Karakter Bangsa Arab Sebelum Islam

Kamis, Juli 18, 2013

Bangsa arab dalam kultur dan tradisi, serta kenyataan bahwa kelak al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, di tempat inilah Islam bermula dan tumbuh. Gurun yang  yang bisu dan bangsa yang Kuno, bahkan hampir tak dikenal dalam helatan sejarah dunia, bisa di tafsir bahwa, hal ini karena masyarakat Arab sebelum Islam bersifat kesukuan dan tanpa kesatuan pemerintahan dan politik, mereka hidup berpindahan mengikuti tumbuhnya stepa (padang rumput) yang tumbuh secara sporadic dan berdagang dalam bentuk kelompok yang diistilahkan dengan “kabilah”, atau kabilah dagang yang mengarungi kota ke-kota dengan membawa kerajinan-kerajinan, termasuk barang serupa patung, dan perjalanan lainnya serupa clan nomad mencari oasis atau genangan air setelah turun hujan demi ketersediaan air.

Philip K. Hitti, menukilkan bahwa "Kondisi gurun pasir  yang merupakan daerah operasi mereka menjadi bentukan karakteristik bangsa Arab, juga lebih bahwa mereka demikian memuliakan ka'bah"

1900 : berhala disekitaran ka'bah
Karakter Bangsa Arab Sebelum Islam

Kabilah yang tak mengenal suatu peraturan atau tata-cara seperti yang kita kenal. Mereka hanya mengenal kebebasan pribadi, kebebasan keluarga, dan kebebasan kabilah yang penuh. Keadaan itu menjadikan loyalitas mereka terhadap kabilah di atas segalanya. Dengan menjunjung tinggi harga diri, keberanian, tekun, kasar, sulit diatur, menjamu tamu dan tolong-menolong, tidak mengenal tulisan, (kecuali masyarakat yang berada di jazirah Arab Selatan, seperti masyarakat kerajaan saba’ dan ma’in (2)

Ciri-ciri ini merupakan fenomena universal yang berlaku di setiap tempat dan waktu, bila sesama kabilah mereka loyal karena masih kerabat sendiri, maka berbeda saat Interaksi dengan kabilah lainnya yang tanpa konsep kesetaraan; yang kuat di atas dan yang lemah di bawah.(3) Hal ini tercermin misalnya, dari tatanan rumah di Mekah kala itu.

Rumah-rumah Quraysh sebagai suku penguasa dan terhormat paling dekat dengan Ka’bah lalu di belakang mereka menyusul pula rumah-rumah kabilah yang agak kurang penting kedudukannya dan diikuti oleh yang lebih rendah lagi, sampai kepada tempat-tempat tinggal kaum budak dan sebangsa kaum gelandangan.

Semua itu bukan berarti mereka tidak mempunyai kebudayaan sama-sekali, karakter mereka yang lain dibanding daerah sezamannya semisal Kerajaan Romawi Timur (dimana rakyatnya sebab ketertindasan dan pajak maka : seluruh rakyatnya sangat menginginkan kedatangan bangsa lain untuk menjajah mereka (3a), demikian pula keterpurukan di Kerajaan Persia (dgn agama zoroaster dgn nama kerusuhan namah Tanzarah dgn hidup tanpa kehormatan dan pemerkosaan terhadap gadis2 dimana-mana) (3b), demikian pula wilayah Eropa

ungkap Prof. Robert Brifault :"abad 5 -10 eropa tertutup kabut tebal. bangkai peradaban yg telah membusuk, org2 dgn keadaan hina dan kotor...dst" (3c) Menegas keberbedaan secara keseluruhan antara bangsa2 selain Arab kala itu bahwa :  negara atau kaum yg sezaman dgn bangsa Arab terjadi secara kultur bahwa lebih banyak seorang penguasa atau raja menerima / me-sahih-kan diri sendiri kelak menjadi penguasa yang otoriter bahkan di jadikan sesembahan, sedang bangsa Arab tidak terdapat kecendrungan mengkultuskan penguasa atau pemimpin, kecuali hanya pada batas2 etika kesopanan, ya demikian setara dan merdeka sesama mereka. juga dapat  dilihat pada system baku mereka dalam perkawinan bahwa : mereka baru memperistri seorang wanita sesudah mendapat restu keluarga pihak keluarga perempuan._

