Mistik :Asu Panting, Poppo dan Ikoro

Kamis, Desember 15, 2011

Angin bertiup dingin menggoyang seluruh daun, seolah segala  hendak digerakkan hingga akar, suara sahutan anjing terdengar aneh dan panjang, bak lolongan panjang serigala yang mendirikan bulu kuduk dan memberi tanda sebuah tubuh sebentar lagi akan tercabik. "Lolongan panjang tersebut oleh masyarakat kampung menyebutnya dengan "Asu Panting".

   
Lacak jejak ke Terawang Hantu di Sulawesi Selatan (4)
 Di Sul-Sel sungguh banyak jenis hantu yang tidak kita ketahui, telusur jejak kesekian kali ini kami coba mengungkapnya satu persatu. dari episode sebelumnya  misalnya ada yang berbentuk setengah hewan dan setengah manusia, hantu Sumiati , Longga dan lain-lain, kali ini adalah Poppo,demikian orang menyebutnya, 

Ke-berbeda-an dengan parakang sebab ia memang setengah manusi dalam setiap saatnya, sedang parakang adalah..parakang-manusia-jadi-jadian-,  poppo dalam penjelasan adalah keadaan, seseorang dengan hanya kepala disertai  usus yang di penuhi darah segar dan terbang melintasi atap rumah, dan sesekali singgah seolah berkuda-kuda tepat di atas bubungan rumah bagian depan bahkan menggoyang tiang rumah bagian depan tengah begitu keras, atau dalam teks bahasa Bugis," luttui nennia mitti-mittiI' darana,nakko leppangi coppo bolae nattujui, nagongko mettoi bolae, makkinnyarang ri coppona, nakko diolliI' no, naia kia dipau aseng si tongengtongenna , mattuddui nappa lokka, nasaba siri'. , sebab keberadaan poppo inilah sehingga masyarakat sul-sel menganggap tabu jika sebuah rumah tidak mempunyai timpa laja dalam bahasa bugis, atau timba sila dalam bahasa makassar,atau penutup bubungan rumah berbentuk segitiga,(daerah tertentu terdapat sebuah perkampungan poppo di provinsi Suawesi Selatan, berdasarkan hasil penelusuran jejak minggu ini, (menghindari fitnah identitas nama kampung tidak dapat kami sebutkan), penelusuran tentang poppo ini sangat banyak kami temukan sumber/referensi dialog yang sama, penyebab awal mengantarai keberadaan makhluk gentayangan ini adalah penerimaan sebuah ilmu salah yang perkiraan sementara seolah dikait-kaitkan dengan pahaman animisme atau istilah bahasa daerah sering di identikkan dengan attoriolong.

Poppo bukan manusia dengan badan yang utuh, jika singgah di bubungan rumah atau diatas pohon besar, sungguh nyaring suaranya terdenger "pok..!pok...,pok..."seperti suara orang tercekik dan hendak membalas dendam, entahlah....melintasi sejarah perjuangan masy Bugis melawan penjajah tersebutlah cerita tentang poppo toana sawitto...dan seterusnya, (cat sementara)

 Asu Panting (bhs Bugis terjemahnya: lolongan pencabut bulu kuduk), serupa sugesti... tak tertahan, bulu kudukpun merinding di sekujur tubuh, dan sebab ketakutan ini, para penghuni rumah spontan memeriksa kunci pintu dan menutup jendela, doadoapun di gelar dan sebab sikir tersebut asu panting /lolongan anjing misterius yang terdengar itu melemah dan berhenti perlahan, jangan menapikannya, sebab kesekian kalinya usai lolongan tersebut dan terdengar langkah mengendap-endap mengantarai desah ..., tiba-tiba sebuah jerit, nyawapun mengerang…..dan sebuah tubuh terbujur kaku, terdengar tawa memecah sunyi.., seakan membongkar segala pintu yang baru saja terkunci rapat.

