Tradisi mappeca sura', Maros.

Selasa, Juli 05, 2011

Tradisi mappeca sura' adalah Perayaan ritual agamis Islam dengan membuat bubur hias pada bulan Muharram ) oleh masyarakat kab.Maros, dilansir merupakan makna simbolis dari sebuah kehidupan baru dengan penisbatan peristiwa "meramu makanan agar tercukupi bagi penumpang perahu nabi Nuh.As", adapun simbolik menyiapkan peca sura/bubur, dimaknakan sebagai makanan yang mencukupkan, dengan membuat bubur yang dihiasi telur yang berwarna-i dilengkapi dengan udang, kacang goreng dan tumpi-tumpi (semacam : kelapa parut goren dan ikan yg telah di masak lalu  disatukaan dan dibentuk segitiga dalam keadaan telah di goreng). Muharram adalah nama bulan yang telah ditetapkan sebagai waktu pelaksanaan acara ini, semisal hari ini Senin, 06 Desember 2010


Arab sejak pra kenabian. Kemudian oleh Rasulullah saw perhitungan tahun ini diadopsi dan dilanjutkan. Meskipun demikian, saat itu belum dimulai perhitungannya sehingga tahun-tahun biasanya dinamai dengan peristiwa terpenting yang terjadi pada tahun itu, seperti tahun gajah, tahun kesedihan, dan lain-lain. Baru ketika Umar bin Khaththab menjadi khalifah, perhitungan tahun itu dimulai dengan mendasarkan pada hijrahnya nabi saw dari Makkah ke Madinah.Indikasi peristiwa bulan muharram ini dari sebuah sumber mengatakan" bulan Muharram ini dinisbahkan sebagai peristiwa mengenang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad SAW, Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid.

Pappaseng deceng dalam menghargai bulan Muharram ini secara kolektif merupakan waktu yang sakral (sebagai langkah awal dibulan pertama dengan memohon doa untuk keberlangsungan segala kebaikan selama 1 tahun.simpang siur tentang mengadakan pesta pernikahan di bulan Muhararam (baik/tidak) di paparkan oleh sumber* "bahwa Perkawinan mengikut pandangan Islam adalah satu amalan kebajikan bukannya amalan kezaliman dan maksiat, karenanya tidak ada larangan dalam Islam untuk membuat acara perkawinan di bulan Muharam ini.lanjut ia mengatakan, soal memilih seperti hari baik, bulan baik dan waktu yang baik untuk melangsungkan suatu perkerjaan maka tidaklah ada dalam ajaran Islam yang sebenarnya.Yang dikehendakinya ialah kita berserah kepada Allah karana tiada yang mengetahui segala sesuatunya dan yang tersembunyi kecuali dalam iradat Allah dan qadha dan qadarnya". Meskipun ada juga sekelompok pemahaman menolak hal tersebut sebagai tindakan kurang tepat karena 10 muharram dianggap sebagai hari berduka sekaitan dengan terbunuhnya cucu nabi tersebut)

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, Muharram adalah nama bulan yang berasal dari tradisi Arab. Perhitungan ini dilanjutkan oleh nabi saw, tetapi tanpa disertai dengan berbagai muatan syirik. Sehingga perhitungan tahun ini menjadi khas perhitungan tahun Islam. Kesucian bulan Muharram tidak berkaitan dengan sakralnya bulan ini. Kesucian bulan di dalam Islam hanya ditandai dengan larangan memulai perang pada bulan tersebut. tujuannya adalah untuk memberi kesempatan bagi jama’ah haji agar bisa kembali ke daerah asal masing-masing dengan rasa aman dan tanpa ada rasa takut diperangi.


Menurut Uztd. Amin lc", ketika 10 muharram kami berpuasa karena sebuah peristiwa yg di abadikan Islam,>tenggelamnya fir aun, nabi yunus yg dikeluarkan dari hud perut ikan paus dan kami dimesir dulu menganggap ini sebagai tahun hijrah dan pengertian tentang haram berperang pd bulan ini adalah pendapat masyarakat jahiliah Arab tapi tetap dianggap sebagai kebiasaan yg baik dan diadopsi kemudian pada pemerintahan Khalifah Umar B K. 

Sedang uztad Abdillah.S,ag mengindikasikan peca sura sebagai makanan yg dapat di konsumsi segala usia sedang kebiasaan menyegaja berbelanja dianggap bahwa materi atau barang yg dibeli bulan ini dianggap tahan lama/kuat.
*Tarji (person) Ust.Muhammad Arif.Sag dan Ust Amin Lc.Ust.Abdillah.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images