 Karakter demikian dan Perjalanan religi harus dimulai dari sini, memui pertanyaan "mengapakah Nabi SAW diutus di Jazirah Arabia ?
Mengaitkan seluruh tinjauan pustaka akan keadaan ini maka, dapat dikatakan : ini pilihan Allah, dan hati bangsa Arab masih bersih, belum ternodai dengan kotoran yang sukar dihapus seperti yang ada pada bangsa romawi, persia, india yang telah disesatkan dgn segala macam ilmu, seperti pagaisme budaya dan filsafat, SEDANG arab hanya ternodai sedikit istilah modernnya cuma sdikit bodoh dan mudah mengobatinya, dan kemauan kuat mereka serta paham kesetaraan sesama manusia sangat memungkinkan hal tersebut_ bilangku (maaf jika mentah pendapatnya tolong dimatangkan)

Bangsa Arab sebelum kedatangan Islam dikenal dengan zaman jahiliyah. Dalam Islam, periode jahiliyah dianggap sebagai suatu kemunduran dalam kehidupan beragama, sebab fase kehidupan bangsa Arab tanpa bimbingan wahyu Ilahi dan hidayah sangatlah panjang. Adapun perilaku buruk masyarakat Arab Jahiliyah adalah menanam bayi perempuan hidup-hidup (wa’dul banat) karena takut hinaan atau noda. Hanya dilakukan oleh sebagian kecil di lingkungan masyarakat bahkan anak laki-laki juga di bunuh serupa masyarakat Bani Asad dan Tamim (4).

Perjalanan mereka dalam serombongan atau kabilah dagang bersifat kesatuan dalam pertalian darah bukanlah ikatan kesatuan secara nasional. Rasa asyabiyah (kesukuan) amat kuat dan mendalam pada mereka, sehingga bila mana terjadi salah seorang di antara mereka teraniaya maka seluruh anggota-anggota kabilah itu akan bangkit membelanya. Semboyan mereka “ Tolong saudaramu, baik dia menganiaya atau dianiaya “, ya sebuah eksistensi pemerintahan kecil dengan asas kesatuan sangat fanatisme

Melengkapi kejahiliyahan, terdapat temuan bahwa yang  sedikit bedebah pada suku tertentu terdapat hubungan antara wanita dan laki-laki dalam kabilah dan kesukuan sungguh diluar kewajaran, semisal : Pernikahan Istibdha’, bahwa seorang laki-laki dapat saja menyuruh istrinya bercampur kepada laki-laki lain hingga mendapat kejelasan bahwa istrinya hamil. Lalu sang suami mengambil istrinya kembali bila menghendaki, karena sang suami menghendaki kelahiran seorang anak yang pintar dan baik. dan  sekira dalam medan peperangan atas pihak yang menang, bisa menawan wanita dari pihak yang kalah dan menghalalkannya menurut kemauannya. Hubungan yang melanggengkan kemesuman lain dengan memasang tanda atau bendera merah di pintu rumah seorang wanita menandakan bahwa ia wanita pelacur.(5)

Dan sejarawan A.Syalabi mengungkapkan bahwa, "Bangsa Arab dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi sebab letak geografis yang yang cukup strategis, juga se-kausalitas atas peran bangunan kuno Ka'bah yang sedemikian di keramatkan, dan juga tempat menjadi asosiasi dagang, dan kemajuan lain bahwa bangsa Arab telah dapat mendirikan kerajaan di antaranya Saba’, Ma’in dan Qutban serta Himyar yang semuanya berasal di wilayah Yaman. (6)

Pahaman bangsa Arab sebelum masuknya Agama Islam terdiri dari : Paganisme, Yahudi, dan Kristen . sedang  pahaman Pagan adalah agama mayoritas mereka. Ratusan berhala dengan bermacam-macam bentuk ada di sekitar Ka’bah. Pengaruh atas hal ini mencatatkan jumlah berhala hingga 340 di sekitaran Kabbah. Dan Agama pagan ini sudah ada sejak masa sebelum Ibrahim (7). Namun menyembah berhala pada awalnya bukanlah tergolong kebiasaan ritual bangsa Arab, hal ini sebab anjuran keinginan salah seorang penguasa yang di hormati kala itu bernama Amr Bin Luhay (*)