Dan jejak lainya di sebuah kecamatan Malimpung, 
Kabupaten Sidenreng Rappang (area hutan rintis atau di babat oleh tentara lalu dijadikan tangsi militer di  taon 60 an) ketika itu area tersebut sangat sakral bahkan semua suara burung menandai isarat yang dapat di baca oleh masyarakat tangsi tersebut, diantara isarat suara tadi yang sangat sakral adalah sebuah penamaan dengan istilah "Pallipa Garrusu".
Daeng Mappasessu bersama istrinya bernama Daeng Tika mengantarai cerita ini, ketika dinding rumah yang terbuat daun kelapa itu (dinding sementara)terdengar , "emmuni nrete lipa sabbe, mengngi lalo di wirinna renringe, riwettue yaro rinring daung kaluku,pada di kerri kanuku malampe na ma tareng (bahasa Bugis terjemahnya :dinding dengan bahan daun kelapa yg dianyam tersebut seolah di sentuh oleh jari dengan kuku panjang dan runcing ) suara gemerisik tersebut adalah "Pallipa Garrusu", setan atau makhluk gentayangan yang tiba-tiba menyusu pada seorang perempuan, mendengar suara seperti itu gadis-gadis berebutan tuk tidur di tengah.....cat sementara

Dan makhluk tanpa wujud(1) memanggul dapo(2) yang sedang menyala di kepalanya, lengkingan serigala mengiringi langkah makhluk tersebut sebagai pertanda “sesuatu telah masak dan harus di santap”, oh rupanya sekumpulan makhluk semalaman menyantap.....dan pagi harinya ditemukan banyak tulang dan kerangkang kepiting berserakan

Di Era tahun 60-an , tersebutlah sebuah makhluk yang tanpa badan, tetapi memanggul sesuatu di kepalanya, semacam wadah untuk memasak yang terbuat dari tanah liat, wadah ini sering di gunakan pada masyarakat lampau hingga sekarang.yang disebut dengan dapo. Mahluk yang memanggul api "Ikoro"/Tampakoro

Langit gelap dan goa goa yang lembab nampak dari padang yang kering tandus, sebuah pedataran di pinggir sawah adalah tempat di pagi hari bagi petani menemukan jejak tampakoro usai berpesta malam tadi. Sekedar bertahan dari ketakutan meskipun suasana hampir sangat terang, sang petani menyela diri sendiri ,“ anre mui anreang linoe, turi sipada tuwo ri laleng sitinajaE nasaba puangE mamminasa ri tuwoku”, artinya segala sesuatu yang kau inginkan lakukanlah, sebab ke-hidup-an, tetapi aku hanya hidup dalam pengaturan Tuhanku”, teks ini mungkin sebuah doa atau harapan atau pappaseng/ amanat, entahlah..tapi aku tetap bertahan di Malewang malam ini.

Tujuh makhluk yang berjejer memanggul api dikepalannya itu oleh masyarakat kampung Malewang menyebutnya “Tampakoro”. (area pedataran yang penuh ilalang tempat hantu tampakoro)

Mengatakan kata “ikoro” pada terawang malam itu, ketika dingin hening di pedataran sunyi, maka suara gagak terdengar melengking dengan kepaknya yang mengelilingi pedataran tersebut, apakah kau menanti Tampakoro…?, gagak terus berputar semakin banyak, tapi dimana ikoro? Tak ada yang tahu. Hanya ada selintasan bayangan yang menyilaukan dan sesuatu yang jatuh dari langit berupa jutaan bangkai gagak berserakan… berbau amis… dan busuk. Ikoro mungkin sedang jual mahal di era ini, atau kau hanya memanggilnya baru sekali, ketika malam gelap di pedataran dan seseorang.. ?(3), menangkap ikoro yang berada pada posisi terbelakang dari tujuh (7) jejeran tersebut, katanya "makhluk ini benar hitam dan sangat licin".
panggillah " Ikoro... " sebanyak dua kali saja…..
untuk petualanganmu yang fantastic._
berlanjut ke episode ke terawang hantu "di Sulawesi Selatan" (5

____________
keterangan teks :
(1) tanpa wujud : tak kelihatan sebab terlalu hitam
(2) dapo : bhs Bugis ,wadah untuk memasak yang terbuat dari tanah)
(3) seseorang ? : sumber tak mau disebutkan namanya
By :Kaimuddin.Mabbaco, dalam terawang hantu "di Sulawesi Selatan" (4

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images