Ibu Sang Baco Sitti Amrah Dg Caya
Jumat, Mei 09, 2014Sebab rindu, kutulis saja ungkapan perasaan ini, kelak anak-anakku mungkin membacanya dan menjadikan ini sebagai nasehat. Sebab kepulanganNya semua orang tanpa pernah merasa cukup untuk memberi dan membahagiakan ibu. Sayangilah ibu, ia yang membesarkan, menjaga dan mengenalkan kehidupan. ia ibu dengan doa-doa yang terbang melesat kelangit bertemu Tuhan, untuk menyenyakkan tidurmu dan mengindahkan perasaanmu. Ia ibu yang menyusukanmu memberimu hidup dan mengenalkanmu bahasa.

Ibu Sang Baco
: Sitti Amrah Dg Caya
Ia ibu bahkan alam semesta selalu berbincang tentang " ibu", ia mata air cinta, ia kehidupan itu sendiri...kehidupan alam ini, dan di langit mengesan, "jangan pernah kehilangannya" sebab keberkahan dari sehelai jiwanya adalah restu dari langit.
ia ibu yang menggendongmu, dan merapalkan doa untukmu, (pula) dan hanya dengan itu tuhan meringankan murkanya padamu. "
Ia ibu yang menengahi perbuatan burukku dari laknat Allah, ia ibu yang dengan kesadaran mengenalkanmu melintasi alam ini, ia ibu dengan penuh harap dan ribuan cinta untuk menyemai hidupmu
lupakah kau dengan tatapan ibu yang meng-gurat keindahan bahasa yang tak terucap, yang juga memetikkan cahaya bulan jika kau sepi, atau sendu mata itu memang bulan, TIDAK.., ibu lebih dari ribuan bulan bahkan membungkus segala bulan,
ketika kau jauh dan zaman mengintaimu, Ia Ibu....masih sebuah hati yang menampung luka, menjagamu.....agar kau tak merasa sendirian.
_____
Dengannya, "apakah kau lupa cita-cita kecilmu dulu “membelikan ibu kompor , kasur , mengajaknya ketempat yang di sukainya ?“ , ia tersenyum, kini.
: dengan kamus praktis sebagai pedoman, kukatakan “hendak membelikan.. apa saja yang ia mau, tapi celakannya sedikitpun ia tak tersenyum_
maafkan aku ibu...aku belum memenuhi sedikitpun mimpimu.
_________
Puisi "mimpikan ibu"
(Kenangan terakhir pada ibu ketika aku lara di batu nisannya).
Malam remang, mata itu.....lekat memandangku,
sejenak..., tubuhnya kedekatku berbaring, tampak jelas garis-garis lelah di wajahnya
tanganku bergerak, mengusap bekas luka di punggungnya.
Aku menyuapnya nasi, tak ditelan, tapi
mulutnya terus menganga, "..ibu, takut kematian nak", katanya
: Aku tetap disini, walau tak mengerti, "bukankah, ibu telah lama mati....?
__________
Galoo Maros,19.05.08
*sebab Ibu adalah keindahan tak terucap dan kasihnya menyapamu pertama kali.
*ia ibu yang dibincangkan alam semesta_
0 comments