PEMBODOHAN AMIR JOHAN Dalam Buku “PENGENALAN HAKIKAT DIRI MENURUT AL-QUR’AN”

Senin, Juni 03, 2013

(Kecelakaanlah Bagi Mereka Yang Menafsirkan Al-Qur’an Menurut Hawa Nafsunya)


Membaca buku karangan saudara DR. OKTORIADI ILYAS (dari kumpulan kuliah Amir Johan) yang menitik beratkan pada penggunaan akal sebagai hal yang sangat penting bagi kita ummat Islam sebagaimana petunjuk dari Al-Qur’an, ajakan tersebut sebenarnya bukan hal baru bagi ulama dan cendekiawan Islam lainya kepada ummat Islam. Hanya saja, ajakan dimaksud tidak dijadikan oleh ulama sebagai doktrin dan hipnotis dalam mencapai tujuan, dengan cara melakukan spekulasi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, dan memang itu tidak sepantasnya dilakukan, kecuali orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya dengan maksud mencari sensasi dan untuk menyesatkan serta keinginan menjadi panutan demi kepentingan duniawi.

Dalam buku tersebut, terdapat banyak kerancuan logika yang sulit dikompromikan, tapi karena murid terlanjur tersugesti kepada ajakan dengan disuguhi tafsiran aneh-aneh mengatas namakan ”penggunaan akal” menuju menjadi seorang ulil Al’bab, sebagai sesuatu yang diusung oleh Amir Johan yang dikemas sedikit kesalehan dan gaya layaknya alim ulama atau pemikir, ini yang membuat orang kehilangan akal sehat dalam mencerna materi. Parahnya, yang hadir adalah orang-orang yang bermental “suka yang aneh-aneh” serta kurangnya referensi ilmu keagamaan, atau tepatnya golongan orang-orang yang secara tiba-tiba muncul kesadaran spritualnya. Orang-orang yang bermental seperti itu sangat rawan terkena ajakan “iklan”.
Pada kata pengantar terjadi dialog antara Amir Johan dan penulis “Kenapa bapak tidak menulis buku tentang hal ini ? (pengenalan hakikat diri menurut Al-qur’an)”. 

Amir Johan menjawab bahwa ”Apa yang saya sampaikan dalam kuliah itu keluar dengan sendirinya”. (Terinspirasi dari Al-kitab perjanjian baru, Injil karangan Yohanes 12:49 “ Sebab aku berkata-kata bukan dari diriku sendiri,tetapi Bapa,yang mengutus Aku,Dia lah yang memerintahkan Aku unutuk mengatakan apa yang harus aku katakan dan Aku sampaikan.”(Yohanes 12:49). Juga pada chapter 2:4 kisah para rasul, “Maka penuhlah mereka dengan roh kudus, lalu mereka berkata-kata dengan bahasa lain, seperti yang diberikan oleh roh itu kepada mereka untuk mengatakanya”). Sidoktor tambah takjub terheran-heran. Keadaan pak Doktor ini tidak dapat disalahkan, beliau hanya korban karena keluguannya(kalau memang benar-benar ingin mencari kebenaran) dan kemudian di manfaatkan gelarnya oleh Amir Johan sebagai perpanjangan isu tanpa beliau sadari.

Dari kutipan tersebut kita mulai, dimana letak ngawurnya si ustadz. Pernyataan “keluar dengan sendirinya” di sisi lain si ustadz mengajak orang untuk menggunakan akal, tentunya berdasar Al-qur’an. Kemudian beberapa ayat Al-qur’an ditampilkan dalam mendukung keinginannya. Apa yang salah dengan ajakannya?. Tidak ada yang salah, yang masalah adalah apa yang digunakan si ustadz dalam menyampaikan materi tidak berlandaskan akal, melainkan hanyalah permainan akal-akalan, maka sangat wajar kalau “keluar dengan sendirinya”. (seolah-olah dia hanya sebagai alat saja bagi Allah, entah ini komentar doktor atau pengakuan dari bapak Amir johan, tapi siapapun diantara keduanya tetap akan menimbulkan pertanyaan, apakah sesuatu yang keluar dengan sendirinya dapat dijadikan pegangan dan jaminan bahwa Rasulullah dalam shalatnya menggunakan metode seperti yang ditemukan oleh Amir Johan ?, ini aneh bin ajaib plus bodoh !).

Kalau benar datangnya dari Allah SWT tentunya kita tidak akan mendapati pernyataan-pernyataan yang bertentangan dengan naluri dan akal sehat, serta adanya kesesuaian fakta ilmiah alias tidak ngawur, sebagaimana yang ditulis dan diinginkan oleh pak doktor sendiri pada kata pengantar dalam buku tulisanya.

Ulasan dan pernyataan pada bagian pertama, di buka dengan kalimat permintaan perlindungan dari godaan syaitan yang terkutuk Q.S. An-nahl 98-100. Penggunaan ayat tersebut oleh Amir Johan, hanyalah untuk menipu ummat Islam bahwa seakan-akan apa yang akan dikaji tentu jauh dari pengaruh syaitan. Penggunaan ayat tersebut merupakan penanda “Jaring mulai di pasang”. Jaring selanjutnya adalah anjuran untuk tidak memandang remeh atau melecehkan para Nabi. Berikut kitab-kitab yang telah diturunkan oleh Allah kepada para nabi dan Rasul seperti Taurat, Injil, dan Zabur, (Zabur/Mazmur tidak ditulis dalam buku DR.O ini karena dalam ajaran Kristen, Daud bukan nabi tapi hanya raja). 

Kami katakan, anjuran tersebut sangat terlambat, artinya dari dulu sampai sekarang tak seorang pun ummat Islam yang meremehkan para Nabi dan kitab yang di turunkan oleh Allah SWT kepada Nabi dan RasulNya. Hanya saja, kitab yang dianjurkan untuk di ikuti oleh Amir Johan adalah Al-kitab perjanjian baru, yang disebut dengan injil karangan Matius, Injil karangan Markus, Injil karangan Lukas, dan Injil karangan Yahya serta kitab perjanjian lama yang keduanya telah dirubah, dan atas perubahan tersebut Allah telah menfirmankan kepada ummat Islam dalam Q.S. Al-baqarah 79 yang artinya sebagai berikut : “Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian berkata,” Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat”.

Lantas kenapa seorang Amir Johan manganjurkan untuk kita ummat Islam percaya terhadap dua kitab yang telah mengalami perubahan tersebut, plus Amsal Sulaiman, yang juga dari kitab yang sama ?, jawabnya, tentu karena ada maksud terselubung :
1)    Karena ketika pada kajiannya terdapat ayat dari Al-kitab (perjanjian baru, Injil karangan Matius, Markus, Lukas dan yahya serta dari Amsal Sulaiman yang tedapat pada perjanjian lama) yang dikutip, guna mendukung pendapatnya maka dengan enteng Amir Johan berkata, bukankah Al-qur’an sendiri menganjurkan untuk kita ummat Islam mengikutinya.
2)    Anjuran tersebut tiada lain, untuk merusak Islam dari dalam.

Sekarang mari kita ikuti gaya tafsir Amir Johan, dari hasil adopsi dan kemudian diplesetkan. Gaya tafsir yang ditampilkan oleh Amir Johan, sebenarnya bukan hal baru, para sufi terdahulu telah melakukan dan para ulama menyebut itu sebagai ta’wil. Jadi kalau dikatakan, ini belum pernah ada dan hanya bapak Amir Johan-lah yang melakukannya maka ini sangat susah diterima. Kalau yang dimaksud “terinspirasi” dari gaya tafsir sufi maka ini bisa sedikit diterima. Atau jangan-jangan ada kitab tafsir sufi menjadi panduan, yang telah diterjemahkan oleh para ulama terdahulu kedalam bahasa daerah, tersimpan rapat-rapat kemudian dipelajari secara diam-diam dalam kamar pribadi sampai dihapal luar kepala ?,dan  beserta beberapa buku teori filsafat. 

Filsafat makrokosmos dan filsafat mikrokosmos serta, filsafat Plato/Platonisme dengan alam ideanya, juga neoplatonisme serta Al-Farabi dengan teori emanasinya. Kemudian diplesetkan lalu kemudian dibuatkan simbol-simbol versi Amir Johan, setelah merasa hapal betul, barulah keliling menjajakan dari rumah ke rumah, ibarat sumur cari timba atau layaknya pedagang obat keliling dari pasar kepasar. ( kita bisa pastikan bahwa mental dan intelektualnya orang-orang yang ada disekeliling penjual obat tersebut, maaf andalah yang menilainya). Penjual obat keliling biasanya kedengaran lebih ahli dari seorang dokter sekalipun. Dari hafalan tersebut kemudian itulah yang diklaim sesuatu yang “keluar begitu saja”.

