Cengang Hujan, ia menangis sejadi-jadinya

Jumat, Januari 03, 2014

Saat kau tak di sini, aku menyulam hujan yang sama, dalam detik yang selanjutnya tentu kau tahu bahwa tak apapaun kecuali sepi, sepi yang meranggas, sepi yang tanpa celah sangat rapat dengan kotak-kotak perih yang menyulut luka. tangis jauh menelusup, seperti seseorang menerobos hujan, dan lembaran catatan mendadak kabut,  dan hujan berlari  kearahnya penuh denyut, kini menekur sendiri penuh kuyup juga tangis : di cengang hujan ia menangis sejadi-jadinya.

dalam cengang hujan bang becak sedih juga penjual rujak
Tiada henti bumi meriap sepi, sungguh purba dari lindap jendela
tampak musim sedemikian cepat, seolah tersimpan keping-keping tangis berkekalan, 
lihatlah tak sesaat pun, hujan selalu saja luruh tak terbat-bata, 

"Hujan ini, seperti biasa ia tak bergegas kecuali hanya menangis sejadi-jadinya "

Hujan dan sepi, jejal tabuhan nyanyian yang lama telah kukenal,
ya dan sungguh ketika hujan begini, aku seolah ingin memaksamu mengulurkan tangan. hanya untuk kau menandai dingin-nya, hujan ini benar-benar penjara, yang menarikku dengan paksa pada kenangan yang meluapkan.   Apakah kau mengingat hari itu, ketika hujan seperti ini dan aku memakaikan-mu jaketku yang kumal ?,
"maaf itu hujan yang sama dengan hari ini, hujan yang menelusup jauh kedalam tangis."



secatatan perih dari tangis hujan
hujan sedemikian menjejak, parkiran kendaraan mendadak sesak dan terburu-buru,  hujan yang penuh tafsiran, seseorang dengan pakaian yang basah tak menoleh lagi kearah jalan, ia di sini dan aku dengan 2 cangkir kopi plus gula cream, aku merayakan hujan ini

seperti 2 cangkir kopi yang telah dingin ini, aku menjadi lelaki dan tak pernah membenarkan menangis, tapi ?. uh betapa jauhnya kau uu.....

Sehujan dan 2 cangkir kopi mendingin saling diam dan hujan baru saja redah sore ini. Udara masih basah disela redup matahari, sebuah suara sayup-sayup seolah dari sumber terdalam...begitu aku kenali bukankah itu....., atau mungkin tangis ?.
___________
cengang hujan adalah rasa yang mengenalkannya banyak peristiwa, dengan perih atau dengan rindu segalanya tampak spesifik dan unik, wassalam kaimuddin mbck.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images