Orang-orang Arab sebelum islam telah mengalami periode-periode kemajuan dengan adanya kerajaan-kerajaan sehingga hasil budaya mereka didapati beberapa bekasnya semisal bendungan Ma'rib di Yaman dari kerajaan saba dan begitu juga bekas-bekas kerajaan Tsamud, Aad dan kaum Amalika juga kecapan lain semisal membuat syair-syair yang terkenal dengan cerita-cerita tentang keturunan dan keahlian dalam membuat patung, keahlian mereka dalam bersyair sebenarnya karena mereka dapat mengetahui bangsa yang halus dan menarik dengan bahasa yang indah mereka dapat mewariskan amtsai (pepatah arab) dan pepatah itu merupakan kata-kata orang bijak seperti Luqman

Meskipun penduduk Arab menganut agama yang bermacam-macam, dan Jazirah Arab telah dihuni oleh beberapa keyakinan beragama. Bangsa Arab sebelum Islam telah menganut agama yang mengakui Allah sebagai tuhan mereka. Kepercayaan ini diwarisi turun temurun sejak nabi Ibrahim as dan Ismail as. al-Qur’an menyebut pahaman mereka itu dengan Hanif, yaitu kepercayaan yang mengakui keesaan Allah sebagai pencipta alam, Tuhan menghidupkan dan mematikan, Tuhan yang memberi rezeki dan sebagainya. Kepercayaan yang menyimpang dari agama yang hanif , tegas disebut dengan Watsniyah, yaitu agama yang mempersyarikatkan Allah dengan mengadakan penyembahan kepada berhala-berhala dan tidak semua orang arab jahiliyah menyembah Watsaniyah ada beberapa kabilah yang menganut agama Yahudi rumpun bangsa Samiah (semid)dan Masehi. (8)

Sejarawan Al-Habib Alwi bin Thahir al- Haddad dalam penelitiannya menggambarkan bahwa : Orang-orang arab adalah orang yang bangga, tetapi sensitive. Kebanggaan itu disebabkan bahwa bangsa arab memiliki sastra yang terkenal, kejayaan sejarah arab dan mahkota bumi pada masa klasik dan bahasa arab sebagai bahasa ibu mereka yang dianggapnya terbaik di antara bahasa-bahasa lain di dunia. 

Digambarkannya pula sifat lain bangsa arab sebelum Islam seperti berikut :
Secara fisik, mereka lebih sempurna dibanding orang-orang eropa dalam berbagai organ tubuh, namun kurang bagus dalam pengorganisasian kekuatan dan lemah dalam penyatuan aksi, faktor keturunan, kearifan dan keberanian lebih kuat dan berpengaruh, dan secara struktur kesukuan : diatur oleh kepala suku atau clan dan tanpa hukum regular dalam pengertian bahwa “ kekuatan pribadi dan pendapat suku lebih kuat dan diperhatikan”, namun wanita dianggap tidak memiliki hak. Setelah menikah suami sebagai raja dan penguasa-nya.


Karakter Bunuh Anak Perempuan (Bantahan 1)
Populisnya pandangan tentang wanita tak mendapat /tak di hargai pra Islam, terdapat pandangan berbeda dari professor syekh Muhammad Chudhary Bey,ungkapnya” bila kita menganalisa pergaulan antara lelaki Arab dan wanitanya sebelum Islam berdasar syair-syair mereka sebelum Islam(kenyataan yang riil), bukti2 bahwa apabila lelaki hendak mendapatkan pujian dalam kalangan pandangan masyarakat Arab sebagai orang yang mulia, sebagai orang pahlawan, maka ia harus sering berbicara dengan istrinya, supaya mendapat penghargaan ia dalam pandangan istrinya. Apabila istrinya sendiri telah menaruh yang demikian, orang ramai pun senanglah kepada lelaki itu.

Fragmenta dalam hal ini dapat kita peroleh dengan jelas dan terang sekali di dalam syair2 dari penyair Arab yang kenamaan seperti Hatim el Tha-ij seorang pemuka Arab yang paling terkenal dalam soal kedermawanan, dan dari syair2 Antarah Al ‘Absi, pemuka orang Arab yang terkenal dalam kepahlawanan.