Contoh gaya ta’wil sufi yang semakna dengan gaya tafsir Amir Johan dalam mengambil hikmah, tapi bukan pada penerapan dalam shalat  yang nyata-nyata menambah gerakan lebih kepada body language, dan ini adalah sebuah bid’ah yang menyesatkan, dan sengaja di sakral-sakralkan serta sangat dibuat-buat. Sebagai berikut :

Ta’wil sebagai makna batiniah atau ta’wil Tha’mma’t, adalah mengalihkan lafad syarak dari makna zahirnya yang dipahami kepada hal-hal batiniah. Contoh sewaktu menta’wli firman Allah SWT :
ITSHAB ILA’FIRA’UNA INNAHU THAGA (QS.20:24).
Pergilah kamu kepada Firaun,sesungguhnya ia melampaui batas.
Menurut sufi, yang dimaksud dengan Fira’un adalah ‘hati’ dan apa saja yang melampaui batas (sombong, angkuh, takabur dll) pada setiap manusia.
Mereka berkata tentang firman Tuhan :
Waan Aliq Asha Asaka (QS.7:117)
Dan lemparkan tongkatmu.

Artinya, apapun yang dijadikan sandaran atau andalan selain Allah SWT, harus dilemparkan.
Begitu pula berkenaan dengan sabda Rasulullah Saw.
TASAHHARUU FAINNA FI SAHURI BARAKATU
Bersahurlah kalian karena dalam sahur itu ada berkah.
Yang dimaksud dengan sahur adalah istigfar pada waktu sahur.
Dan masih banyak hal-hal lain yang seperti itu sehingga Al-qur’an dipalingkan dari makna lahirnya sejak permulaan sampai ahirnya.

Adalagi tafsir yang disebut tafsir isyari, tafsir simbolis gaya sufi. Tafsir isyari adalah Ta’wil Al-qur’an tanpa mengambil makna lahirnya untuk menyingkapkan petunjuk tersembunyi yang tampak pada para pelaku suluk dan ahli tasawuf. Sebetulnya, dimungkinkan juga untuk menggabungkan kedua makna itu, yang lahir dan bathin. Para sufi memandang ayat-ayat Allah SWT sebagai metafora, “air” melambangkan petunjuk, “sapi”yang diperintahkan nabi Musa untuk disembelih adalah lambang hawa nafsu.
Selanjutnya, dalam menafsirkan Al-qur’an tidak boleh meremehkan dan bahkan wajib memelihara makna lahir lebih dahulu : karena jangan berharap mencapai makna bathin sebelum menetapkan makna lahir. Barang siapa mengaku memahami rahasia Al-Qur’an sebelum menetapkan makna lahir, sama dengan orang yang mengaku sampai kedalam rumah sebelum mencapai pintunya.

Perluasan dari makna lahiriah menuju berbagai lapis makna batiniah dapat di contohkan dengan makna kalimat pertama dalam ayat Kursy : ALLAHU LAILAHA ILLAHUA, makna lahiriyah dari ayat ini adalah : LA MA’BUDA ILLALLAH, tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah. Semua peribadatan kita hanya untuk Allah. Tidak dibenarkan menyembah berhala (termasuk berhala, menelan seteguk, metode mengangkat sulbi sampai ke midbrain). Orang musyrik adalah yang beribadah kepada selain Allah, apapun bentuknya : Kayu, batu, manusia, atau hantu. Jakun, tutup mata, menelan dll.
Makna batiniah yang pertama dan merupakan kelanjutan dari makna lahiriah adalah: LAA MAQSUDA ILLALLAH, tidak ada yang dituju selain Allah. Makna batiniah yang kedua adalah : LAA MATLUBA ILLALLAH, tidak ada yang dicari selain Allah.  (JR, Tafsir Sufi AL-Fatihah Mukadimah).
Sekarang kita masuk pada pendahuluan dari buku yang ditulis oleh DR. Oktorialdi Ilyas (DR.O). Lihat, bagaimana ketidakcermatan sang guru dan murid memaknai Ayat Al-qur’an. Kita tahu, buku sebelum diterbitkan pasti terlebih dahulu dibaca oleh sang guru. Buku tersebut memuat pernyataan bodoh tentang shalat yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW, katanya “para sahabat tidak mengetahui hakikat shalat melainkan hanya gerak syariatnya saja” bahkan lebih jauh dikatakan “tak seorang pun tahu”. Kalimat tersebut, juga di jumpai pada halaman 252 . Saya katakan, pak doktor mau bilang, “para sahabat tidak tahu hakekat shalat, yang tahu hakekat shalat hanyalah Amir Johan yang hidup setelah 1435 tahun lebih setelah wafatnya Rasulullah SAW”. Saya tambahkan bahwa, jangankan sahabat mengetahui hakikat shalat, Rasulullah SAW saja, tidak mengetahui kalau ada hakekat shalat yang ditemukan oleh seorang yang bernama Amir Johan dan muridnya yang doktor itu di abad sekarang ini.
Amir Johan!, Janganlah karena satu orang sahabat yang ditegur oleh Rasulullah SAW untuk mengulang shalatnya beberapa kali oleh Nabi (masalah Tuma’ninah seperti dalam buku) kemudian menjadi pembenaran dan pintu masuk untuk kemudian saudara melakukan spekulasi dalam memaknai Al-Qur’an untuk membenarkan klaim pemaknaan shalat (versi Amir Johan) yang telah terbangun sebelumnya, sementara ia terbangun diatas pondasi yang rapuh. (Sebagai Catatan, Jumlah jamaah Rasulullah sewaktu menuju Mina selepas shalat subuh berjumlah 100.000 orang pada haji wada’). Apakah mereka itu tak satupun yang mengetahui hakekat shalat ?.

Hakekat shalat yang dimaksud dalam buku tersebut, adalah sesuatu yang di dramatisir agar supaya kedengaran lebih sakral terkhusus pada saat tuma’ninah, tapi benarkah seperti itu?. jawabnya tidak !. Kenapa ? karena pada kata pendahuluan saja sudah salah, bagaimana isinya ?, mari kita buktikan  ketidakbenaran atas pernyataan “sahabat pun tidak mengetahui” atau “tak seorang pun yang tahu”. Penyataan kutipan lengkap dari halaman 252.. “ Banyak orang yang terkecoh mengenai hadits Nabi SAW “Shalatlah engkau sebagaimana engkau melihat aku shalat. ”Apa yang dilihat oleh para sahabat Rasul ketika beliau shalat? Yang dilihat oleh mereka adalah shalat syariat Rasulullah SAW.Yaitu gerakan anggota badan dan bacaan-bacaan shalat. Tidak seorangpun tahu bagaimana shalat Rasulullah secara hakikatnya.” (pernyataan yang sombong ini, juga bertentangan dengan tujuan  Mi’raj karena ego masih ada di daerah dada (hal 51) jadi orang seperti ini nantinya kalau sakratul maut nafasnya bolak-balik, tersengal-sengal, karena hanya sampai di daerah dada dan tidak mati-mati). 

Pernyataan ini Sengaja kami tampilkan sebagai pembanding dengan yang terdapat pada buku yang sama  halaman 47 s/d 48 terdapat ayat Alqur’an yang di setir yaitu QS Al-Fath 29 yang artinya : “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh diantara mereka ampunan dan pahala yang besar”.

Ayat tersebut di komentari sendiri oleh penulis pada halaman 48 tentunya atas petunjuk sang guru, bahwa tanda-tanda dimaksud oleh ayat tersebut, adalah bukan tanda fisik seperti yang diketahui oleh banyak orang, tapi pada hakikatnya adalah cahaya, artinya muka mereka bercahaya karena shalatnya disertai hakekat, sebagaimana dimaksud oleh ayat QS. Al-fath 29 yang tentunya tiada lain adalah sahabat. Jadi dimana letak kebenaran pernyataan seorang Amir Johan yang mengatakan tak seorang pun tahu, bahkan sahabat sekalipun. (bukan “tanda sujud” fokus kami) tapi sekali lagi, kepada siapa yang dimaksud oleh ayat tersebut di atas dengan kata “mereka” apakah malaikat atau sekelompok manusia yang di sebut sahabat ?. Pertanyaanya adalah ; Apakah cara shalat yang dilakukan oleh mereka/sahabat yang disebut pada QS. Al-Fath sama dengan yang diajarkan oleh Amir johan?, dengan berbagai teori seperti, satu tegukan, jakun, tutup mata, mengangkat sulbi, nabi-nabi dan lain-lain hingga muka mereka (para sahabat) bercahaya ?, atau saya katakan, apa jaminan kalau yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat yang di abadikan dalam Al-Qur’an (QS. Al-fath) adalah sama dengan yang diajarkan oleh Amir johan ?. jaminannya tiada lain adalah hawa nafsu dan akal-akalan Amir Johan !.

Kepada para murid Amir johan, ini Jangan dipikirkan, siapa tahu salah lagi cara berpikirnya, tapi di renungkan saja dengan renungan yang dalam, maka anda akan tertawa sendiri, atas cara-cara shalat yang anda praktekkan selama ini, hakekat shalat ala Amir Johan.
Dari alur penjelasan yang telah dipaparkan  maka, telah dapat dibuktikan bahwa pernyataan “sahabat tidak tahu, bahkan tak seorang pun tahu”, telah dibantah oleh Al-Qur’an sendiri, parahnya terdapat dalam buku yang sama. Jadi Sudah sangat jelas  bahwa, apa  yang dikatakan Amir Johan dan muridnya adalah ; Kebohongan besar!.

