Puisi Esai Perih Doa Doa
Senin, Agustus 01, 2011
Puisi dan Esai perih doa-doa ungkapan perasaan dari refresentasi keadaan religi antara hamba da tuhanNya, menekur pada kehidupan dalam tari-menarik duniawi dan kematian, sungguh sebuah perlawanan dilakukannya. Esai Puisi perih doa-doa sarat kata yang menggunakan banyak kata kiasan atau metafora atas luka-luka batin, puisi ini cakupan beberapa suntingan religi sebelumya atau dengan istilah hipogram *. Sebelum puisi religi, mari berbagi pengertian tentang unsur cara dan metode menulis puisi religi, dari sangbaco.web.id. Akhirnya penulis sadar bahwa dalam ulasan sederhana ini mungkin kurang padat bobot bahkan banyak kesalahn. tak mengapa ulasan konten religi ini dilupakan bahkan boleh membuangnya. wassalam. Simak pembelajaran puisi perih doa-doa. terima kasih telah berkenan.
Puisi Perih Doa Doa
(kisah renungan dengan rasa benar meruncingkan permukaan tampak bergerigi dan penuh benjolan, perih membawa segala basah dan mengeja hidup dengan malu-malu, bahkan Perih kadang warna darah yang kehitaman)
~~~~
Pada luka yang kuraba,
perih doa-doa melesat kelangit,
rupanya bayangan daun rebah dan kita saling berlayar sendirian
kepit malam ramadhan adalah jerit juga
harapan dari relai gambaran hidup, mengapa
demikian jerat atau doa-doa mengambang tanpa arah..?
arung peristiwa yang abai di sela rajutan antara lahir lalu mati.
Perih doa-doa digelar sebelum sela-sela malam tumbang,
dan pekan-pekan waktu khusyu ini, berkeras kita nikahi: aku belajar duduk,
mencerna sambil bersila, .masih doa kurafal untuk tiba kepadang khusyu, uh...begini bising
telusup roh itu berdenyaran, atau wajahku kah yang separuh setan..!
Dan malam malam melingkar, boleh jadi aku masih meraba luka ini, dan
seperti melipat parasut tempat tanah rata menempa kaki, selalu saja begini
: kita terus di bumi dengan selokan bau juga dengan katakata maaf tiada henti.
"ya Allah...di pintumu kuberdiri malu, aku hamba penuh luka__
Kaimuddin Mbck Maros ramadan 1`08`11
____
Esai Perih Doa-Doa
Rekayasa buku lux dari dalam penjara_
Skak mat atas perih Kaum Muslimin : Hipogran tragedi bom Bali"_
______________________.
Majelis Mujahidin Indonesia, mengatakan,
keluarnya buku memoar ini menimbulkan pertanyaan. Ya, bagaimana bisa seorang terpidana yang dipinjam bertahun-tahun oleh Mabes Polri mampu membiayai pembuatan buku otobiografi yang terkesan luks dan mahal?.
Menurut Fauzan, publik harus kritis menyikapi situasi ini, dengan mempertanyakan mengapa terpidana penjara seumur hidup yang terbukti bersalah sebagai pelaku kasus Bom Bali I yang menelan korban jiwa lebih dari 200 orang, dibiarkan berkeliaran seenaknya dan sengaja tidak menjalani masa hukumannya?
Diskriminasi hukum seperti ini, lanjut Fauzan, tidak lantas berhenti pada pertanyaan itu. Sebab, patut dipertanyakan juga, dari mana sumber pendanaan atau siapa ‘jenderal’ di Mabes Polri yang membiayai pembuatan buku memoar Ali Imron?
Tentang keberadaan pengebom Ali Imron dan Mubaroq yang dijaring Tim anti-Teror Mabes Polri, tadinya, hampir terlupakan oleh publik dan lepas dari pengamatan media. Kabar terakhir tentang Ali Imron menghangat ketika Brigjen Gories Mere ‘ngopi’ bersamanya di Starbucks Cafe Plaza EX Jalan Mh Thamrin, 1 September 2004.
September 2007, Ali Imron bersama Mubaroq, rekan sesama teroris dan sesama terpidana penjara untuk kasus Bom Bali I, diundang buka puasa bersama di rumah Brigjen Surya Dharma di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Tak kurang dari PM Australia (ketika itu) John Howard mengecam berkeliarannya kedua terpidana itu.
Dari situlah baru ketahuan Ali Imron dan Mubaroq memang tidak pernah berada dalam tahanan. Kapolri Jenderal Sutanto secara tegas menyatakan kepada pers baru-baru ini, kedua terpidana itu memang dibon Mabes Polri untuk membantu mengungkap jaringan teroris di Indonesia, Luka itu masih menganga. Dan, buku itu bukanlah obat atau ramuan ampuh yang dapat menyembuhkannya.
Akhir "Perih Bom Bali"
Buku menguak luka kaum muslimin kian menyakitkan
entahlah...seberapa nasehat sebab : Allah..mengetahui keadaanMu,
Allah berkehendak atasmu dan Allah mendengarmu , tanpa kau ingin di dengar...?.
__________
Sangbaco.web.id_dalam Esai Puisi "Perih Doa-doa"
*Kaidah dasar intertekstual (Pradopo, 2012 : 228) adalah sebuah karya hanya dapat difahami maknanya secara utuh dalam kaitannya dengan teks lain yang menjadi hipogram. Hipogram adalah karya sastra terdahulu yang dijadikan sandaran berkarya. Hipogram tersebut bisa sangat halus dan juga bisa sangat kentara. Dalam kaitan ini, sastrawan yang lahir berikut adalah reseptor dan transformator karya sebelumnya. Namun demikian, mereka tetap bisa dianggap menciptakan karya asli, karena dalam mencipta selalu diolah dengan pandangannya sendiri, dengan horison dan harapannya sendiri
0 comments