Rahasia Nasehat SUFI

Jumat, Mei 23, 2014

Rahasia nasehat sufi adalah sebuah pahaman menuju "Jejak keagungan", tapi terhadap peristiwa ini setan tak membuatmu mudah untuk menang, sungguh syaitan tak membiarkan paham..!, sebab keberpihakanmu pada kebenaran,  maka kau adalah musuh yang nyata baginya.

Merasa Pintar
Singkirkan perasaanmu dengan merasa seperti  pintar  (upaya dasar hilangkan arogansi), lalu terhadap perilaku kebaikan, boleh kau tegaskan  bahwa "ya Allah... insyaallah aku akan bertahan lama di dalam kebaikan ini dan juga terhadap Taqdir sebagai hal kelengkapan diriku yang dengannya kau angkat derajatku", dan dalam introspeksi waktu maka sikap keseharian kita cukuplah bagaimana berupaya untuk mulia dalam pandangan Allah saja. __

Sedang Riya’ (mencari perhatian manusia) dan tidak ikhlas itu mesin pembunuh yang meruntuhkan seluruh pengabdian kita kepada Allah. atraktif Riya dalam asbabul wurud dan asbabul nusul mengindikasikan bahwa riya' adalah : berbuat baik /melakukan amalan tdidak murni karena Allah SWT, kelak ia org pertama di lemparkan ke dlm neraka (pula) riya : kelak Allah memintamu mencari org 2 yang ditempati mencari pujian, (penguasa, bos,org kaya ,pimpinan dll)  sedang tak sesuatupun amalan yg kau peroleh_ (Nasihat Sufi )

Dingin pd Dunia Sebab Akhirat
orang-orang yang mendapat taufiq mengetahui nilai 
kehidupan dunia dan kecilnya kedudukan didalamnya, maka mereka
membunuh nafsu keinginan terhadap dunia (dingin / memandang dunia sebagai t4 cobaan) dalam
rangka terus menerus mengarahkan pilihannya pada orientasi kehidupan abadi atau kampung akhirat.

Merasa di Awasi kau Pohon Hijau 
awal kedekatan itu adalah senantiasa merasa di awasi oleh Allah, maka ia (tampak) sungguh seperti pohon  hijau diantara pohon2 yang kering, tampak jelas dan terdengar ketika ia berdoa, juga ketika ia dalam kesulitan dan meminta pada Allah 

Istidraj ; Tanda Tergelincir
Bejat hidupmu tapi kau tetap kaya longgar itu bagian dari kehendak Allah yang disebut "istidraj" (diberikan kehidupan/dilapangkan tapi penglalaian), hal yg sungguh  akut dan menular kedalam tubuh yg lain,  terkena pada Orang yang bersuka ria karena dunia, sebenarnya orang tersebut berduka cita sebab ia dalam pandangan teralihkan. esensial spectra-nya bahwa ia telah di palingkan hati dan perasaannya dari sebuah ruang kebahagiaan yg lain (semacam tak se-kejutpun terjadi pada batinnya  ketika nama Allah terdengar, tak tersentuh ketika dakwa di dengarnya dan tak bisa menangis dihadapan allah dalam malam2 khusyu.

"Makanlah dan bersenang-senanglah kamu (didunia dalam waktu) yang pendek, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa" (QS Al Mursalat: 46)

Barangsiapa yang tidak kerasan bersama Allah di tengah-tengah manusia, dan 
betah dengan-Nya ketika sendirian dan sepi, maka ia seorang yang lemah.  dan sakit.

Ketakberdayaan (buta melihat tujuan akhirat) sebab pola tipu-kaku yang di bentuk syetan, ia masuk lewat lingkungan juga kelabilan sifat dasar karakter diri ) Jangan mengharapkan hasil menjadi lebih baik jika Kita masih bertahan dengan cara yang masih Kita pakai saat ini. Dengan ungkapan lain, (jalan mulia itu berat dan besar cobaanya) mimpi mengharapkan otot bisa menjadi lebih ‘seksi’ tapi masih mengangkat barbel ringan terus menerus.


Seorang ibu yang hanya butuh pada TuhanNya, Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu: katanya di suatu waktu.
Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah (shalawat Nabi). Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya.”

Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus.  Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya.

bicaralah terus menerus maka anda pun menjadi tuli dan menguapkan sesuatu yang semestinya perlu kita kentalkan ?, banyak bicara berarti meninggalkan banyak kata-biasa yg mbuat anda tanpa kesan.

Hadiah Anak & Puasa Bicara
Zakaria as sering berdoa, "Tuhanku, sudah rapuh tulang-tulangku, sudah penuh kepalaku dengan uban, tapi aku tak putus asa berdoa kepada-Mu." (QS. Maryam: 4) Satu saat, Tuhan menjawab, "Aku akan memberi kepadamu seorang anak." (QS. Maryam: 7) Zakaria as hampir tidak percaya, "Bagaimana mungkin aku punya anak, ya Allah. Padahal istriku mandul dan aku pun sudah tua renta." (QS. Maryam: 8) Lalu Tuhan menjawab, "Hal itu mudah bagi Allah. Bukankah kamu pun asalnya tiada lalu Aku ciptakan kamu." (QS. Maryam: 9) Zakaria masih penasaran dan ia minta kepada Allah, "Apa tandanya, ya Allah?" Tuhan menjawab, "Tandanya ialah kau harus puasa bicara. Kau tidak boleh berkata kepada seorang manusia pun selama tiga hari berturut-turut." (QS. Maryam: 10). 

(cara mengerti pilosofi mengapa telinga 2 dan mulut hanya satu > bilangnya " menjadi bijak itu dengan berulang kali mendengar lalu berkata hanya sekali dan bukan sebaliknya") 

Tatkala kau terbaring,(hal yang kau kira santai tapi dapat saja malaikat maut mencabut nyawamu saat itu juga, tanpa peduli kau sehat atau sakit, atau kau baru saja membenarkan sebuah kesalahan
Tatkala kau terbaring,

           tersembunyi daratan dalam lipatan-lipatan mimpimu,
           sebuah bangunan batu dengan dinding berlumut yang kelihatan  rapuh,
           langkahmu  menuju kebanyak pintu, di balik sebuah pintu terbukalah ruang gelap dan  kosong,
 suara seperti: tergantung di langit ketika sedetik sebuah nyala yang memucat dari bola lampu diatasmu,”aku telah terbunuh….”, katamu,

Sejenak ketika sesosok manusia tergantung lemas diatasmu dan kau sangat mengenalnya.....
___________
kaimuddin mbck (sebuah puisi nasihat buat Al Ghozi dan Afra.

Kumpulan Nasehat suf
*berhentilan mencari pengakuan orang (ini membuang banyak enegri-u), makin pingin menunjukan diri kita supaya diakui, dihormati, anda akan makin tertekan, tegang dan melelahkan bathin, dan umumnya semakin tidak disukai dalam pergaulan.

*pernah terpikir bahwa tak mengapa tidak jujur, tapi rupanya  tidak jujur penjara, karena hal ini banyak hal yg tidak kita nikmati termasuk jauhnya ke-merdeka-aan perasaan.

*keberanian buat mengatakan tidak tahu untuk hal yang tidak diketahuinya, kan lebih menenangkan dan dihormati dari pada senantiasa pingin terlihat serba tahu atau sok tahu, pun hal ini membuatmu capai  bahkan Allah tdk ridha terhadap doa-u

*hati yang bersih (merasa diawasi oleh allah, perjalankan diri dengan kebaikan)  akan m-buat-u peka terhadap pengetahuan, apa pun yang dilihat, didengar, dirasakan jadi samudera pengetahuan yang membuat semakin bijak, arif dan enjoii menyikapi hidup ini, pun kau takkan merendahkan dirimu pada manusia.

*Ilmu membawa manusia untuk : berkasih sayang, termasuk menuturkan kata yang lembut.

*Meskipun engkau lari dari reskimu maka reski itu tetap mengejarmu seperti kematian yang pasti datangnya, “hingga JANGAN pernah merasa bahwa reski itu lamban datangnya “ < suhudlah kamu  maka Allah akan cinta, demikian pula suhud dari milik manusia maka manusia cintaimu.

