dalam ribuan peristiwa. Akhirnya simak puisi embun, semoga memeroleh manfaat.
Antologi Puisi ~ Embun
Adalah aroma yang mengingatkanmu tentang kisah atau mengenalkanmu janji yang pernah kau simpan, dalam setiap butir-butirnya embun seakan menandai, " sisa hati yang pernah kau titip di kumpulan puisi, betapa santun bahasanya, dan dengan sedikit basah, ia meliuk-liuk penuh rayu, kala itu hati kita masih "LuGu" (Lucu dan Guriting | 2011).
Nasehat Embun
Ia embun selalu datang, menyusurkanmu indah, kalau-kalau kau tatap langit, dan ia turun kebumi juga ke hatimu.
Lihatlah, ia embun pagi menempel sendirian, entah berapa lama memegang di ujung daun, menggantung. begitu sepi tatapnya, dunia seakan tidur,
Embun masih selalu begitu, datang-pergi, lalu kembali,
ya, ia hanya titik embun tanpa pamrih kunjung padamu,
katanya, “kau milik dirimu sendiri dan waktu tetap kans tanpa pernah berkedip ke-arahmu.
Duka Embun
Ia embun tanpa kau minta, nasehatnya selalu sampai padamu, menyusurkanmu indah,
mengangkat kedua jarimu berdoa ke-langit, dan ia turun kebumi juga turun ke hatimu
sekali waktu, di lain waktu jangan mencarinya : panas mentari menguapnya tak bersisa
Embun menolak catatan "X"
Ketika sepi adalah tautan jala dengan pecahan remuk, sepi lebih dari sunyi, tempat malam memenuh pekat, sepi memang celah bahkan rongga yang sesungguhnya sulit disederhanakan, ada yang menafsirkan sepi : sepenuh pengap, dan kuasa kegelapan jiwa, menghujam bunga : layu, debu bahkan hangus legam,
Sepi bukan embun, sepilah yang ngajak "bunuh diri".
Ketika sepi adalah tautan jala dengan pecahan remuk, sepi lebih dari sunyi, tempat malam memenuh pekat, sepi memang celah bahkan rongga yang sesungguhnya sulit disederhanakan, ada yang menafsirkan sepi : sepenuh pengap, dan kuasa kegelapan jiwa, menghujam bunga : layu, debu bahkan hangus legam,
Sepi bukan embun, sepilah yang ngajak "bunuh diri".
Antologi Puisi ~ Embun
Puisi Sepi
"Sepi terdalam dari jarak pandang langit"
luas, lapang dan hening,
dan jalan-jalan bisu tak bernyawa
Bila pekat malam,
sepotong bulan lesu berpamitan
desau angin lembab dan hilir mudik di gurun.
Sepi dan sesuatu pergi, sejauh rig didasar lautan
sangat jauh, sehingga daratan adalah
titik jenuh dari jarak pandang langit
oh..alangkah indahnya sepi
tepuknya pada tanah kerontang tumbuhkan bukit-bukit baru
tepuknya sekali lagi seakan mendaki langit, mencari-cari cintanya. atau
(pula) menelusup gelegak ke telaga jiwanya,
(pula) menelusup gelegak ke telaga jiwanya,
Dalam sepi seseorang terus belajar, demi tak menemu cara : bunuh diri
ANGIN DAN ROK
Selasa, 13|10|11
~
Angin ngeos hilir mudik, dan rokmu yang pendek
Angin ngeos hilir mudik, dan rokmu yang pendek
Kecamuk angin dan rokmu terayun, seberapa pendek rokmu ?
Sesuatu yang tampak tersibak itu, tak bisa kau kenali,
Tak berhenti angin menyingkap segalannya,
yang tampak itu "tak, kau kenali....!",
sekali lagi yang tampak itu : "tak kau kenaliiiii...!!!, "kataku.
____
Sb |Maros sore|ptb_
~~~~~~~~~~~
Antologi Puisi ~ Embun
Sendirian di Hutan
Sendirian di Hutan
Ia,
Setebal belukar menelusur ke-bumi
tapi ia, embun penuh percaya diri , ter-
gantung semalaman pada helai daun
dan tak se-hutan, ia ada.
Rindu di Hutan Sunyi
ia menyulut nyala rindu di-
kalbunya …sendiri dan
singgah sebentar lalu hilang di-
sudut-sudut matamu, (sekira kau meng-acuhkan-nya)
jika kau menemu-nya di hutan sunyi dan sendirian, Jangan meng-
usik-nya, meskipun ia, slalu..........: pe-maaf_
~~~~~
Antologi Puisi ~ Embun
Sebab gerimis tak perlu alasan
Maros, 05|12|11
Gemuruh gerimis di luar jendela, kau mengira badai gurun
Padahal, dentuman rekah bukit-bukit.
Gerimis yang mengelus kemarau, sangat angkuh dan anggun, terlebih
setelah menitik di setengah kerucut ujung matamu
Gerimis yang mengelus kemarau, sangat angkuh dan anggun, terlebih
setelah menitik di setengah kerucut ujung matamu
Gerimis, dan tangan kecilnya
menumbuk kemarau, uh.., sungguh abadi,
menumbuk kemarau, uh.., sungguh abadi,
tidakkah kau tahu bahwa,
“Sesuatu dapat lahir pada gerimis di detik yang tertahan itu ?”
~~~~
Betapa indah antologi puisi, ia menjelajahi isyarat,
yang dengannya kita tiba-tiba terperanjak, bak gerimis,
meskipun hanya berkata “sejenak saja sayang…..”
yang dengannya kita tiba-tiba terperanjak, bak gerimis,
meskipun hanya berkata “sejenak saja sayang…..”
Padahal ia tak perlu alasan untuk : jatuh_(tulis Kaimuddin mbck)_
__
Sangbaco.web.id
Sangbaco.web.id
Antologi Puisi ~ Embun
0 comments