Selanjutnya kita melangkah ke pembahasan ISRA DAN MI’RAJ pada bab pengetahuan dasar
Dimulai dengan penjemputan Nabi SAW dari rumah bibinya (ummu Hani) dijemput oleh Jibril, Mikail dan Israfil kemudian secara fisik ditidurkan di Hijr Ismail, penjemputan dari rumah bibi tersebut di lakukan oleh Israfil. Mana yang benar, apakah pernyataan pertama yakni Malikat bertiga atau hanya Israfil ?. kalau hanya Israfil lalu di manakah kedua malaikat tersebut menunggu ? (luput dari Amir Johan untuk dibuatkan makna/symbol/hakekat secara mikro, mudah-mudahan nanti ada edisi revisi tentang hakekat shalat kemudian itu sudah di masukkan). Ini adalah permulaan materi dari buku DR.O, di buka dengan kalimat yang membingungkan.

Sebelum lebih jauh membedah tulisan DR.O tentang Isra dan Mi’raj, terlebih dahulu kami menyinggung tentang tingkatan masing-masing alam pada halaman 74, sebagai berikut. Malaikat tidak tahu bahwa khalifah itu akan bisa juga berbuat kebaikan. Berarti pengetahuan malaikat tidak menjangkau apa yang ada dalam diri manusia, yaitu pengetahuan tentang inti manusia yang berupa kebaikan. Dengan kata lain, para malaikat tidak tahu tentang Ruh yang ditiupkan oleh Allah ke dalam diri manusia. Secara letak, pasti rencana Allah menciptakan manusia ini ada di atas alam malaikat. Selanjutnya di katakan alam yang diatas lebih tinggi derajatnya dengan alam yang dibawahnya, alam yang dibawah tidak mengetahui alam yang diatasnya. Alam diatas mengetahui alam yang ada dibawahnya. Alam malaikat lebih tinggi dari alam jin, malaikat mengetahui apa yang terjadi pada alam jin tapi jin tidak mengetahui apa yang terjadi di alam malaikat. Begitu juga dengan alam jin dan alam dunia atau alam manusia, Jin bisa melihat kita (manusia) tapi kita tidak bisa merlihat jin.
Di saat nabi akan di isra’kan setelah berada di Hijir Ismail, disini Nabi di bersihkan atau disituasikan karena Jiwa atau Ruhnya akan di Isra Mi’rajkan, sedangkan fisiknya dikomakan tidak bernapas atau mati suri, sekali menarik nafas akan mengakibatkan “jiwa” yang sedang pergi tersebut seketika itu akan kembali (kata ruh sudah tidak ditulis, sebelumnya ditulis “jiwa atau ruh” ada apa ?) pertanyaanya ; ketika ruh atau jiwa nabi Muhammad SAW. diantar pulang setelah melakukan perjalanan menerima shalat (isra dan mi’raj) lantas bagaimana caranya, Ruh nabi masuk ketubuhnya kembali, sementara dalam keadaan mati suri artinya tanpa napas (sebagaimana yang ditulis dalam buku DR.O).

Kalau menarik napas mengakibatkan Ruh kembali, tapi bagaimana caranya bisa bernapas, bukankah jiwa atau ruhnya ada diluar?. Apakah mungkin orang dapat bernapas tanpa jiwa dan ruh?. kalau jawabnya : “itu adalah rahasia dan kekuasaan Allah” maka itu bukan jawaban kompromi atas pernyataan yang bertolak belakang, karena memang tidak dapat dikompromikan melainkan meninggalkan pemahaman yang kacau ini.
Kedua, kalau itu jawabannya, kenapa tidak diberlakukan saja pada kenyataan, bahwa perjalanan isra dan mi’raj Rasulullah SAW adalah bersama dengan tubuh dan ruhnya. Ada pengalaman orang-orang yang pernah mati suri, mereka sama-sama mengakui, ketika dalam keadaan mati suri mereka melihat dirinya berada disalah satu tempat dan berbagai pengalaman lainya, ini menandakan orang yang mati suri pada hakekatnya, Ruh dan Jiwanya tetap ada dalam tubuhnya sebagaimana layaknya orang yang sedang bermimpi. Dalam keadaan mati suri jantung hanya berhenti berdetak atau stop. Jadi ketika jantung kembali berdetak, maka dia kembali dikatakan hidup. Kalau Amir Johan mengatakan, mati surinya nabi beda dengan mati surinya manusia lain. Tapi, bukankah nabi juga manusia biasa ?, yang semuanya bisa disamakan dengan yang lainya, karena nabi sebagai suri tuladan ? (“Suri tauladan”, adalah alasan Amir Johan dalam hal memungkiri bahwa tubuhnya Nabi yang di Isra Mi’rajkan, ini menandakan bahwa, Amir Johan masih perlu belajar mengenai istilah “suri tauladan”).

Pendapat yang mengatakan bahwa Nabi sama dengan manusia lainya, dan ingin dipersamakan dengan Nabi, berarti sama dengan ummat terdahulu yang telah dihinakan oleh Allah SWT, karna mereka tidak mengetahui hakekat  ke Nabian dan ke Rasulan , sebagaimana firman Allah SWT pada QS. Al-An’am 124 “Dan apabila datang suatu ayat kepada mereka, mereka berkata, ”Kami tidak akan percaya (beriman) sebelum diberikan kepada kami seperti yang diberikan kepada rasul-rasul Allah”. kaitannya dengan Isra mi’raj artinya, kalau nabi melakukan Isra dan Mi’raj bersama dengan ruh dan tubuhnya dan disangkal, dengan alasan bahwa bagaimana kita bisa mengikutinya ? sementara Shalat adalah mi’rajul mu’minin dan berbagai alasan lainnya. Ketahuilah kita tidak perlu pergi dengan tubuh kita, karena ingin “seperti” , itu mustahil bagi kita selaku ummat dari Rasulullah Muhammad SAW,  karena nabi diperjalankan oleh Allah SWT dalam rangka menjemput shalat, dan sekaligus Allah memperlihatkan ke-Maha Sucian-Nya dan Ke-Maha Kuasaa-Nya serta ke Mu’jizatan, yang diberikan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW. Jadi kita tidak perlu memaksakan kehendak dan  memperturutkan hawa nafsu dan akhirnaya Al-qur’an jadi korban plesetan. Janganlah kita cemburu kepada nabi dan rasul atas kemuliaan berupa Mu’jizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya. Kita jangan selalu menuntut ingin “SEPERTI”(lihat ayat diatas), hanya karena, kita  tidak tahu arti dan makna suri tauladan. Jangan arahkan makna suri tauladan dalam arti keseharian untuk memaknai perkara yang lebih  tinggi,  sehingga kemu’jizatan Rasul diabaikan, akibatnya berdampak  melahirkan pendapat yang aneh-aneh. Kalau Nabi Isa dapat menghidupkan orang mati dan diakui kebenarannya, tapi ketika Nabi Muhammad SAW dikatakan melakukan perjalanan atau Isra Mi’raj dengan tubuh dan Ruhnya, buru-buru disangkal dengan berbagai cerita, teori dan istilah, padahal keduanya adalah perkara yang datang dari Allah SWT.     

Dalam perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang pelaksanaannya dilakukan oleh Mikail (lihat halaman 45), lalu kemana kedua malikat itu, Israfil dan Jibril ? dan dari mana datangnya malaikat Jibril yang muncul terkesan tiba-tiba, langsung memberi komentar “untung nabi tidak menoleh dst” sekarang Israfil tidak tahu tertinggal dimana?. Ini tidak dijelaskan, kenapa ?. Sekarang waktunya kita menggunakan akal, untuk menuntut ilmu agama beserta hakekat yang sebenar-benarnya hakekat dari para ulama, yang jelas mata rantai atau silsilah keilmuanya, bukannya menuntut ilmu kepada guru yang asal ngomong, ngawur  dan yang keluar begitu saja, itu  merupakan sebuah kebodohan.

Sesampai di Masjidil Aqsa setelah shalat sunnah dengan para nabi, Nabi di letakkan diatas batu, sedang pada halaman 47 Nabi naik ke batu mana yang benar, Nabi “diletakkan diatas batu” atau Nabi “naik ke batu ?. Jangan seenaknya merubah konteks kalimat karena sangat berdampak buruk, saya kira pak DR.O tahu betul, bahwa setiap perubahan kalimat, tentu sangat mempengaruhi makna atau pengertiannya. Kalau bermaksud betul-betul mau menggunakan akal sesuai anjuran Al-Qur’an, maka hindari cara-cara pengalihan isu materi dalam konteks mencari kebenaran. Dengan terjadinya perubahan kalimat maka tentunya terjadi perubahan arti dan makna sebgaimana tersebut diatas, maka ada dua makna kalimat, pertama bermakna pasif (diletakkan di atas batu) dan kalimat kedua bermakna aktif (naik ke batu).