*sungguh bahwa > Kebutuhan Hamba untuk mengenal Allah melebihi kebutuhan terhadap makanan, sebab Allah maha…,  pula lebih mengenal dirimu daripada dirimu sendiri.

*Al-Hasan -Radhiyallahu 'anhu- berkata, " Apakah kalian mengetahui apakah Tawadhu' itu? Tawadhu' adalah memandang setiap muslim yang anda temui memiliki kelebihan dibandingkan Anda ". [At-Tawaadhu' wa Al-Khumuul, hal 154]

Al Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah ketika ditanya tentang makna tawadhu’ beliau menjawab, “Merendahkan diri terhadap kebenaran, tunduk kepadanya, dan menerimanya dari orang yang menyampaikannya.” Dan dikatakan pula,“Tawadhu’ adalah engkau tidak melihat bahwa dirimu ini memiliki harga. Barangsiapa yang melihat bahwa dirinya memiliki harga maka dia tidaklah memiliki sifat tawadhu’.”

Abu Yazid Al Busthami rahimahullah mengatakan, “Tawadhu’ adalah seseorang tidak memandang bahwa dirinya memiliki kedudukan dan tidak melihat bahwa ada orang lain yang lebih jelek daripada dirinya.”
“Tidaklah shadaqah itu mengurangi banyaknya harta. Tidaklah Allah itu menambahkan pada diri seseorang sifat pemaaf, melainkan ia akan bertambah pula kemuliaannya.Juga tidaklah seorang itu merendahkan diri karena Allah, melainkan ia akan diangkat pula derajatnya oleh Allah ‘azza wajalla.” (HR. Muslim)

Tawadhu’ adalah lawan dari sombong, mengangkat-angkat diri sendiri. Seorang disebut Tawadhu’ apabila dia tidak mengangkat dirinya di atas orang lain karena ilmu, nasab keturunan, harta, kedudukan, atau kepemimpinan yang dia miliki.

Tawadhu’, bersikap rendah hati  sifat yang diperintahkan  (Al Qur’an  Allah berfirman,“Dan rendahkanlah dirimu kepada kaum mu’minin yang mengikutimu.” (Al Hijr: 88)_

Allah juga telah menjanjikan balasan surga bagi orang yang senantiasa menjauhi sifat sombong dan selalu merendahkan diri mereka. Allah berfirman, “Itulah negeri akhirat yang Kami sediakan bagi orang-orang yang tidak berambisi untuk menyombongkan diri di atas muka bumi dan menebarkan kerusakan.” (Al Qashash: 83)

 Nabiullah bersabda, “sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku, hendaklah kalian itu bersikap tawadhu’, sehingga tidak ada seorang yang membanggakan dirinya di atas orang lain dan tidak pula seorang itu menganiaya orang lain.” (HR. Muslim)

Nasihat (hidup sederhana) di sampaikan Aisyah Ra.
Aisyah, istri beliau, pernah berkisah, “Sungguh Rasulullah telah meninggalkan dunia, dan beliau tidak pernah kenyang sebanyak dua kali dari makan roti dan minyak dalam sehari.” [Shahih: Shahih Muslim no. 2974] Di lain waktu, Aisyah juga menceritakan, “Sesungguhnya kami melihat hilal pergantian bulan dalam kurun waktu dua bulan, dan selam itu tidak ada nyala api di rumah Rasulullah. (Tidak ada yang dimasak). Yang ada hanya air dan kurma. Hanya saja kadang-kadang ada tetangga dari kaum Anshar yang memberikan susu, beliau meminumnya dan memberikannya kepada kami.” [Shahih: Shahih Al-Bukhari no. 2428; Shahih Muslim no. 2972]

‘Umar bin Al-Khattab bercerita tentang hadits ila’ (sumpah) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap istri beliau dengan tidak mendatangi mereka selama sebulan. Beliau menjauhi istrinya di sebuah ruangan. Tatkala ‘Umar masuk kepada beliau di ruangan tersebut dan tidak didapatkan selain sebungkus makanan dari daun dan kulit serta gandum, beliau berbaring di atas tikar yang jalinannya membekas pada tubuh beliau sehingga Umar menangis. 

