Kisah Vespa Sang Presiden

Jumat, November 02, 2012

Aku akan menciptakan harapan sebab lahirmu yang cukup tua seusia kakek, dan aku kelak adalah presiden. Kau kenalkan padaku panas-dingin, rimbun pohon, tanjung, warung pojok, pantai hingga orang-orang seperasaan, segala jadi tak singkat seperti mimpi yang memeluk warna-warni dunia tanpa batas pandang,  kita tak pernah pulang pun tak jera dengan sorot terik matahari, demikianlah aku tak berani tahu jika kau pesva skuter tahun 59. Katamu di suatu siang penuh tantang, "sakit, lelah juga cemas hanya untuk manusia dan aku besi tua tapi .....pilihan dewa".

Ketika bubungan asap knalpotmu sekali itu meriap-riap udara seperti warna dalam mimpi yang sembunyikan sunyi juga rindu, seolah kau tak beroda lagi dan harus menepati janji pada kekasih, walau demikian kau tetap singgah di hati pengagum-mu. Tapi dengan aku "tak mau tahu apakah kau lelah atau sedang rindu istirahat pada lerar padang pohon dengan udara dingin", hari-hari akan melenyapkan kita, juga pada musim yang selalu kita abaikan.Terbayang kau mendapatkan akal lalu berpikir "bagaimana  harus melarikan diri dariku, yang mungkin pula dengan bantuan  pertolongan para dewa ?". Tak demikian di pikir-ku sebab selalu  hanya ada aspal panas sepanjang pandang dan ujung senja yang kita mandi bersama : sudahlah..."kau kuda besi montok, kendaraan pribadiku selalu kujaga dan kurawat". hiburku.                                                                           Vespa Sang Presiden Francois : Ia kendarai pesva hingga tiba di gedung tempat ia akan dilantik sebagai Presiden Prancis yang baru menggantikan Nicolas Sarkozy. Kontras dengan Sarkozy, Hollande benar-benar mencitrakan "Tuan Normal" alias orang kebanyakan. Saking normalnya, Hollande tak memiliki mobil, hanya sebuah skuter bermerek Vespa. pemimpin Partai Sosialis ini menyewa sebuah apartemen dan menggunakan skuter kesukaan-nya dan menjadi angkutan umum ke mana-mana. Dengan kekayaan yang hanya 1,2 juta euro, Hollande persis di bawah garis yang mewajibkannya membayar pajak kekayaan di Prancis. Katanya "skuter bagiku seolah istri kedua dan aku hanya mengenal pesva sebelumnya, sungguh bersamanya memanjakan dan aku lebur seolah jalan sore juga dengan lari2 kecil dan dengan begini aku masyarakat biasa tanpa pengawal_


 

Jika pagi TANPA memanaskan-mu sebagaimana kendaraan lain, dan musim hujan pertanda kau akan lebih sering mandi di area terbuka itu seperti di wisata kuliner kampus dan halaman sekolah yang semuanya tampa atap, tapi pun...tetap sering ditawar harga tinggi oleh orang lain (pengagummu) yang tak ngerti jika kau skuter sudah menjadi bagian dari hidupnya si "sang baco", pesva miliknya seperti  hujan menggerutu pada ladang pohon pisang, pesva seakan mengejar laju perjalanan matahari dan mengabarkan, " kami bukan laju pengkhianat hanya tak boleh tertinggal untuk urusan cinta-kasih”, kau merasa lucu ya...?, sejauh ini hal yang tak kumengerti bahwa vespa juga hantu yang gerayangan "sering ngajak kepantai, kecafe, pesawahan pula sering bisik-bisik bahwa kau di nanti oleh seseorang , vespa juga sering kurang-ajar dengan memilih merk goncengan, dan sesekali kepayahan ketika begitu banyak barang tersangkut di tubuhnya serupa : jimbe, okulele, tas juga anggota dewan, bahkan  (pernah) se-ember telur maulid.