Dari perubahan tersebut Amir Johan mulai melakukan penafsiran, karena dia tidak dapat mencapai tujuannya sebelum melakukan perubahan kalimat, untuk menyesuaikan bangunan pemahaman ketahap selanjutnya, tapi tetap saja salah dan rapuh. Yang janggal, Amir Johan menggunakan kalimat nabi diletakkan diatas batu tiada lain untuk menyesuaikan kalimat sebelumnya yaitu nabi dijemput, dikomakan, disituasikan, dipersiapkan.(pasif) Selanjutnya nabi naik kebatu penggunaan kalimat tersebut, agar tetap sesuai pada kalimat sesudahnya, pada halaman 46 nabi ketemu kafilah (aktif), berarti sesuai dengan kalimat Ruh Nabi naik kebatu, jadi kalau Ruh Nabi diletakkan diatas batu berarti cocoknya, Ruh Nabi di pertemukan dengan kafilah.( “dipertemukan dengan kafilah” kalimat inilah yang dihindari Amir Johan karna tidak sesuai dengan apa yang ingin dia capai ). Dengan cara seperti ini, apakah layak disebut orang berakal atau ulil albab, yang dimaksud oleh Allah SWT ?.

Mari kita ikuti terus perjalanan Nabi (Ruh atau jiwa yang di Isra Mi’rajkan menurut Amir Johan, tapi yang tertera dalam buku tulisan DR,O pada saat sedang  di perjalankan atau diIsra Mi’rajkan, bukan kata Ruh atau jiwa lagi yang di tulis, melainkan menggunakan kata Nabi atau Rasulullah, ada apa? Tentunya untuk menyembunyikan keganjalan kalimat pada  saat Nabi ketemu dengan Jin. Bunyi kalimatnya seperti ini : “Jin mengejar Ruh Nabi atau Jiwa Nabi” atau Ruh Nabi dikejar oleh Jin, lucu khan ? ”. Jadi umtuk menyembunyikan keganjalannya Amir Johan menggunakans kata “Nabi atau Rasulullah” maka bunyi kalimatnya menjadi “Jin mengejar Nabi atau Rasulullah”). 

 Pada tulisan bedah buku ini kami sengaja menggunakan kata Ruh atau Jiwa untuk kesesuaian pendapat Amir Johan, sekaligus memperlihatkan keganjalannya. Dalam perjalanan Isra Mi’rajnya Ruh atau jiwa Rasulullah sewaktu dari Betlehem ke Masjid Aqsa dikejar oleh jin Ifrit ( jin mengejar Ruh atau jiwa ) sambil membawa obor. Ruh atau jiwa nabi diajari oleh Ruhul Qudus/Jibril/nabi Isa (Amir Johan menyamakan ketiganya). Mari kita baca keterangan asli dari kitab Isra Mi’raj. Pada kitab tersebut, jibril mengajarkan satu Doa bukan mengajak ke batu.

Hubungannya dengan batu yang berada pada tempat hampa udara maka Ruh atau Jiwa Rasulullah diajari oleh JIbril atau Nabi Isa menuju ketempat batu yang hampa udara. Disini ada tiga hal yang menjadi sumber kerancuan :

1.   Ruh / Jiwa yang diajari ke batu atau diajak ke batu ?
2.  Sesampainya Ruh atau Jiwa Nabi didekat batu, dan sebelum Ruh atau Jiwa Nabi diletakkan diatas batu, maka terlebih dahulu Ruh atau jiwa Nabi melaksanakan shalat bersama dengan Ruh atau jiwa para Nabi.
3. Kalau kalimat; Di letakkan diatas batu maka, kalimat padanannya adalah sebagai berikut : sesampainya Ruh atau Jiwa Nabi didekat batu, dan sebelum Ruh atau Jiwa Nabi diletakkan diatas batu, maka terlebih dahulu Ruah atau jiwa Nabi di Shalatkan bersama Ruh atau jiwa para Nabi!. Benarkah ini ?
4. Ruh atau Jiwa Nabi, apakah diletkkan diatas batu, ataukah Ruh atau Jiwa nabi sendiri yang naik keatas batu ? butuh kepastian, agar murid-murid tidak dibodohi!.

Amir Johan, demi mencapai tujuannya dengan sengaja menyembunyikan kepada murid-muridnya kisah yang sebenarnya, dengan cara mengelabui yakni tetap menulis kalau jibril “mengajari”, tapi ketika menuju kepemahamannya atau tujuannya, kata mengajari dihilangkan maknanya, diarahkan kemakna kata “mengajak” kebatu. Itupun tumpang tindih, pada halaman 45, Ruh atau Jiwa nabi diletakkan diatas batu sedang pada halaman 47,  Ruh atau Jiwa nabi naik kebatu, tidak konsisten !.

Selanjutnya, sebagaimana keterangan yang telah disinggung sebelumnya tentang tingkatan alam. Alam Ruh, alam Malakut, alam Jin dan alam dunia. Alam dunia atau alam nyata lebih rendah dari alam jin. Jin bisa melihat kita tetapi kita tidak bisa melihat Jin. Bisakah jin melihat Ruh yang lebih tinggi tingkatannya ?, bahkan ada satu alam yang mengantarainya yaitu alam malaikat, jadi jawabnya tidak, lalu kenapa Jin Ifrit dapat melihat Ruh atau Jiwa Rasulullah sewaktu Isra dan Mi’raj ?. Bahkan dikejar pakai obor! Kalau tubuh beserta dengan Ruh/Jiwa Rasulullah melakukan perjalanan Isra dan Mi’raj maka wajar dan benar kalau Jin Ifrit dapat melihat dan mengejar nabi, karena berada pada alam dunia, yang lebih parah ketika Ruhnya/Jiwanya nabi, yang membuat unta jadi kaget, kenapa unta kaget ?, karena ia melihat Ruh/Jiwa nabi Muhammad SAW. Bagaimana bisa unta melihat Ruh, padahal alam binatang sangat jauh lebih rendah dari alam Ruh ?. Jadi apakah benar, kalau yang melakukan perjalanan Isra dan Mi’raj adalah Ruh/Jiwa Rasulullah SAW saja tanpa tubuh? ( Ruh atau Jiwa disamakan oleh Amir Johan, mudah-mudahan kedepan lahir disiplin Ilmu baru, Ilmu Ruh sebagaimana dengan Ilmu Jiwa).

Pertanyaannya: Kenapa Jin Ifrit dan unta dapat melihat Ruh atau jiwa Rasulullah pada saat Isra dan Mi’raj ?, bukankah tingkatan Ruh jauh lebih tinggi bahkan lebih tinggi dari alam malaikat, bukankah Ruh adalah yang ditiupkan oleh Allah SWT ?. Terhadap keterangan yang plin-plang ini, kami tunggu akal-akalan berikutnya. Sebagai catatan pada poin ini, dalam naskah asli Isra dan Mi’raj, Amir johan juga mengutip dari kitab tersebut, ataukah hanya pernah mendengar sebelumnya tentang hadits kisah Isra dan Mi’raj, dan cerita padamnya obor Jin Ifrit tiada lain karena berkat doa yang diajarkan oleh malaikat Jibril, bukan setelah nabi diajar naik kebatu.  (bedakan mengajar dengan mengajak, dan sengaja kami menggunakan kata “diajar” untuk memperlihatkan kejanggalannya).

Halaman 45 pada buku Amir Johan tersebut, menulis dan mengakui bahwa Nabi diajari sesuatu (Amir Johan tidak mengatakan sesuatu itu adalah doa tapi hanya ditulis “sesuatu”. Kita baca kutipan hakaman 48,”Kalau dilihat dari proses Isra mi’raj maka yang terjadi adalah katika Rasul dikejar oleh Ifrit yang membawa obor dan selanjutnya setelah Rasul SAW melakukan sesuatu yang diajarkan oleh Jibril, maka Ifrit tersebut tersungkur dan obornya padam. Apa yanmg diajarkan Jibril? Rasul pergi tempat hampa udara”. Dari kata sesuatu tersebut dijadikan pintu masuk Amir Johan untuk menipu pendengar/pembaca) Perhatikan kalimat yang ditebalkan diatas “malakukan sesuatu” bukan “mengamalkan sesuatu”. Padahal dalam kitab aslinya tertulis : Setelah Nabi mengamalkan  Do’a (sesuatu) tersebut, Jin Ifrit langsung tersungkur dan jatuh, serta padamlah obornya. Jadi ternyata, bukan karena Nabi diajar naik ke batu. Juga, penggunaan kata“diajar”tersebut tidak tepat, alias kekanak-kanakan, tapi dengan penggunaan kalimat “Jibril mengajarkan doa” itu yang sangat tepat. Dengan fakta tersebut maka tidak ada lagi analogi untuk mengerakkan jakun = batu pelontar dalam shalat, karena alasannya atau tafsirannya sudah gugur. Jadi sudah barang tentu teori-teori lainnyaa juga sudah salah karena diibaratkan bangunan adalah satu kesatuan.