Maka beliau berkata, “Ada apa kamu?” ‘Umar mengatakan, “Wahai Rasulullah, engkau pilihan Allah dari makhluk-Nya, sedangkan pembesar Romawi dan Persia dalam kondisi yang mewah”. Maka beliau duduk dan memerah wajahnya dan bersabda, “Apakah engkau ragu wahai ‘Umar?” Kemudian beliau bersabda, “Mereka adalah kaum yang disegerakan bagi mereka kemewahan-kemewahan di dunia.” (Muttafaqun ‘alaihi)

“Beliau membantu kebutuhan-kebutuhan keluarganya dan jika datang waktu shalat, beliau berwudhu dan keluar menegakkan shalat.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu beliau berkisah, “Bahwasanya ada seorang hamba sahaya wanita dari golongan di Madinah mengambil tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu wanita itu berangkat dengan beliau kemana saja yang dikehendaki oleh wanita itu.” (HR. Al Bukhari)
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu pula, bahwasanya beliau berjalan melalui anak-anak, kemudian ia memberikan salam kepada mereka ini dan berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga melakukan sedemikian.” (Muttafaq ‘alaih).

Qana’ah adalah engkau ridha dan menerima pemberian Allah kepadamu, dalam kehidupan dunia ini, baik sedikit atau banyak. Engkau menyerahkan urusanmu kepada Rabbmu. Engkau mengetahui dengan yakin bahwa Allah lebih tahu, lebih penyayang terhadapmu daripada dirimu sendiri. Demikian ungkap Asy-Syaikh ‘Abdul Ilah bin Ibrahim Dawud dalam karyanya Al-Qana’ah halaman 18.

Qana’ah adalah sifat yang utama / akhlak mulia. “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, lantas diberi kecukupan dan Allah menjadikannya sebagai orang yang ridho terhadap apa yang diberikan kepadanya.” [Shahih: Shahih Muslim no.1054]

Sudah punya sepeda, ingin punya motor. Sudah punya motor, ingin punya mobil. Sudah punya mobil ingin punya kereta. Sudah punya kereta. Ingin punya kapal pesiar. Sudah punya kapal pesiar, ingin punya pesawat pribadi. Sudah punya pesawat, ingin punya pulau pribadi. Ujung-ujungnya ingin punya segalanya. Hidupnya tidak pernah damai. Hatinya tidak pernah tentram. Karena jiwanya selalu ingin memiliki apa saja yang diingini. Segalanya harus jadi milikinya. Padahal Allah lah pemilik segala apa yang ada.

Tidak pernah mensyukuri apa yang sudah ia terima. Tidak pernah merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya. Ini bukanlah cerminan seorang muslim. Ini bukan sifat seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Seorang mu`min adalah orang yang pandai bersyukur kepada Allah. Seberapaun rizqi yang ia dapat, selalu ia jadikan sarana taat, sebagai wujud terima kasih kepada Allah yang maha kuat. Meski sedikit yang ia miliki, tetap ia syukuri. Ia yakin Allah maha tahu segalanya. Maha baik. Memiliki taqdir yang sangat sempurna dan baik bagi seluruh hamba. Maka hidupnya pun penuh bahagia. Meski ia bukan orang kaya, tapi ia merasa paling sejahtera. Meski perabotan rumah tak sebanyak di rumah si kaya, tapi baginya rumahnya adalah termewah. Meski kendaraan hanya sepeda butut, baginya itu harta paling berharga.

Dan memang, “Orang yang tidak mendapat harta sudah selayaknya bersifat qana’ah. Sedangkan bagi yang mendapatkan harta hendaknya digunakan dengan baik,dan dermawan,” tutur Ibnu Qudamah dalam Minhaj Al-Qashidin hal.259.

“Jadilah orang yang qana’ah, niscaya engkau akan menjadi manusia yang paling bersyukur.” “Dan ridhailah segala apa yang dibagikan Allah kepadamu, niscaya kamu akan menjadi manusia paling kaya.” [Shahih: Sunan At-Tirmidzi no.2305; Musnad Al-Imam Ahmad 2/310. Dishahihkan Al-Muhaddits Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 930]
Nabi juga menolak anggapan bahwa kaya adalah kaya harta. Sebab kaya yang hakiki adalah “kaya hati”.

