PELACUR : Dialog Esai Puisi
Sabtu, September 15, 2012
Pelacur ulasan Dialog : meremang di hotel bintang lima, terminal hingga gubuk-gubuk kumuh juga pada sepanjang rel kereta api, para wanita malam tetap menjajakan diri. Pelacur atau prostitusi adalah penjualan
jasa seksual, seperti seks oral atau hubungan seks, segala untuk uang__Seseorang yang menjual jasa seksual menjual diri tampak hebat dan penuh antusiasme _ dan pertanyaan saat dialog, ketika beberapa pihak menggrafik perbandingan keluar biasaan antara anggota DPR korup dan Pelacur.__Apakah pelacur memiliki kualitas hidup lebih rendah dibanding anggota MPR/DPR kita?_ yang tertinggal adalah sebagian pejabat /wakil rakyat sebab korupsi jumlahnya puluhan orang telah dalam tahanan_
Placur di zaman modern ini lebih pasrah sebab tuntutan nasib. pelacur itu pekerjaan jujur dan membebaskan bapak-bapak gaul dari rasa stres
Disudut malam angkuh tanpa sesuatu yang dapat di tawarkan, kasihan ia pelacur tua yang kesepian sangat lelah.
Kata Soekarno " Pelacur lazim digunakan sebagai mata-mata diseluruh negara di dunia, aku menggunakan mata-mata mereka menjadi solusi, walau mereka di anggap rendah moralnya, tapi jiwa patriotnya lebih besar daripada para pejabat Indonesia, yang suka merampok uang rakyat, bisa disebut para koruptor Indonesia lebih hina di banding para pelacur.
foto pelacur 1944 PELACUR : Dialog Esai Puisi |
Pelacur, kata-kata ini terasa tabu untuk keluar dari mulut mereka yang merasa punya kehormatan. Tapi benarkah semua pendapat ini. Dan adakah kata percaya bila saya katakan bahwa pelacur ikut andil bagian dalam masa perjuangan. Saya yakin anda akan serentak menjawab “Tidak, sekali lagi tidak.” Bila itu jawaban anda lalu bagaimana anda menanggapi serpihan kisah Bung Karno dengan para pelacur
Ternyata, para pelacur ikut andil dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Keberatan dengan kalimat itu? Baiklah. Ratusan pelacur, ya… 670 pelacur kota Bandung, mendukung perjuangan Bung Karno mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka. Masih ada yang keberatan dengan kalimat itu?
Biar saja. Sebab, Bung Karno sendiri tidak keberatan. Kepada penulis otobiografinya, Cindy Adams, Bung Karno mengisahkan bagaimana ia mendirikan PNI lantas merekrut para pelacur menjadi anggotanya. Tak urung, tercatat 670 pelacur berbondong-bondong menjadi anggota PNI. Oleh Bung Karno, mereka dipuji sebagai para loyalis sejati, yang mau menjalankan perintah Bung Karno untuk kepentingan pergerakan.
Keputusan kontroversial Bung Karno itu, bukannya tanpa tentangan. Pada suatu waktu, ia bahkan bertengkar hebat dengan kawan sepertjuangan, Ali Sastroamidjojo ihwal perempuan lacur di tubuh PNI ini. Berikut ini dialog silang pendapat keduanya…
“Sangat memalukan!” Ali memprotes. “Kita merendahkan nama dan tujuan kita dengan memakai perempuan sundal –kalau Bung Karno dapat memaafkan saya memakai nama itu. Ini sangat memalukan!” kecam Ali Sastro bertubi-tubi.
“Kenapa?” sergah Bung Karno, seraya menambahkan, “mereka jadi orang revolusioner yang terbaik. Saya tidak mengerti pendirian Bung Ali yang sempit!”
“Ini melanggar susila!” Ali terus menyerang.
“Apakah Bung Ali pernah menanyakan alasan mengapa saya mengumpulkan 670 orang perempuan lacur?” tanya Bung Karno, dan segera dijawabnya sendiri, “Sebabnya ialah, karen saya menyadari, bahwa saya tidak akan dapat maju tanpa suatu kekuatan. Saya memerlukan tenaga manusia, sekalipun tenaga perempuan. Bagi saya peroalannya bukan bermoral atau tidak bermoral. Tenaga yang ampuh, itulah satu-satunya yang kuperlukan.”
Ali tak kurang argumen, “Kita cukup mempunyai kekuatan tanpa mendidik wanita-wanita ini. PNI mempunyai cabang-cabang di seluruh Tanah Air dan semuanya ini berjalan tanpa anggota seperti ini. Hanya di Bandung kita melakukan hal semacam ini.”
