Hamil dan melahirkan secara Ajaib: buku Kearifan Lokal

Minggu, Agustus 11, 2013

Melahirkan masyaallah pertanda "ada dan menggenapi hidup", sebab kearifan lebih sering diam maka sesuatu terus bergerak dan tanpa arah_ dari lemari berdebu dan petunjuk buku tua, ya sebuah ruh yang sebelumnya mengendap namun membesarkan dan melahirkan banyak tokoh dari bumi celebes lampau, sebuah rujukan utama kitab berjudul “Dari-darina wijae assimatana indoE”, mengurai secara leterlet judul menjadi : Daridari artinya proses persalinan, wijaE akhlak seorang anak, assimatana IndoE adalah kontak awal berupa persentuhan kulit bayi dan ibu yang dianggap peristiwa sacral, dimana si bayi mengenal kehidupan awal dengan “air susu ibu” dan mengenal pula Allah tujuan hidup. Ajaibnya buku ini tak terbakar oleh api_Untuk pengantar sebelum memasuki masa persalinan dalam pandangan Bugis-Makassar, sebelumnya kami dimulai dengan tradisi Appasili.

buku kitab hamil dan melahirkan secara ajaib
Istilah Appasili mengindikasikan aktualisasi tradisi yang berhubungan dengan wanita hamil 7 Bulanan, atau dengan pengertian appasili adalah tradisi perayaan hidup manusia dari tahap awal dalam kandungan (janin bayi)  masa tujuh bulan dalam kehamilan Ibu, tujuannya demi harapan-harapan kebaikan saat melahirkan juga appasili menjadi waktu mengontrol bulan si ibu hamil agar mengambil inisiatif “ampe-ampe deceng “, atau harapan-harapan selamatnya ibu hamil dan beroleh anak yang sholeh”_ lebih jauh bahwa harapan kehamilan Ibu hingga prosesi kelahiran kelak berjalan lancar, hal ini menegas menjadi bentuk perhatian dalam persiapan melahirka.

Prosesi ritual Passili Zaman Lampau

: dengan cara si hamil atau eroka niassili tersebut sebelumnya selama 3 hari waktu pagi dengan memperbaiki posisi bayi di dalam kandungan oleh sanro pammana, pemeriksaan kehamilan selama 3 hari untuk taksiran/ memperlancar kelak proses melahirkan dengan mudah dan agar persalinan tidak menyakitkan, lalu berlanjut dengan sang ibu di mandikan oleh seseorang yang di tuakan dan ahli  atau semacam sanro pammana memakai baju bodo putih, ia pula kelak yang akan membantu kelahiran bayi, namun pelaksanaan ini hanya untuk kelahiran anak pertama, sesi akhir passili kemudian dilanjutkan dengan upacara caru-caru atau tompolo (gambarannya si hamil tampak disentuh bagian tengah keningnya oleh sanro pammana lalu semacam tiupan halus sebagai iringan doa )_ refresentasi keadaan yang dalam kamus antropologi diistilahkan dengan rites de passage atau upacara inisiasi, menandai tradisi appassili ini adalah istilah bahasa Makassar dan Maccera wettang dengan istilah bahasa Bugis,  biasanya seorang bangsawan melaksanakan hajatan ini dengan kemeriahan.

Keterangan dalam buku berbahasa Bugis huruf lontara ini berjudul,“Daridarina wijaE assimatana IndoE”, adalah sebuah pandangan lampau yang lahir dari proses kausalitas perlakuan atas ibu hamil sesungguhnya lahir dari kearifan budaya local, dan dalam buku ini terjelaskan pula tentang prosesi tepat-guna saat persalinan, tentang bagaimana hubungan ibu dan anak serta fitrah si bayi yang harus di embangnya dalam kehidupan, terkait pula pentingnya menyusukan anak demi kesehatan bagi bayi, hanya kalimat penulis dalam menerjemahkan buku ini seakan menjadi sangat sederhana dalam ungkapan kebahasa Indonesia, mungkin sebab kurangnya idiom dalam bahasa Indonesia untuk sebenar-benarnya dapat mewakili maksud dari bahasa Bugis yang jumlah entri katannya lebih banyak_  adapun anggapan lain mengatakan bahwa menerjemahkan aksara lontara lampau serupa kitab ini, seolah-olah hilang nilai sakralnya sebab kondisi psikologi, dalam telaah bahasa Bugis ungkapan yang disampaikan cendrung bisa terbaca/ terjelaskan dengan baik dengan menggunakan makna hermeneutic, namun sebab keperluan (bisa dikatakan desakan) akan pengetahuan kearifan local yang terasa masih di perlukan maka kami me-translet buku ini, tentu tak luput dari banyak kesalahan, baiklah sedikit paparan tentang buku ini