“ringkasnya, orang yang mengikuti syair2 Arab tidak akan dapat mencium bau penghinaan terhadap wanita dalam kalangan mereka. Malah mereka merasa berbahagia menyebut2 kesukuan ibunya, sebagaimana mereka berbangsa menyebutkan kesukuan ayahnya. Demikian, wanita dalam kalangan mereka dapat menyerai beraikan dan dapat menghimpunkan. Apabila wanita2 mereka suka damai, maka terciptalah perdamaian dalam kalangan mereka; sebaliknya kalau wanita2nya suka berkelahi, demikian pula. Berkelahi disini dengan arti menuntut bela salah seorang atau lebih dari keluarganya yang mati dibunuh dan sebagainya oleh suku yang lain.

“perhubungan orang Arab dengan keluarganya lebih tinggi daripada apa yang dapat kita bayangkan. Istri mereka mempunyai kemerdekaan dalam menentukan sesuatu keinginannya, juga mempunyai pengaruh dalam kekeluargaan. Benar lelaki itu kepala keluarga yang berhak menentukan segala sesuatu. Tetapi seorang lelaki telah terikat dengan istrinya dengan ikatan perkawinan. Yang terjadi sertelah lebih dahulu wali2 wanita itu ridha dengan perkawinan tersebut, juga setelah lebih dahulu dengan persetujuan wanita itu sendiri. Demikianlah perkawinan dalam masyarakat kebanyakan orang Arab......

“Tidak ada jalan sama sekali bagi kita untuk meragui orang Arab memuliakan istrinya, merasa senang menjanjikan pujian2 terhadap istrinya di dalam syair2nya, meminta buah fikirannya di dalam hal-hal yang penting, terutama dalam menikahkan putera-puterinya dengan lelaki yang meminangnya. Akan tetapi kendatipun demikian, tidaklah dapat kita katakan bahwa kaum lelaki Arab lebih menghargakan wanita-wanitanya dari dirinya sendiri atau diperlakukan seperti kata pepatah: Tegak sama tinggi, duduk sama rendah”[9]

Karakter Bunuh Anak Perempuan (Bantahan 2)
“Kata professor Ahmad Amin guru besar dalam mata pelajaran Sejarah Islam pada Al-Azhar University di Cairo tahun 1354-1355, ; "Kaum wanita sebelum Islam di Tanah Arab turut bersama kaum lelaki dalam soal-soal penghidupan. wanita turut mengambil kayu api, ambil air dari perigi2, memerah susu, menenun pakaian dari bulu unta, menenun kemah2 dari bulu onta dan domba, dan menjahit pakaian. Ringkasnya, keadaan wanita disana lebih mirip dengan watak kaum lelaki. Hanya satu perkara juga mereka tidak dapat lakukan, dan itulah yang memaksa mereka memerlukan kaum lelaki, yaitu mempertahankan diri dalam peperangan dan sebagainya. Sedang peperangan dalam arti kata jarah menjarah itu termasuk salah satu unsur penghidupan dalam kalangan mereka. Oleh sebab yang belakangan ini, maka turunlah sedikit derajat kaum wanita dari  lelaki” (10)
 
Salah satu keturunan suku terhormat dan memiliki kedudukan terpandang di antara mereka secara turun-temurun dalam beberapa generasi adalah suku Quraysh. Quraysh adalah suku penguasa di atas suku-suku lainnya di Mekah, sebuah kota yang di dalamnya juga terdapat bangunan suci tua kabbah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail. As. yang memiliki daya tarik yang melebihi tempat-tempat pemujaan lainnya di daerah Arab. 

Di samping budaya yang didapat dari bangsa Arab sebelum Islam, mereka terkenal terikat dengan Tahayul dan adat istiadat yang melembaga diturunkan turun temurun. Tahayul dan adat istiadat ini bertumpu kepada kepercayaan Watsaniyah. Mereka percaya hantu dan Roh jahat. Mereka juga percaya kepada kahin (tukang tenun, ramal). Mereka juga meyakini kejadian-kejadian alam yang halus. Misalnya, kalau terjadi sesat di jalan, hendaklah dibalikkan baju supaya dapat petunjuk.

