Analisis Puisi "Saat-saat Batu"
Rabu, Oktober 02, 2019
Puisi saat-saat batu bak ulasan kisah yang mengeras, pada sekelumit peristiwa dengan kemudi gila, bagai benang kusut kehidupan, "aku lelaki bujang menghabiskan waktu di petualangan cinta, dan berharap akhir tahun ini menemu kekasih dan hidup bersama". Sendirian bagai batu berlumut di pinggir kali, dengan getir kerapuhan cinta dan himpitan gejolak hidup. Jika kembara ini puisi, maka kata hanya menorehkan daun-daun jatuh yang gugur, ya sebuah jelma menerangkan carut-marut perasaan sepi yang membenam dan keragu-raguan, sungguh "Gila" hasrat juga rindu-nya demikian beku. Bagaimana maksud seutuhnya puisi saat-saat batu ?. Untuk lebih jelas "puisi saat-saat batu", simak saja berikut ini. maafkan keadaan yang tak benar-benar baik ini, dan dengannya kau boleh melupakan bahkan membuang puisi ini jika tak suka.
.
Apresiasi puisi "dalam sepi segala-gala menjelma batu".
PUISI SAAT-SAAT BATU
Apresiasi puisi "dalam sepi segala-gala menjelma batu".
PUISI SAAT-SAAT BATU
Saat konyol dan sedikit tolol, seluruh maumu tak
kuindahkan sama sekali, aku diam batu
Alur kian melambat sayang,
jenak perasaanku sedang batu dan diam
ya, kekurangan sedang berlangsung dan
penuh kesan mengada-ada,
Tapi aku tak sempat "bohong"
pada keindahan yang harus kutanggapi dengan pengertian yang benar,
meskipun indahmu belum ku-teriakkan, belum ku puisikan.
Hari ini
aku batu, kaku dan sedikit munafik sayang...,
Lihatlah tubuh juga wajahku demikian berlumut
Tak sesuatupun kecuali kepura-puraan
Nantilah saat aku mencair
Sepanjang narasipun akan menghampar dipelukmu
sekalipun batu ia terus tegak sayang..., dan seisi kulitnya masih lembab
Kelak batu itu mungkin menghijau, ah, aku merasa konyol
Maafkan untuk hari ini saja, dan
Esok jangan coba memanggilku "batu", sebelum aku melempar diriku sendiri ke pangkuanmu_.
Puisi Panggil aku "Batu.."
Menjadi batu tak perlu sedih
Terlebih harus merana dan meminta maaf
Hidup memang demikian, terlalu hujan untuk ditanam air mata, dan
Terlalu sempit untuk di isi penyesalan
Panggil aku batu, dan sebab ada yang buatmu marah "aku batu yang bebas tafsiran"
Dengan keras, kau boleh melempar aku padannya.
Sangbaco. Maros 021019_
Demikianlah puisi saat-saat batu, baca juga puisi terkait atau buka Link: Pelukan Dingin, Diam & Aku terapung Berantakan, atau puisi Demi Gerimis Tak Membasahi Rambutmu. Puisi Puisi yang menegakkan sepimu dan menghibur rindumu, dan telah dipublikasikan sangbco.web.id.. Semoga puisi saat saat batu, dapat menghibur dan menginspirasi untuk menulis kembali puisi cinta, galau, puisi menyentuh hati atau puisi cerita kehidupan_"Maafkan untuk hari ini saja, dan esok jangan coba memanggilku "batu", sebelum aku melempar diriku sendiri ke pangkuanmu_
0 comments