Catatan Sajak : Mati itu sekali tebas

Minggu, November 18, 2012

Pucuk-pucuk daun yang tiba-tiba gugur, terlihat sangat berat,
tak tersisa seharapanpun, kecuali  dingin dan gelap",

kau mengingat seluruh dirimu
sesuati seperti menggulungmu, dan kau tak melihat se-cahayapun.
kau tak melupakan peristiwa itu,  kau lelah... menyesal...., bahkan terlambat untuk bertanya,"mengapa mati ?",

Hanya satu kali itu saja...  menghayatinya
       : tak ubahnya seperti patung lilin,
         kau tercengang tanpa kata dengan tatapan kosong
         tetesan darah menitik dengan bunyi tik…tik, bagai titik air yang jatuh  
         dari keran, sangat hening, bahkan terlambat untuk...bernapas.

menggiringmu pada akhir cerita
Sedetik sebelum kematian, 
pertama kali kau keluar kan erangan, entah bermakna atautidak, kelihatan kau sedang bertaruh…atau coba lari ketempat yang paling jauh.
         
ketika kehidupan selesai pada tikungan gelap, dengan rupa tikaman tikaman yang darahnya mengucur tak kau hirau, jangan lagi berkata." Bolehkah aku mati di depanmu sekali saja?,

Sekedip saja episode ini....menelusupkanmu kelubang pori-pori
________________
kaimuddin mbck , dalam "Catatan Sajak : Mati itu sekali tebas" ilustrasi catatan "terbaring lesu lebaran Idul fitri ke Idul adha.

You Might Also Like

2 comments

  1. tak tahu berkomentar apa, karena kematian adalah msiteri

    BalasHapus
  2. ya...dan kita selalu dinanti, haha..ha...cepatki nikah sayang....

    BalasHapus

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images