“Makna hadits ini bahwa kaya yang terpuji adalah kayanya jiwa, merasa cukup dan tidak bernafsu terhadap perhiasan dunia. Karena banyaknya harta akan mendorong smangat untuk terus bernafsu menambah hartanya. Orang yang selalu meminta tambahan adalah orang yang tidak merasa cukup dengan apa yang dimiliki, maka orang yang semacam ini bukan orang yang kaya,” jelas Al-Imam An-Nawawi dalam Al-Minhaj syarh Shahih Muslim IV/3.

Barangsiapa yang merasa cukup dengan pemberian Allah, kata Al-Mufassir As-Sa’di, maka dia adalah orang kaya sejati, sekalipun sedikit hasil yang ia dapati.  Dengan menjaga diri dari meminta-minta dna merasa cukup terhadap pemberian Allah subhanahu wa ta’ala, maka sempurnalah kebahagiaan hidup bagi seorang hamba, mendapat nikmat dunia dan qana’ah dengan apa yang Allah berikan padanya. [Bahjah Qulub Al-Abrar hal.73]
Rasulullah berkata, maknanya, “Barangsiapa merasa/meminta kecukupan, maka Allah mencukupinya.” [Shahih Al-Bukhari no.1427; Shahih Muslim no.2471] Sungguh beruntung, kata Nabi, orang yang diberi petunjuk ke dalam agama Islam, kehidupannya serba kecukupan dan dia qana’ah. [Shahih: Sunan At-Tirmidzi no. 2349, Al-Mustadrak 1/35. Dishahihkan Al-Muhaddits Al-Albani di Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 1506]

“Bersikap zuhudlah di dunia, niscaya Allah mencintaimu. Dan berlaku zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya manusia mencintaimu.” [Hasan: Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no.944]
Asy-Syaikh ‘Abdul Ilah bin Ibrahim Dawud dalam Al-Qana’ah halaman 88 mengatakan, “Bukanlah kebahagiaan itu dengan terwujudnya segala keinginan materiil, bukan juga yang bersifat kelezatan atau menuruti hawa nafsu. Akan tetapi kebahagiaan jiwa adalah dengan ridha dan qana’ah.”

Kita bisa melihat kebanyakan manusia ditimpa dengan penyakit bimbang, sedih, dan selalu was-was, hatinya merasa sempit, kemudian dia baru menyadari betapa pentingnya sehat dari penyakit semacam ini, pemberian Allah berupa kelapangan jiwa. Bahkan orang-orang yang miskin acap kali mengalahkan orang-orang kaya dalam nikmat semacam ini, nikmat qanaah dan lapangnya hati. [Bahjah Qulub Al-Abrar hal. 46]

Nabi Muhammad menasehatkan, artinya, “Lihatlah orang yang berada di bawah anda (dalam hal duniawi—pen) dan jangan melihat orang yang ada di atas anda. Karena hal itu akan lebih menjadikan anda tidak meremehkan nikmat Allah.” [Shahih: Shahih Muslim no. 7619]
Ada Teladan dalam Pribadi Nabi Kita

Nabi Muhammad adalah sosok yang paling qana’ah dan zuhud terhadap dunia. Dunia bagi Nabi hanya persinggahan sementara. Tempat mengumpulkan bekal untuk mengarungi kehidupan di akhirat sana. Kita melihat betapa Nabi yang memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah, dan sangat mudah bagi Allah untuk memberikan kepada Nabi kekayaan sebagaimana yang diberikan Allah pada Nabi Sulaiman, akan tetapi Nabi memilih hidup secukupnya. Dan Nabi senantiasa zuhud dan qana’ah.
____________
.Referensi:
- Madaarijus Saalikin, Al Imam Ibnul Qayyim
- Syarh Riyadhis Shalihin, Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
- Qutufun min Syamaaili Al Muhammadiyyah, Asy Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

 Rahasia nasehat suficatatan ini benar2 dari berbagai sumber dan banyak tambahan dari buku "Pesan-pesan Spiritual Ibnul Qayyim"; sering ku-baca demi menasihati diri dan demi berkepribadian, saya kaimuddin mbck_ wassalam.

You Might Also Like

1 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images