Selanjutnya, kita baca beberapa hal yang disaksikan Rasulullah sebelum sampai ke Masjidil Aqsa, dan sebelum Rasulullah atau Nabi naik keatas batu (bukan diletakkan diatas batu). Di perjalanan Rasulullah dikejar oleh Jin Ifrit, kemudian Rasulullah diajari oleh malikat Jibril sesuatu doa , setelah Nabi membaca/mengamalkan doa yang diajarkan tersebut, maka Jin Ifrit terjatuh, selanjutnya Rasulullah secara berturut-turut menyaksikan keadaan-keadaan manusia dan contoh-contoh lainya, tapi oleh Amir Johan dengan sengaja menghilangkan bagian-bagian tersebut untuk mencapai tujuannya.
Sekarang kita lihat rentetan perjalanan Nabi SAW yang telah disembunyikan  Amir Johan terhadap murid-muridnya, yang di kutip dari kitab aslinya, kisah Isra dan Mi’raj Rasulullah Muhammad SAW sebagai berikut
1.  Setelah obor Jin Ifrit padam, kemudian Nabi melanjutkan perjalanannya;
2.  Nabi melihat orang menanam padi dan memanen saat itu juga, setelah terjadi dialog antara Nabi dan Jibril kemudian Nabi kembali melanjutkan perjalanannya;
3.   kemudian Nabi mencium bau harum mewangi dari tempat Masyitha, setalah terjadi dialog antara Nabi dan Malaikat Jibril, Nabi kemudian melanjutkan lagi perjalanannya;
4.   kemudian Nabi melihat orang yang dipecahkan kepalanya dengan Palu, terjadi lagi dialog begitu Seterusnya, Nabi melanjutkan lagi perjalanannya;
5.   kemudian Nabi melihat lagi manusia yang dilepas begitu saja layaknya seperti binatang ternak, dan hanya memakai secarik pakaian, terjadi lagi dialog, kemudian  Nabi melanjutkan perjalananya;
6.   Nabi melihat orang yang makan daging yang busuk/bangkai, selanjutnya;
7.   Nabi terhalang oleh duri kemudian Nabi menepis duri tersebut sambil Nabi membaca ayat.
8.   Nabi melihat laki-laki yang berenang pada sungai darah, selanjutnya;
9.   Nabi melihat seseorang yang mengumpulkan kayu bakar, selanjutnya;
10.  Nabi melihat seekor sapi besar yang keluar dari lubang yang sangat kecil, selanjutnya;
11.  Nabi mendengar panggilan dari arah kanan, yakni panggilan Yahudi, selanjutnya;
12.  Nabi mendengar panggilan dari arah kiri, panggilan Nasrani, selanjutnya;
13.  Nabi melihat perempuan dengan menggunakan pakaian kemewahan dunia yang terbuka auratnya, selanjutnya;
 

14.  Nabi mendengar pangggilan dari orang yang sangat tua, selanjutnya;
15.  Nabi shalat di Masjid Aqsa bersama para Nabi dan Rasul juga bersama para malaikat, selanjutnya;
16.  Disini, barulah Nabi naik keatas batu. 


Dari padamnya obor jin Ifrit sampai kepada naiknya nabi keatas batu, ada empat belas episode yang mengantarainya barulah nabi naik keatas batu. Jadi kepada Amir Johan, kalau hendak memberi simbol atau makna carilah yang tidak putus mata rantainya, jangan  melakukan pembohongan demi mencapai tujuan yang sipatnya dipaksakan. Kalau kisah tentang padamnya obor Jin Ifrit, tidak ada kaitanya dengan naiknya nabi keatas batu, yang kemudian disimbolkan sebagai tempat hampa udara seakan-akan begitu Nabi naik ke atas batu, sekonyong-konyong obor Jin Ifrit langsung padam. Tidak !, karena ada empat belas moment yang mengantarainya. Lantas kenapa hanya satu moment yang di angkat oleh Amir Johan sebelum naik keatas batu, yaitu hanya pada moment shalat sunnat bersama para Nabi dan Rasul ?, tentunya tiada lain untuk menciptakan kesan bahwa begitu Nabi naik ke atas batu, obor jin Ifrit langsung padam. Kesan inilah yang ingin dibangun oleh Amir Johan.
Contoh lain tidak ilmiahnya analogi yang di gunakan, yakni riwayat pemindahan istana Ratu Balqis (hal 98). ”Tatkala dia melihat lantai istana itu, “dikiranya kolam air yang besar.” Artinya, ketika masuk kedalam paru-paru akan terlihat ada air bahwa secara medis memang ada air di daerah paru-paru. Kata “dikira” dan “memang ada” apakah kedua kata itu sama ? kalau Amir Johan tidak tahu perbedaanya, maka mari kita tanya anak yang masih duduk dibangku SD. Kalau dikatakan “dikira ada air” berarti sama dengan tidak ada air, lantas kenapa dianalogikan “dan memang ada air” di daerah paru-paru. Apakah ini nyambung ?. Jadi silahkan kalianlah yang menilainya!, Apakah sosok yang selama ini, yang anda idolakan adalah seorang ulama atau hanya seorang penjual obat keliling ?, andalah yang menilainya !.

Tentang Maryam, Ruhul Qudus, dan Nabi Isa serta Yudas Eskariot
Pada bab ini, Amir johan kembali melakukan penafsiran berdasar pada hawa nafsunya untuk menipu orang-orang yang bodoh. Menggelitik rasanya ketika kita membaca kisah tentang Maryam halaman 118 ; Dia maryam memasang tabir supaya tidak bisa terlihat oleh manusia, kenapa dia memasang tabir ? secara logika, dapat dikatakan bahwa kalau dia mau, tidak ada orang yang melihatnya sebab kalau terlihat pasti dia malu. Apa itu? Sudah bisa ditebak yaitu buka baju ! untuk apa buka baju? Juga sudah bisa ditebak adalah mau mandi”. Ketika Maryam dalam keadaan seperti mau mandi, Allah mengutus Jibril dst…perhatikan kata “seperti”, Amir Johan mulai ragu atas tebakanya apakah “mau mandi” atau “seperti mau mandi”. Apa maksud Amir johan menambah kata “seperti” mari kita uji kalimtanya dengan menghilangkan kata “seperti”. Sbb, “ Ketika Maryam mau mandi, Allah mengutus Jibri“. Kesan anda bagaimana?, adakah riwayat ketika Allah mengutus Jibril menemui Maryam, Maryam dalam keadaan mau mandi? Kalau ,YA  lalu dimana riwayat tersebut berada?. Apakah orang semacam Amir johan ini dapat disebut oranmg berakal, kalau kemampuannya  hanya sebatas licik memaingkan kalimat atau hanya pintar mengakali ? andalah yang menjawabnya !. jadi mana yang benar mau mandi atau seperti mau mandi. Jangan katakan! hanya beda tipis, dalam kajian, ini sangat berpengaruh bagi orang-orang yang berakal, tetapi tidak bagi orang yang tidak berakal !.

Dari uraian tersebut jadilah uaraian TEBAK-TEBAKAN. Mana logikanya?. Ini betul-betul jauh dari cara-cara orang yang berakal jadi bagaimana bisa memberi syafaat? (hal 268). Darimana bisa ditebak kalau Maryam mau mandi sementara tidak ada penjelasan kalau disitu ada sumur atau sumber mata air ? dan sumber data tentang Maryam buka baju juga tidak ada, apa jaminan Amir Johan kalau tebakannya benar, tidak ada jaminan. Jangan mempermainkan keyakinan dengan teori kemungkinan dan tebak-tebakan, karena keimanan  bukan perjudian.  jadi dari mana Amir Johan mendapat Inspirasi seperi itu ? pasti jawabnya sama dengan jawaban seorang yang mengaku penasehat spiritual artis dari “Eyang Qaib”.

Tentang proses kehamilan Maryam dengan kekuasaan Allah SWT, Jibril diutus oleh Allah SWT dengan membawa sesuatu agar Maryam bisa hamil. Artinya, tidak bisa dikatakan kalau jibril diutus oleh Allah SWT untuk membawa Jibril. Masa jibril membawa jibril ! mirip dengan iklan, jeruk makan jeruk, Astaqfirullah. Kemudian setelah Maryam hamil dan melahirkan Jibril kemudian menjadi Nabi Isa atau sebaliknya (menurut Amir Johan), kemudian disimbolkan sebagai pohon kehidupan, ini tiada lain diambil dari Al-kitab atau Injil perjanjian baru Roma Chapter 8:10-11. Sbb “Tetapi jika Keristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran./ Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Keristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya yang diam di dalam kamu”/  Juga pada, 2 korintus 12,13 : 13. Sbb : “Maka anugrah tuhan yesus keristus dan kasih Allah(Alah dalam penyebutan Kristen) dan persekutuan Rohul kudus adalah kiranya beserta dengan kalian,”. Juga pada, 1 korintus 5,6 : 1. Sbb : “ Atau tiadakah kamu mengetahui bahwa tubuhmu itulah Rumah Rohul kudus yang diam didalammu itu, yang telah kamu peroleh daripada Allah dan bukan kamu milikmu sendiri.”. Juga pada Al-kitab perjanjian baru, kisah para rasul chapter 2:17. Sbb : ”Akan terjadi pada hari-hari terakhir demikianlah firman Allah (ALah) bahwa Aku akan  mencurahkan Roh-Ku keatas semua manusia: maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi ”. (ayat inilah yang dikembangkan Amir Johan “dapat mimpi”). Apakah konsep ini bisa diterima ?. Kalau kita mau menggunakan akal sehat bukan akal-akalan tentunya kita harus menolaknya! karena ummat Rasulullah SAW bukan penganut konsep yang “aneh-aneh”.

