Atlet Perempuan Jerman Rubah Kelamin; "kini gagah",Teks
Sabtu, Agustus 06, 2011Rubah Kelamin. Sebagai laki-laki namun kelaminnya justru menunjukkan sebagai wanita. Bila dilihat dari dekat, dari dalam kelamin saat dibuka muncul daging kecil berbentuk batangan sebesar kedelai. "Kalau kencing ya keluar dari lubang batang daging kecil yang seperti kacang kedelai itu," ujar orangtua Soni dari Kabupaten Probolinggo. Teks selanjutnya " Melihat kondisi anak Soni memiliki kelamin ganda, dua tahun silam
sejumlah pejabat Pemkab Probolinggo sempat mendatangi rumah Totok, di
Desa Sumber Kedawung, Kecamatan Leces. Bahkan, istri Bupati Probolinggo,
Hasan Aminudin, Dian Prayuni, sempat berjanji akan membantu kesembuhan
anak Totok. "Tapi sampai sekarang tidak ada satu pun pejabat pemkab yang
mau membantu. Mereka hanya janji-janji saja," kata ibunda Soni, Efita
Maisari_ by : Sugianto
KETIKA kau menjumpai sebuah teks, maka sesungguhnya kau sedang membaca pengalaman: ide yang diabstraksikan melalui bahasa. Seorang pakar hermeneutika ilmu sosial, Paul Ricoeur, memandang “teks sebagai diskursus yang dibakukan”. Diskursus itu sendiri memuat peristiwa bahasa melalui proses objektivikasi. Jelasnya—ini seperti juga kata Derrida—semuanya dapat menjadi teks: cara memilih baju, sepatu, dan makan adalah teks, terlebih lagi cara bertutur atau cara menulis puisi, juga teks. Apa yang akan kau pikirkan kemudian setelah tahu bahwa praktek sosial adalah juga teks?, masih menalar simpulan kaidah teks
Atau apa tanggapan anda ketika atlet perempuan Balian Buschbaum lompat tiang Jerman menjadi atlet kedua terbaik di Jerman untuk cabang tersebut, tapi pada tahun 2007, dan setahun kemudian ia resmi mengganti kelamin menjadi seorang laki-laki usai terapi penggantian jenis kelamin. < apa teks anda atas perihal ini?
Tanda kesan dalam penciptaan teks : pahamani objektivikasi dari karakter internal struktur sosial. Dengan begitu, kehadiran sebuah teks (ataupun artikel juga teks sastra bahasa lainnya) bagi masyarakat akan lebih berguna daripada sebuah keindahan semata, yang lantas dilupakan seperti sinetron atau acara komedi.
pembelaan kebebasan
“Seandainya Kitab-kitab Suci hanyalah buku-buku hukum yang tanpa puisi”, kata Goenawan, maka “manusia akan hidup dengan rohani yang kerontang. Bhagawat Gita, Injil, Quran. Di tengah-tengah pengalaman masa kita kini, salah satu kebutuhan kita adalah menghidupkan kembali puisi yang terdapat di dalamnya”, dengan tujuan “pembaruan sikap, untuk lebih mampu menerima Kitab Suci bukan sekadar sebagai sebuh KUHP…Sebab Tuhan memang bersabda, dengan bahasa manusia, dalam puisi. Dan puisi, dengan perlambang-perlambangnya, dengan iramanya, dengan seluruh semangatnya, tidaklah mendikte…(selengkapnya di : dialog tokoh dan pemikir
0 comments