Tanggap tentang persalinan hal yang tidak boleh disederhanakan sebab berhubungan dengan Sebuah pandangan seperti pembuka dalam buku sebagai nasehat : assisempungeng atuongeng /de naulle desingerrang/ benang merah tali persambungan antara si anak kelak yang menjadi tanggung jawab, dan antara hidup dan matinya seorang ibu saat melahirkan, dan jika ia si ibu hidup tanda bahwa hidup anaknya telah menjadi tanggungan Tuhan, dan jika si ibu meninggal  keterangan menjelaskan : pettuni wennannge, pettuni assisempungenna_ dan nasihat akhir dari buku tersebut (terjemah side gaga rapanna rupa tau rigangka pakkelona puangE )

Pandangan Bugis Makassar dalam Prosesi Persalinan

: Seberapa jam sebelum ibu melahirkan dianjurkan minum 2/3 sendok minyak kelapa murni dan si ibu memasrahkan diri kepada dewata seuwae (  ulleku puang Ri passabakengi maserro / riappimmaliangi narekko deE) aku telah berusaha melakukan sebab dan kusadari bahwa pantang /pemali jika tak berupaya lebih baik : tampak bahwa hal ini menjadi tuntutan keras_ saat hampir melahirkan si ibu membayangkan napasnya dari tarikan hidung seolah tangan mendorong bayinya sendiri keluar tepat setelah keluarkan napas lewat mulut / dengan istilah “Meddeng” berkuak.

:setelah bayi lahir menjelas kata waje/wajib untuk si bayi ditengkurapkan (langsung) diatas perut ibu tanpa dileko /dibungkus, jika suasana dingin (sekarang ber ac) tutup saja bagian atas /belakang bayi, bayi tanpa perlu dibersihkan demikian pula ibu / tanpa me-lap keringatnya bahkan diappimmaliang /sangat terlarang membersihkan telapak tangan bayi_ keadaan yang menjelaskan perihal ini secara sederhana kami paparkan maksudnya bahwa : segala kealamian itu adalah upaya saling mengenalkan antara si ibu dan si anak dan hal ini juga dianggap menjauhnya gangguan setan, sebuah kekalan hubungan akrab dengan anak seperti mendekap dan bermesra dan gerakan bayi di atas perut ibu kontan/ refleksi pengetahuan yang telah diatur oleh tuhan tentang mengetahuinya bayi tempatnya berobat pada susu ibunya_terdapat dialog bayi diisaratkan dalam buku tersebut “kukenali bau/ keringat ini sebagai ibuku tempatku hidup dan tak bisa menjauh darinya”, gamblang terjelaskan bahwa pengenalan bau awal ini sebabkan si ibu sangat tahu keadaan anaknya kelak (mungkin hal ini serupa dengan mengentalnya firasat ibu pada keadaan si anak, apakah ia sedang sakit atau sedang hendak menyusu) tangan bayi akan membantunya mencari puting ibunya yang berbau sama, menutup perihal ini bahkan menegas untuk “tidak membersihkan ibu dan bayi tersebut bahkan hingga se-jam. Dialog bayi tersebut berakhir dengan teks “makkedda ukasiani nyamengE puang dalle joaku” artinya : ya tuhan telah kurasakan nikmatmu atas taqdir keberadaanku di dunia.


Melengkapi eksistensial paparan ini, dengan harapan kelak aka nada pengertian tambahan, terpikir ada baiknya teks asli kami paparkan serta

….Pappijeppu (diase’na pammase): merasakan keadaan ibunya wajei pasitokko  indo-anana , lebbipi naiyatu ri engkana nanaE de di cakkaki lebbipi de di cemmei, rimakkotoro indo’na de dibissai, senna diappimaliang nanaE ri lullu pale limanna, siturukang susu indo’na , “koeni monro rasiana , rinaissenna nanaE makkedda iyae susukku, tuoku,  iyae bau indokku… iyyae tomma matu bau paissengngangi emma’na lao ri ana’na makedda “elona anakku susu”, ampe pole ripuse ana na indo ?,  enja nu bissai rekko parellui paggenneI si jang,

…tuoni tu nana naikia rituo sitongeng tongenna narekko puranissusu nasaba toto,  atuongenngeE/ makkedda ukasiani nyamengE puang dalle joaku.