Mengenai drama penyaliban Nabi Isa, ummat Islam wajib untuk tidak mempercayainya karena keyakinan ummat Islam sesungguhnya, Nabi Isa itu diangkat oleh Alllah SWT, adapun yang disalib adalah seseorang yang diserupakan wajahnya oleh Allah yang sama dengan nabi Isa yaitu Yudas Eskariot.
Yudas inilah yang kemudian dibawah ke tiang salib untuk disalib. Sebenarnya mereka yang menangkap yudas eskariot yang menyangka nabi Isa juga tidak yakin kalau yang ditangkap itu adalah nabi Isa. Mari kita bandingkan pernyataan dalam buku kuliah Amir Johan, dengan firman Allah SWT. Allah berfirman, “Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu kecuali mengikuti persangka belaka, mereka tidak yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa”. Mari kita bandingkan dengan pernyataan dalam buku kuliah Amir Johan ,“kalau ada yang mengatakan Isa disalib memang tidak dapat disalahkan karena yang terlihat memang seperti Isa” hal. 127 (pernyataan bodoh). Coba bandingkan:
Firman Allah : Mereka (ahli kitab) “tidak yakin” bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
Amir Johan : Mereka tidak dapat disalahkan (para ahli kitab) karena yang telihat adalah seseorang yang mirip Isa.

Dari perbandingan pernyataan tersebut diatas, pertanyaannya, lebih tinggi mana pernyataan Allah atau Amir Johan ?. kalau kita melihat Al-qur’an sebenarnaya ahli kitab saja nyata-nyata ragu, jadi tidak perlu dibela dengan pernyataan “mereka tidak dapat disalahkan”.
Lalu kenapa ada pernyataan yang mendahului seperti itu ?. Mari kita ikuti terus, karena akan ada pernyataan Amir Johan yang sangat tidak sejalan dengan uraian sebelumnya, yaitu tentang Nabi Isa/yesus dan kebangkitanya, pun pembahasanya dibalik, kebangkitan Nabi isa/yesus dibahas lebih dulu (hal 123) kenapa ?, tentu ada maksud terselubung. Sedang drama penyaliban yesus sampai kepada dibawanya yesus kesuatu lobang penguburan dibahas sesudahnya (hal 127), ini benar-benar pembodohan !. pada halaman 123 diakui kalau “ Nabi Isa pernah mati dan bangkit kembali ditengah orang-orang yang mati setelah 3 hari 3 malam didalam lubang kubur karena Isa adalah pelopor kebangkitan dimana maut tidak menguasainya”. (“Maut tidak menguasainya”, Terkait, baca Injil karangan Matius, chapter 16:18 “ And I say also unto thee, that thou art peter, and upon this rock I will build my church : and the gates of hell shall not prevail against it”. Artinya,” dan akupun berkata kepadamu engkau adalah petrus dan diatas batu karang ini aku akan mendirikan jemaah-ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Dari Ayat Matius ini jugalah Amir Johan terinspirasi ingin membangun jemaatnya) pertanyaannya, kenapa dibalik kronologisnya?, tiada lain untuk mencapai tujuan pemahamanya tentang analogi mikro, yaitu dengan diakuinya Nabi Isa bangkit lagi, tiada lain untuk menyeret orang-orang yang bodoh  masuk kepemahaman bahwa yesus adalah pohon kehidupan dan setiap orang tentu ada Yesusnya, sebagaimana dalam ajaran Kristen, ” 2 korintus 12,13 : 13. Sbb : “Maka anugrah tuhan yesus keristus dan kasih Allah dan persekutuan Rohul kudus adalah kiranya beserta dengan kalian,”.selanjutnya, kenapa Amir Johan mengutip Alkitab/Injil sebagai sumber pendapatnya? Mari kita baca Injil karangan Markus pasal 16:15. “ Lalu  Ia berkata kepada mereka ‘pergilah keseluruh dunia, baritakanlah Injil kepada segala makhluk”.         

Kronologis  yang sederhana perihal drama penyaliban  sebagai berikut :
Versi Islam :
1.      Yang ditangkap  seseorang yang disamakan wajahnya dengan Nabi Isa (Yudas Eskariot).
2.      Inilah yang ditangkap kemudian di salib dan mati.
3.      Setelah meninggal, dibawalah kesalah satu tempat untuk dikubur.
Versi Kristen :
1.      Yang ditangkap adalah Nabi Isa.
2.      Nabi Isa kemudian disalib dan mati.
3.      Kemudian diturunkan dari tiang salib.
4.      Dibawa kesuatu tempat untuk di kubur.
5.      Setelah tiga hari-tiga malam dalam kubur kemudian bangkitlah Nabi Isa kembali di antara orang mati.
Versi Amir Johan :
1.      Seseorang yang di samakan wajahnya dengan Nabi Isa (Yudas Eskariot) (hal 127).
2.      Inilah yang di tangkap kemudian di salib dan mati.
3.      Setelah meninggal dibawalah ke salah satu tempat untuk di kubur.
4.      Setelah tiga hari tiga malam dalam kubur, kemudian bangkitlah Nabi Isa kembali di antara orang mati.(hal123). Lucu flus membingungkan. Lain yang disalib lain yang bangkit, (kenapa Versi Amir Johan dengan Versi Kristen sedikit masih berbeda?.Karena tentunya Amir Johan tahu, dibutuhkan waktu yang lama untuk meyakinkan sedikit demi sedikit, agar murid-muridnya tidak kaget untuk menerima Aqidah Kristen kedepan). 

Jadi logikanya kalau kita menerima konsep bahwa nabi Isa pernah mati dan bangkit diantara orang yang mati setelah tiga hari tiga malam, berarti kita juga harus menerima, bahwa yang disalib adalah Nabi Isa,(ini rencana jangka panjangnya Amir Johan yang terselubung). Sementara dalam Islam tidak pernah ada riwayat kalau nabi Isa pernah mati, terlebih mati di kayu salib. Tak satupun ayat di Al-qur’an yang menyebutkan Nabi Isa mati, kalaupun di QS 19:33 berisi tentang kata “meninggal” itu hanya harapan nabi Isa saja. ”Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” Jadi dimana Amir johan mengutip kalau nabi isa pernah mati ?. Tak satupun hadits terlebih Al-qur’an yang mengatakan Nabi Isa pernah meninggal kecuali dari kitab tersebut dibawah ini.

Disinilah Amir johan mengutip, mari kita baca Injil karangan Matius, chapter 17:9, : “Pada waktu mereka turun dari gunung itu, yesus/nabi Isa berpesan kepada mereka “janganlah kamu ceritakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum anak manusia dibangkitkan dari antara orang yang mati”. Juga ketika kaum almasih minta diperlihatkan bukti. Almasih berkata: “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus yang tinggal dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak manusia akan tinggal didalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Matius, chapter 12:39-40. Terkait dengan Matius 12:39-40 berupa ramalan Nabi Isa versi karangan Matius juga ternyata ramalan tersebut meleset, bandingkan dengan Yohanes 19:31, ”karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari sabat (sabtu) mayat-mayat itu tidak tergantung pada kayu salib sebab sabat itu adalah hari yang besar maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan”. Matius 27:45-46 ,“ Mulai dari jam dua belas kegelapan meliput seluruh daerah itu sampai jam tiga,”/ ”Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring “Eli, Eli lama sabakhtani?” Artinya Allah-ku Allah-ku mengapa Engkau meninggalkan Aku?,/ Matius 27:58-59-60 “ Ia (Yusuf) pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus, Pilatus memerintahkan untuk menyerahkanya kepadanya,” /”Dan Yusuf pun mengambil mayat itu mengafaninya dengan kain lenan yang putih bersih”/ “Lalu membaringkan di dalam kuburnya yang baru yang digalinya di dalam bukit batu, dan sesudah menggulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu, pergilah Ia. Juga pada Yohanes 20:1-2 “pada hari pertama minggu itu pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Maghdalena ke kubur itu dan Ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka : Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu dimana Ia diletakkan”. /Matius 28:7. ”Segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea disana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu.” Berdasarkan riwayat-riwayat diatas khususnya riwayat Yohanes itu, jelaslah bagi kita bahwa Al-masih tinggal dikuburnya hanya dua malam dan satu hari saja, Ia dikubur pada Sore Jumat, kemudian Maria Maghdalena pada awal hari minggu tidak menemukanya dalam kuburnya, berarti dia tinggal dalam perut bumi/dikuburnya pada hari sabtu saja,/Matius,27:64, “Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari ketiga; jikalau tidak, murid-muridNya datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat : Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terahir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama”. Anehnya, Amir Johan menerima mentah-mentah keterangan Injil karangan manusia itu, dan turut mengatakan tiga hari tiga malam, kini sudah ada Al-kitab/Injil terjemahan baru yang menyadari kesalahan tersebut setelah ribuan tahun diyakini oleh ummat Kristiani bahwa bukan tiga hari tiga malam tapi hanya dua malam satu hari. (tapi tetap saja karangan manusia).