Meskipun belum terdapat sistem pendidikan, masyarakat Arabia pada saat itu tidak mengabaikan kemajuan kebudayaan. Mereka sangat terkenal kemahirannya dalam bidang sastra yaitu bahasa dan syair. Bahasa mereka sangat kaya sebanding dengan bahasa Eropa sekarang ini. Keistimewaan bangsa Arabia di bidang bahasa merupakan kontribusi mereka yang cukup penting terhadap perkembangan dan penyebaran agama Islam. (11)

Tradisi kehidupan gurun yang keras serta perang antar suku yang acap kali terjadi ini nantinya banyak berkaitan dalam penyebaran ide-ide Islami dalam al-Qur’an, seperti ”jihad”, ”sabar”, ”persaudaraan” (ukhuwwah), persamaan, dan yang berkaitan dengan semua itu.

Islam pada masa Muhammad (570-632 M) Ketika nabi Muhammad SAW lahir (570 M), Makah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai, menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Makkah menjadi pusat keagamaan Arab. Makkah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.


 ==========
Catatan Kaki :
*) (Pemimpin Bani Khuza’ah). Dia tumbuh sebagai orang yang dikenal baik, mengeluarkan shadaqah dan respek terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai ulama besar dan wali yang disegani. Kemudian Amr Bin Luhay mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia melihat penduduk Syam menyembah berhala. Ia menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik dan benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat para Rasul dan kitab. Maka dia pulang sambil membawa HUBAL dan meletakkannya di Ka’bah. Setelah itu dia mengajak penduduk Mekkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah. Orang orang Hijaz pun banyak yang mengikuti penduduk Mekkah, karena mereka dianggap sebagai pengawas Ka’bah dan penduduk tanah suci.

(^) Tahun 611 atau 5 tahun sebelum tahun kenabian, Mekah dilanda banjir besar sehingga meluap ke Masjidil Haram dan dikhawatirkan sewaktu-waktu akan dapat meruntuhkan Ka’bah, karena sejak zaman Ibrahim hingga Quraisy, Ka’bah dibangun dengan menggunakan tumpukan batu dan tanpa perekat tanah atau yang lainnya. Dalam membangun Ka’bah, walaupun waktu itu merupakan era jahiliyyah dimana banyak kejahatan dan kemunkaran, namun mereka tidak mau membangun Ka’bah kecuali dengan harta yang bersih dan halal.
___________
 Daftar Pustaka
1).  Philip K. Hitti, dalam "History of The Arabs
2). Hasan Ibrahim : Sejarah dan Kebudayaan Islam(Kalam Mulia, 2006),hal 113-114
3).Abd al-‘Azīz al-Dawrī, Muqaddimah fī Ta>rīkh adr al-Isla>m (Beirut: Markaz Dirāsah al-Wadah al-‘Arabīyah, 2007), 41.
3a). Edward Gibbon "The Decline and Fall Of RomeEmpire" 3-5.
3b). "Namah Tansarah" Kitab , hal 13
3c). Prof. Thilly Frank, Kitab History of Philosphy
4). Drs. Fadhil Sj M.Ag, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, Malang : Sukses Offset, 2008. Hal 62
5) Al-‘Usayrī, Ahmad. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003.
6) Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam , Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004. Hal 13
7) Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta : Logos, 1997. Hal 6
8) http://blog.vbaitullah.or.id/2006/07/09/753-keadaan-keagamaan-bangsa-arab-sebelum-terbitnya-islam-12/
9) Muzakkirat fit Tarikh el Islamy (kuliyah Usuluddin)
10). Dalam “Fajrul Islam” cetakan kedua: 12)
11). http://www.mail – archive.com/ ppdi@yahoogroups.com

*Muhammad Ridha, Tarikh al-Insaniyah wa Abtaluha, Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1987.
*Al-Habib Alwi bin Thahir al- Haddad, Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh, terj. S. Dhiya Shahab, Jakarta: Lentera Sasritama, 1995.
*Ali Mufrodi, Islam di kawasan Kebudayaan Arab, Jakrta : Logos 1997.
*A.Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, terj. Muchtar Yahya, Jakarta : Djaya Murni, jilid 1,1970
*Ibn Kathir, al-Bidaya wa al-Nihaya Cairo: 1932.
*Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004.
*Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta : Dunia Pustaka Jaya, 1997.

You Might Also Like

1 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images