Periode masuknya Islam terdapat tambahan dalam perihal ini yang dikenal dengan : awal kontak kulit ibu dan anak,  sama dengan  81 kebaikan,  anak tangan kanan anak menyentuh tangan kiri ibu 99 barakah, tambah 18 kebaikan dalam aksara Arab, dikenal oleh panrita dengan sempung “Asmaul husnah”.

piterana atuongenngeE (fitrah awal yang sesungguhnya dikatakan hidup) : kontak kulit pertama kali, hingga menemu wanua atuonngeng ( bertemu bumi yang terdapat tanah dan menumbuhkan tanaman sebagai maslahat hidup) dan seterusnya dengan isapan, menelan, dan akan mulai bergerak dengan menendang, menggerakkan kaki, bahu dan lengannya seolah lepas, kelak bayi akan membentur-benturkan kepalanya ke dada ibu, ya sebuah stimulasi yang menyerupai (massage / pijatan / drukpun messeg bagi dada ibu. Juga bahwa kelak bayi kemudian mencapai puting dengan mengandalkan indera penciuman dan dibantu indera penglihatan. (bagaimana pandangan kedokteran kini, apakah bayi telah dapat melihat ?)_dan akhir dari kitab daridarina wijae assimatana indoE kami lengkapi dengan beberapa catatan pinggir berikut

*Assala susui kirapangi riatitta assabakeng sempung sumangena…, mauni  naoppoki tinro , sekerri  mabbura …narekko : sekiranya bayi anda tidur terlalu lama, kejutkan ?, bayi anda untuk disusui,

*Rimassusunna nanaE sirapangi si sempungenna arusu emmanarenna. Essunna sessunna : merantau dan sangant merindukan Toto’ sebelum lahir, /nur, pitera setelah lahir, pte

*laku masyarakat lampau terhadap bayi jika suasana sedang dingin maka  memilih menutup kepala dan punggung bayi

*Riengkana nanaE naggeppo-geppoangi  ulunnu ri aro indo’na , sipadda tommi tu nakasia nabbi  ismaile biccu ri runtu’na wae samesang ede. Keadaan sianak ketika me-sentuh2 putting susu ibunya seolah ia merasa serupa Nabi Ismail kecil sedang mendaptkan air zam-zam  

*Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepaskan hisapannya, Sittai waesusu (diberhentikan ketika si bayi masih ingin menyusui efeknya  berkurang kontak batin berkurang sensitive social ( bisa jadi kurang peka, rakuss) riapimmaliangi maaf ..balalai/rakus kelak, jangan salahkan anak2 jika demikian kelak, sebab…

* Mappasusu nasaba magatti mappaccin landiri na nanae yaro monro ri essunna?, me-susunya bayi pada ibu sebagai tanda cepat bersihnya lender yang tertingga di dalam tubuh si bayi, entahlah apakah ada bukti ilmiah akan hal, yang jelas mereka aplikasi sikap ini sebagai hal yang penting,

* benarkan bahwa setiap bayi, saat diletakkan di perut ibunya segera setelah lahir mempunyai kemampuan untuk menemukan payudara ibunya dan mengambil minum pertamanya dengan kemampuannya sendiri.

*rimalotong putena makkita mata daridarie massempung ri susunna indoE gattina makkita_artinya bayi melihat bukan ujud ” hitam dan putih “> implementasi maknanya harus di teteki cepat, sebagai kontak batin.secara psicologi > Menanggapi sumber tentang penglihatan / melihatkah bayi ?, ya jelas pada putting hitam susu ibu sebagai bentuk aplikasi wajar melihat selama 2 tahun benda tersebut >  iyyaniritu naissengi makkeda iyae mannessa nasaba malotong , naikia lettui 2 taung ri pasusu nasaba anrena metto (sebuah tanda bahwa ia hitam/putting tsb, ..sipapun bahkan jika Allah menciptakan dia dgn kulit hitam negro misalnya maka maka puting tersebut lebih legam/lebih sangat hitam banding kulit.

*wae susu daridarina nanaE pabbura mata, namawari taro-taromui, de namabbatu,  air susu ibu mengobati sakit mata merah dan tidak basi (mungkin boleh / baik jika disimpan dalam kulkas, tidak mengeras dalam kulkas)

*Ki pannesai ri makkokoe assala mappasusuki, pasiterrukengni ri ati macinnotta, ampe-ampe deceng /passaabrangi ikhelas, nasaba nakko iklaski sirapang/sippada idi tomma mebburangi takdir deceng lao rianata, degage dongo …macca maneng…ikhlas…muhlisina lahudiina…dua ttaungi kipasusu naseng korang…naiya korange salikal kitabu la….degaga keraguang petunjuk lil …nakko salai bateku pau lokkaki temei jera’ku rimunri metti, ihlas assabaranna. Wahai ibu ikhlaskanlah menyusui berpengharapanlah pada Allah dengan persangkaan baik anakmu kelak...

You Might Also Like

1 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images