Pada bab lain anjuran unutuk mengikut kepada nabi Isa (Ini tidak salah kalau dalam konteks meyakini dan menghargainya),  bukan mengikut kepada Injil karangan Yohanes 14:5-6. (5) “ Kata Thomas kepadanya “Tuhan, kami tidak tahu kemana Engkau pergi jadi bagaimana kami tahu jalan kesitu?” (6) ”kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. pada halaman 137 dikatakan “ada satu catatan dari Injil”   Amir Johan sedikit malu-malu mangatakan yang sebenarnya, kalau catatan yang dimaksud itu terdapat pada Al-kitab Injil Karangan Yohanes atau Yahya 14:5-6 tersebut diatas. Tapi dengan mengatakan “ada catatan dari Injil” untuk menciptakan kesan kepada murid-muridnya kalau dia termasuk orang yang mempunyai wawasan yang luas, termasuk pengetahuannya terhadap kitab Injil.   
Lalu siapa sebenarnya Amir Johan dan DR oktorialdi Ilyas yang mencoba memasukkan Aqidah Kristen kedalam Islam ?.

Perihal Pembahasan Nabi Sulaiman dan Istananya.
Kelicikan Amir Johan perihal Nabi Sulaiman dan Istananya yang dikatakan hanya Fatamorgana (baca kasus Fatamorgana Siti Hajar artinya tidak ada air halaman 88) dan Alam ide (terinpirasi dari filsafat Plato/neoplatonisme).Dihubungkan dengan pengertian fatamorgana siti Hajar yang tidak menjumpai air. Tidak ada air  =  kerajaan Sulaiman tidak ada, untuk menjual ide murahanya itu, karena Amir Johan tidak mendapat dalil dan penguat dari referensi Islam, tanpa malu-malu Dia mengambil istilah dari Al-kitab perjanjian lama yakni bab yang disebut surat “AMSAL SULAIMAN”, yang diistilahkan dengan kitab “Mitsal” Dari istilah itulah, si Amir Johan memulai khayalannya. Bagi yang biasa melihat Al-kitab tentu tahu betul. Termasuk gaya penyusunan buku DR.O sama dengan gaya penyusunan AL-kitab, perjanjian baru. Sudut atas kiri “Kisah para Rasul” buku Okrtorialdi “Kisah-kisah para Nabi” juga pada sudut atas kiri.

Pembodohan-pembodohan lainya :
-    Kami tidak mau berpolemik dimana letak hati, tapi logika yang digunakan Amir Johan untuk menentukan hati dan penyangkalan tempat hati lainnya adalah cangkok jantung (hal 100) “kalau seseorang operasi cangkok jantung, hatinya tetap mempunyai perasaan yang sama seperti yang selama ini dia rasakan, tidak ikut pergi setelah di cangkok atau perasaan orang lain pindah ke dia”. (Ada pengalaman orang yang pernah cangkok hati dan dia merasa, sejak selesai melakukan cangkok hati, ada yang dia rasakan yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, baca buku, judul “Cangkok Hati”. Yang pasti, dalam buku tersebut, yang dicankok bukan ULU HATI). Kemudian dia, Amir Johan menentukan bahwa hati ada ditengah-tengah (ulu hati, kalau hanya ulu hati lalu dimana hatinya ) pertanyaanya : Berarti logikanya, kalau ulu hati kemudian disebut “hati” oleh Amir Johan, manakala dipindahkan ke orang lain berarti perasaan orang itu akan pindah juga ke yang lainya, benarkah seperti itu?. Butuh penelitian ilmiah!. (Apakah kasusnya sama dengan yang terjadi tersebut diatas). Dalam dunia medis bahwa hati juga letaknya dibagian perut  atas sebelah kanan  sejajar dengan ulu hati cendrung kekanan yang biasa juga disebut liver. Unutuk Amir Johan,  pertanyaanya apakah, hati itu yang dimaksud dari hasil terjemahan  kata “Qalbu” atau “bathin” adalah ulu hati?. Kepada bapak Amir Johan bedakan qalbu dalam istilah  literature aslinya dengan hati dalam bahasa Indonesia, kami sarangkan untuk lebih banyak lagi belajar, dan merujuk kepada sumber yang asli bukan pada sumber khayalan.   

-    Nabi Isa menghidupkan burung, yang disimbolkan sebagai alat kelamin laki-laki, apakah semua negara, suku dan bangsa sama terhadap tafsiran plesetan tersebut?. Penafsiran itu sangat kedaerahan, sebagai contoh orang yang kena penyakit kelamin (spilis) koq, tidak diebut penyakit “raja burung”. Malah penyakit tersebut di istilahkan dengan penyakit “Raja Singa” atau disebut pula “Lion Head”. Memangnya Nabi Isa pernah mengobati singa?. Astgfirullah.

-    Makna dan symbol “Rahim” yang kacau, hal 120 merujuk QS Maryam:23 tentang keluhan Maryam,untuk “mati dan dilupakan”,kemudian oleh Amir Johan mengatakan ”memang secara mikro rahim setelah melahirkan menjadi barang yang tidak berarti dan dilupakan”. (Sanggahan, siapa yang menganggap Rahim sesuatu yang tidak berharga dan dilupakan, sama dengan  menganggap Ibunya sesuata yang tidak berarti dan melupakannya, Karena Ibu dan rahim adalah satu kesatuan.Jadi Amir Johan menaganggap ibunya tidak berharga dan melupakannya.), halaman 121 Rahim kembali disimbolkan sebagai “surga” dalam bentuk mikro, jadi kalau dihubungkan pada pernyataan pertama (hal120) rahim adalah barang yang tidak berarti dan dilupakan, maka surga adalah barang yang tidak berarti dan dilupakan. Jangan katakan! Halaman 120 beda kasusnya dengan halaman 121. Jangan seenaknya memainkan symbol.

-   Benarkah Nabi Isa itu juga  JIbril/Rohul qudus/Ruhul Amin,  mari kita ikuti proses kelahiran Nabi isa pada halaman 121,” Kalau pada tataran nyata, air ketuban adalah pembuika pintu rahim pertanda seorang anak akan lahir, sedangkan pada tataran qhaib tugas tersebut dilakukan oleh Jibril. Jibrillah yang secara qhaib membuka pintu surga supaya Nabi Isa bisa lahir,”.  Mari kita sederhanakan kalimatnya supaya muridnya Amir Johan mudah mengerti:  “Jibril  tidak bisa kita lihat dengan kasat mata/mata telanjang karena berada pada alam qhaib, dialah yang membuka pintu rahim,  setelah terbuka maka lahirlah Nabi Isa”. Sangat jelas keterangan tersebut, bahwa ada dua sosok (Malaikat Jibril dan Nabi Isa) dalam satu kejadian. bagaimana bisa disebut satu ?. Mengenai Istilah Nabi Isa dikuatkan oleh ruhul qudus, bisa disederhanakan seperti ini, contoh Seorang  pembuat kursi tidak akan bisa membuat kursi tanpa dia mempunyai alat. Alat berupa gegaji dll adalah kekuatannya situkang, artinya tukang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa ada alatnya, tapi apakah alat  tersebut sama dengan tukang?.  

Apakah asal penciptaan antara “situkang pembuat kursi” dengan “alat-alatnya ” adalah sama asal penciptaanya? Atau apakah mungkin “alat dan kursi” dapat menjadi “ tukang” atau sebaliknya tukangnya yang menjadi “alat dan kursi”? tidak masuk akal, contoh lain ; Seseorang yang membuka pintu rumahnya karena ada tamu yang mengetuk pintu, setelah pintu rumah terbuka,  tiba-tiba tuan rumah  menjadi tamu dan tamunya tidak tahu kemana atau sebaliknya tamunya tiba-tiba menjadi tuan rumah dan tuan rumah tidak tahu kemana, padahal sebelumnya ada dua oknum, ada yang mengetuk pintu dan ada yang membuka pintu, logiskah ini pak uztas?. Halaman 130 kembali pak uztas main tebak-tebakan,”Bisa ditebak jibril dan Isa adalah sama”(baca proses kelahiran) hanya Karena katanya pada saat shalat bersama Nabi Muhammad SAW, Nabi Isa tidak ada. siapa tahu ada tebakan lain atas ketidak hadiran Nabi Isa pada saat itu. Ayo siapa yang mau menebak.

