Identitas Kota Transit

Kamis, Agustus 23, 2018

Kabupaten Maros merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Jaraknya sekitar 33,4 km dari Kota Makassar atau ditempuh dalam waktu 1 jam. Maros merupakan Kabupaten dengan destinasi yang mengagumkan, wilayah Maros terintegrasi dalam pengembangan Kawasan Metropolitan Mamminasata. Kata Maros, merupakan perubahan dialektika dari sebutan lampau yaitu  "Marusu".


Marusu tahun 1929
___________________________________

Atmosfir lampau Marusu (kini Maros) ini merupakan wilayah tempat pertemuan dan sebab diapit oleh Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone, 2 imperium kerajaan besar di Sulawesi Selatan, maka sebutan Maros (kini) atau “Marusu” (dahulu) merupakan simbiosis  dengan tipologi karakter masyarakat "urban".

Hal ini pula sebabkan Maros memiliki nilai strategis yang sangat potensial. Sekausalitas dengan di huninya kabupaten  Maros ini oleh dua suku, yakni Suku Bugis dan Suku Makassar.

Raja Marusu dikenal bernama “Karaeng Loe Ri Pakere”, yang di abadikan keadaannya dalam kitab tua / “Lontara, sebagai  raja tua yang tidak punya keturunan ber istana di Pakere tahun 1471.

Penetapan tahun 1471 adalah substansi kesejahteraan pada periode lontara, yang menggambarkan bangkitnya eksistensi Kerajaan Marusu oleh Karaeng Loe ri Pakere dalam mewujudkan cita-cita masyarakatnya hidup dalam suasana aman, sejahtera, lahir, dan batin menjadi Butta Salewangang yang sekaligus dalam memposisikan dirinya sebagai kerajaan yang berdaulat dan disegani.
ya, sebuah kota yang kontekstan dan menjadi penyangga Kota Provinsi 
_____by Makassar. https://id.wikipedia.org/

Narasi Kab Maros bersama Bapak Bupati dan Kepala BudPar
Demikianlah, selain nama Marusu, masih terdapat sebutan lain untuk daerah ini yaitu Buttasalewangan. kami uraikan bahwa sebutan “Buttasalewangan" masih  penamaan yang melekat hingga kini dan menjadikan sebagai lambang kebanggaan tersendiri dalam mengenang sejarah lampau dan kiprah kabupaten ini mengisi pembangunan daerah.
Link : Wisata Alam Bantimurung       
            Menengok Jejak Zaman Batu

~~~~
Catatan "LEPASS"
(Lembaga Pengkajian Strategi Salewangan) 

Usai lebaran dan lengannya kota tua ini terasa hingga seminggu, sebuah atmosfir yang menuansa religi dengan nilai silaturahim saling mengunjugi antar masyarakat, atau istilah "lokka massiara". Yah, kota ini masih merawat nilai-nilai budaya juga religi dan pandangan kekinian yang tak melupakan aspek rasional.
-------------
*Kota ini tempat kerajaan tua dahulu dengan raja bernama "Karaeng Loe Ri Pakere" , hari ini penduduknya terutama lebih banyak 'disesaki' oleh kalangan pendatang, dengan berbagai alasan masing-masing, kalangan ini menggerakkan roda kehidupan sehari-hari kota ini, termasuk di antaranya adalah para pencari ilmu, pekerja, menjadi pegawai atau pun sekadar jalan-jalan sebab destinasi yang keren.

Dulu dan kini berbagai penjuru mereka datang,  baik dari masyarakat Gowa (tepatnya Makassar kini), Sinjai dengan dialek bahasa lisan serupa digunakan di Camba (salahsatu kecamatan di Maros)  terlebih Bone juga pendatang dari melayu dan dari luar Pulau Jawa.

Kabupaten Maros, menyimpan dan menciptakan sejumlah ragam potensi wisata. Potensi itu tak hanya wisata pantai, air terjun, permandian air panas Mallawa, tapi juga wisata kuliner semisal PTB. Namun, yang tak kalah menarik dan menakjubkan, bahwa di daerah ini juga dunia mengakui keberadaan kawasan bukit atau gugusan karst terluas di dunia selain karst di Cina Selatan dan Vietnam

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images