Sore yang sakral dan telegram tiba darimu, seolah mengerang syair lagu berikut ini : Aku antar kau, Sore pukul lima, Laju roda dua Seperti malas tak beringas. Langit mulai gelap Sebentar lagi malam, Namun kau harus Kembali tinggalkan Kota ini. Saat lampu-lampu Mulai dinyalakan, Semakin erat lingkar Lenganmu di pinggangku, Jarak bertambah dekat Dua kelok lagi, Stasiun bis antarkota. Pasti terlihat... Tak terasa seminggu, Sudah engkau di pelukku, Tak terasa seminggu, Alangkah cepatnya waktu, Tak terasa seminggu Habis kulumat bibirmu, Tak terasa seminggu Tak bosan kau minta itu...tak terasa seminggu rakus engkau cium aku...By: Iwan Fals


Bersamamu kini tak akan habis matahari, tak akan teduh dari  hujan, dan membiarkan ketak-mengertian ini jika itu perlu, bahkan sang baco dan pesvanya adalah sajak bisu yang abadi, "tiba-tiba aku ingat kau yang tak beda : apakah kau sedang menangis atau bercanda, aku tak mungkin menghapus kesan tadi sejak kau di boncengan pesva sore itu, serupa ketika kau tanpa apresiasi apapun sewaktu aku menutupi jidatmu dari matahari karena kulitmu yang sungguh berminyak, aku mengenang ini dan pesva itu tetap sebagai "peng-apresiasi yang baik, diam maksudku", ya...sebuah bahasa diam yang di terimanya sejak ia di lahirkan di pabrik Andreas Piaggio, yang merumuskanmu sebagai olah cipta baru menggantikan pembuatan kereta api dan pesawat terbang, kau pesva harus tetap bisu setelah gempuran perang dunia kedua ini 1887, dan piaggio andreas menyebutmu, "wutzzz..wutzz...suaramu seperti pesva/tawon....


Suatu hari kau mengingatkan tentang "musuh terbesar adalah diri sendiri", serupa dengan ungkapan dari.filsafat kuno, tapi kemudian  kau menyebutkan pula tentang hal sekeliling yang menurutmu " tak malu memandang tubuh sendiri yang arang!. Aku mesti maklum ketika  kau tetap hidup seumur-an dengan dunia ini dan berdiri di panggung menghitung orang-orang, yang telah tumbang, orang-orang yang banyak dan menurutmu mereka adalah adalah "toko" bukan "tokoh", dan masih dari tempatmu berdiri seolah sentralistik peristiwa ketika genderang perang ditabuh dan perlawanan baik-buruk,  gelap-terang terjadi dan menurutmu bahwa hidup juga melawan sifat sifat buruk yang timbul secara alami di dalam diri kita. Mungkin hanya kesederhanaan lah juga kebajikan yang mampu melawan semua itu, dan gugatmu terakhir yang dapat kubantah bahwa " iman kita lah sebenarnya obat untuk melawan egoisme itu sendiri", ok lah...tapi kau sedih saat badai datang dan aku masih terdtidur sedang di luar sana harus ada yg mengajaknya pulang segera....ah kau vespa atau pesva atau apalah namanya, aku....menyayangmu



Di udara dingin malam ini sejak kita tak lagi mampu mengaangkat tangan kelangit juga tak mampu menerka peristiwa maka hari ini izin-kan dan menandai usiamu bersamaku , di hari akan pergi di tutup oleh bulan kabisat dan melengkapkan waktu bersama 10 tahun 10 bulan, sebelum akhirnya kau pergi, atau aku yang akan meninggalkanmu....( kukira merekapun akan kehilangan sanak saudaranya ..kehilangan rindu, maaf tak memboncengmu lagi...__wassalam by kaimuddin mbck
__________
Link terkait : Sejarah pesva /vespa

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images