Bung Karno menjelaskan, “Dalam pekerjaan ini, maka gadis-gadis pelacur atau apa pun nama yang akan diberikan kepada mereka, adalah orang-orang penting.” Bung Karno bahkan mengultimatum Ali dengan mengatakan, “Anggota lain dapat kulepas. Akan tetapi melepaskan perempuan lacur… tunggu dulu!”
Dengan referensi yang ada di kepalanya, mengalirlah argumen Sukarno yang lain. Ia menarik contoh Madame de Pompadour, yang disebutnya tak lebih dari seorang pelacur pada mulanya, tetapi kemudian ia dapat memainkan peran politik yang penting, bahkan akhirnya menjadi salah satu selir raja Louis XV antara tahun 1745 – 1750.
Kemudian Bung Karno juga mencuplik kisah Theroigne de Mericourt, pemimpin besar dari Perancis awal abad ke-19. Bung Karno menunjuk pula barisan roti di Versailles. “Siapakah yang memulainya? Perempuan-perempuan lacur,” ujar Bung Karno dengan mantap.
Sampai di situ, Ali Sastroamidjojo tak lagi mendebat. Sekalipun ekspresi wajahnya belum sepenuhnya menerima, tetapi setidaknya, ia harus mencari bahan-bahan lain sebelum memulai perdebatan sengit kembali dengan Bung Karno. Terlebih jika itu dimaksudkan untuk “mengalahkan” Sukarno.
Alkisah… 670 pelacur Kota Bandung, selanjutnya menjadi informan (inforgirl…?) bagi Bung Karno. Alkisah, 670 perempuan lacur Kota Kembang, menjadi mata bagi Bung Karno. Alkisah, 670 wanita sundal Paris van Java, menjadi telinga bagi Bung Karno.
*walaupun moral mereka rendah….jiwa patriot didalam diri mereka tumbuh subur…….mereka bisa mengalahkan para pejabat negara yang hanya bisa merugikan negara dan menzolimi rakyat miskin, perbuatan ini lebih hina dari perbuatan mereka……
*bagaimana tentang para pelacur yang menjadi selir bung karno dan mereka diberikan sejumlah harta amanah dari pak karno dan masih menyimpan surat kuasa atas tanah yang menjadi harta warisan bagi kaum miskin dan menjadi perebutan pada rezim pak harto?. surat itu disebut dengan PROPENDING atau sertifikat tanah pada jaman belanda___ sumber:Pena Soekarno : pelacur-dibalik-perjuangan-soekarno/(sumber)
____________
* "aku pelacur yang mendekap kemaluanmu penuh nikmat...."
Ceritaku tak habis dalam selangkang syahwat
Tapi aku tak pernah melacur!
kriminalitas dunia memasukiku dengan paksa
Mereka merayu dengan dunia dan menyiksaku dengan materi
aku memang pelacur, tapi tak melacurkan kemaluan di atas tubuh "pelacur!"
Artis cantik Cynthiara Alona rela di foto tanpa busana alias telanjang,
dengan kocek yang cukup besar, yaitu Rp300 juta untuk sebuah majalah
pria dewasa. Wow...!aku memang pelacur, tapi tak melacurkan kemaluan di atas tubuh "pelacur!"
"Aku dibayar cukup tinggi, yaitu Rp300 juta," kata Cynthiara Alona saat ditemui di peluncuran film Pengakuan Sang Pelacur, di XXI, FX Senayan, Jakarta Selatan, Senin (15/11/2010) malam.
Foto telanjang yang dilakukan Alona, sapaan akrabnya, bukanlah di negara Indonesia. Akan tetapi, dilakukan di dua negara Asia.
"Itu aku difoto seperti itu di Jepang dan Thailand, sekitar antara bulan Juni atau bulan Maret, tepatnya aku lupa kapan. Yang pasti itu di tahun 2003-2004," lugasnya.
Bintang sinetron cinta ABG tersebut berani melakukan hal itu, bukan hanya karena bayaran yang tinggi, tetapi jebolan National University of Singapura ini mendambakan jadi seorang model internasional.
"Dulu itu aku sangat terobsesi menjadi model internasional dan kebetulan ada tawaran untuk sebuah majalah pria, makanya aku mau untuk difoto di majalah cowok tersebut. Jujur aku pengen banget," tegasnya.
____________
bahasa penyelamatan ... Sebab aku bajingan maka memanggilmu "lonte", bukan dengan panggilan PSK ,baca fenomen PELACUR : Dialog Esai Puisi
0 comments