-   Kelicikan lain Amir Johan, dalam buku bagian pendahuluan dan juga pada halaman 252 dikatakan, bahwa sahabat tidak tahu hakekat shalat, kalau shalat hanya melalui hadits maka, yang diketahui hanyalah shalat syariahnya saja, artinya tidak ada hakekatnya. Kenapa Amir Johan membuat pernyataan seperti itu ? Pertama kalau dia tidak melakukan kedua hal tersebut (untuk mendoktrin murid-muridnya,supaya bualannya bisa diterima) ,berarti sama dengan, sahabat mengetahui hakekat shalat, ini  yang dihindari Amir Johan. Karena kalau sahabat mengetahui hakekat shalat berarti ada haditsnya atau ada pada Ulama yang jelas mata rantai keilmuannya, lagi-lagi, ini yang dihindari oleh Amir Johan, makanya lebih dulu Amir Johan menyangkalnya (sahabat tidak tahu) tiada lain  untuk melindungi ajarannya. Kedua, Jadi dengan terbangunya benteng tersebut kedalam kepala murid-muridnya maka dia dengan leluasa memutar kiri-kanan, atas -bawah ayat-ayat Al-qur’an sesuai kehendaknya. Ketiga, Karena kalau Amir Johan tidak melakukan strategi jahat sperti itu, maka dagangannya tidak akan laku-laku.itu menurutnya! tapi Allah Maha Kuasa lagi Maha pembuka Tabir kepalsuan dan kebohongan, tanpa dia sadari dia mengutip Ayat Al-qur’an yang membuka kepalsuannya lihat QS Al-fath 29 hal 47-48 yang telah disinggung sebelumnya. Nyatalah bahwa tidak ada kejahatan yang sempurna.                       
-    Salah satu hal yang sangat berbahaya yang ingin disisipkan oleh Amir Johan dalam buku tersebut adalah konsep aqidah Kristen yakni Tritunggal atau Trinitas, sebagaimana dapat dilihat pada ilustrasi berikut.
                              
Allah Bapa’ 
Allah Anak
 Rohul Qudus

>>>>
 Rahim Maryam 
Nabi Isa 
Jibril/Rohul Qudus
                                                              
- Pembuktian Nabi Isa adalah Ruhullah (versi Amir Johan), Amir Johan mengajukan bukti yang dipaksakan yang justru berujung pada penghinaan terhadap nabi Isa itu sendiri. Rasul yang telah dimuliakan oleh Allah SWT. Pada halaman 127 dikatakan kalau Nabi Isa ketika akan  tidur maka datanglah Iblis menegurnya “Hai Isa ! kamu ini keenakan hidup koq masih sempat membaringkan kepala keatas batu. Lalu Isa membuang batu tersebut, artinya untuk berbaring saja sejenak diatas batu dia tidak bisa,” kenap? itulah sang Ruhullah”. (sumber referensinya juga tidak disebut). Dari pengajuan bukti tersebut,maka bisa dikatakan bahwa:
1.  Nabi Isa sebagai Ruhullah, apakah mungkin Iblis la’natullah mengingatkan existensinya kalau dirinya sebagai Ruhullah?. tanggapan Kami, Nabi isa tidak butuh Iblis untuk mengingatkan.
2.  Kalau nabi Isa di ingatkan oleh Iblis apa bisa ?, tangapan Kami, tidak bisa! Karena Iblis hanya selalu ingin menyesatkan, juga karena nabi Isa sebagai Ruhullah yang telah dimuliakan oleh Allah SWT, yang derajatnya jauh lebih mulia asal kejadiannya daripada  Iblis yang nyata-nyata Allah telah melaknatnya.
3.  Kalau alasan itu yang diajukan oleh Amir Johan, tanggapan Kami, berarti Nabi Isa tidak mengetahui dirinya kalau Dia sebagai Ruhullah tapi Iblislah yang menyampaikannya.
Dari bukti yang diajukan oleh Amir Johan,maka patut di curigai jangan-jangan ketika Iblis menegur Nabi Isa untuk bangun, adalah bahagian dari strategi iblis untuk menyesatkan, yang kemudian dipakai oleh Amir Johan sebagai perpanjangan tangan dari Iblis untuk menguatkan pendapatnya. Bukankah Iblis telah bersumpah kepada Allah SWT untuk menyesatkan ummat manusia dari jalan yang lurus? (hal 51 dari buku yang sama Qs Al-A’raf 16-17)

- Halaman 51 Amir Johan menakuti-nakuti murid-muridnya. Apa akibatnya  kalau tidak melaksanakan teori yang ditemukannya ini maka kalau sakratul maut nantinya akan sesak nafas dan nafasnya bolak-balik, itu akibat tidak diterapkan teori yang ditemukannya. Kami katakan, apakah semua orang sesak nafasnya pada saat  sakratul maut sebelum datangnya Amir Johan mengajarkan teorinya? Atau, apakah para sahabat Rasul bahkan Nabi sendiri sesak nafasnya dan bolak-balik karena tidak menerapkan teori Amir Johan dalam shalat ?. Naudzu billahi minzhalik. Karena kami yakin seyakin-yakinnya Rasulullah Muhammad SAW tidak melakukan apa yang dipraktekkan oleh Amir Johan.

- Amir Johan memberi iluistrasi bias mengenai Al-qur’an. Pada halaman 252, Al-qur’an diibarat makanan. Dikatakan, “Al-qur’an ibarat makanan, makanan kita kunyah dulu kemudian kita telan. Sampai diperut dicerna, diproses, dipilah, mana yang baik dan mana yang buruk. Yang baik diserap oleh tubuh dan yang buruk dibuang.” Ini artinya bahwa dalam Al-qur’an ada yang baik dan ada yang buruk. Firman Allah yang baik diambil dan  yang buruk di buang. Memangnya ada ayat Al-qur’an yang buruk ? Meskipun keterangan selanjutnya dikatakan menyangkut perkara yang dilarang jangan dilakukan. Ini yang dimaksud buruk.

- Pada halaman terakhir, simbol “Muhammad” mulai dari hurup “Mim”nya sampai pada hurup “dal”, apa ini juga sesuatu yang keluar dengan sendirinya?. Maaf, Amir Johan tidak jujur, padahal ini bertebaran dibuku-buku ikhsan. Dan banyak  ulasan-ulasan yang sumber kitabnya jelas tapi Amir Johan tidak mencantumkannya. Jadi kalau ada ulasan yang kedengaran benar dan memang benar itu hanya  dijadikan alat oleh Amir Johan untuk menarik dan menipu pendengar sebelum masuk ke materi ajarannya. Ketika masuk kemateri ajarannya ulasan-ulasan tersebut di abaikan dan ditinggalkan.

- Hal lain yang menarik, ketika seseorang ketemu salah seorang murid Amir Johan, setelah simurid panjang lebar bercerita, lantas seseorang itu berkata kepada murid Amir Johan tersebut  bahwa “apa yang kalian uraikan itu tiada lain adalah “cerita mati (ngawur)” secara spontanitas simurid menyanggah, “kalau cerita mati, berarti ia hidup !”. Katanya. Betul-betul murid dan guru sama saja, Jawaban itu menandakan, bahwa selama mereka belajar kepada Amir Johan, ternyata apa yang mereka dapat dan dipelajari tiada lain hanyalah “mengidupkan cerita mati” atau “Cerita mati yang dihidupkan” atau hal-hal yang tidak bermakna serta jauh dari hakekat kebenaran.

Apa tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh Amir Johan?
1.  Menanamkan keraguan terhadap hadits-hadits Nabi, hingga meningkat kepada rasa ketidakpercayaan akan hadits.
2.  Menyebarkan luaskan isu lemahnya para sahabat Nabi terhadap ilmu-ilmu ke-Islam-an dan peribadahan, serta menanamkan kepada ummat  rendahnya kredibilitas para sahabat Nabi
3.  Melakukan upaya untuk mendapatkan pengakuan kebenaran dari ummat Islam terhadap  Al-kitab/Injil karangan Matius, Injil karangan Lukas, Injil Karangan Markus, Injil karangan Yohanes. Dengan dibekali Injil karangan Markus 16:15 “ Lalu  Ia berkata kepada mereka ‘pergilah keseluruh dunia, baritakanlah Injil kepada segala makhluk”. (ummat Islam yang berakal sudah dibekali dengan QS Al-baqarah 79,  yang artinya sebagai berikut : “Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian berkata,” Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat” ).

Siapa sebanarnya mereka?  Disinyalir sebagai “GIDEONS GAYA BARU”.
ABOUT GIDEONS
THE GIDEONS is an association of Chistian business and professional men, who believe to be the insphired word of god, and have accepted Jesus Chist as their savior and lord.Gideons are regular chuch member. They operate as an arm of the chuch, and seek by personal eample and testimony to lead others to faith Lord Jesus Chist.  They place Bibles in hotel guest room, where a successions of readers can find the word of god. New testements are placed beside beds in hospitals. Personal copies are presented to secoundry school students. Personal copies are also presented to such people as members of the nursing profession,police,fire brigade and armed forces. The Association started in 1899 and was named after Gideon, whose story is told in the Old Testament, in Judges Chapter 7. It is hoped you will enjoy reading this up-to-date version of God’s Book If you need in understanding its meaning or if you have a personal problem concerning your relationship with God. Gideons will always pleased to help you. If you have been helped or encouraged by what you have read. Please write and us about it.                         
Masih sangat banyak pembodohan-pembodohan di dalam buku tersebut, yang belum sempat kami kemukakan.
       __Kepada para murid Amir Johan agar segeralah bertobat sebelum terlambat__ 
       ----Pengenalan Hakikat Diri Menurut Amiir Johan, Bukan menurut Al-Qur’an----
___________________________
Oleh -MuhDanAss

You Might Also Like

1 comments

  1. Terima kasih bung sangat bermanfaat artikelnya..
    Saya sempat terpengaruh, tapi klau saya baca berulang kali banyak kejanggalan di buku itu. jadi searching ke google tentang buku ini dan alhamdulillah dapat pencerahan deh :D

    BalasHapus

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images