Belajar sastra & puisi : "Luka Indonesia"

Kamis, Agustus 23, 2012

Ruang belajar sastra puisi dalam catatan "Luka Indonesia", dalam bilik hati rakyat tersimpan sajak dukamu, duka di sepanjang musim penantian, hingga jerit-jerit igau dengan luka kian mengeras,  sayat perih penuh kenangan, ya sebuah luka biasa yang nganga tanpa sempat beda antara luka baru atau lama..., berkali dengan tatapan kosong, ketika  belati yang muncul lalu telusup riuh di pori-pori kulit, sebuah kesan rindu  yang lambat dan purba. Selepas hujan pemilu adalah langit mengirim kelabu pucat juga angin beserta gigil, tak bertanyakah lagi setelah sungai sungai telusupkan keruh ?, dan kau adalah malam-malam pucat dan tak purnama. Dalam luka penuh "tak ada yang menjemputmu, kau terbaring, sakarat....!".
keterangan gambar : ajar sastra puisi kepada peserta blogger pangkep dengan spesifikasi materi"bagaimana konten menulis sebagai kekuatan"
 ____________
*Abstraksi atas Sastra,  ilustrasi puisi serupa ini dengan pencapaian kata yang sedikit diperhitungkan baik dari segi bunyi, keindahan irama, dan juga sekaligus mewakili makna. Meskipun ia puisi tanpa bentuk bait, tapi momen-momen puitik yang jadi prioritas menentukan tingkat apresiasi, dan sebagai tambahan pembelajaran dapat dikatakan bahwa kemampuan mengolah kata menjadi puisi  didasarkan pada pilihan kata atau kata-kata pilihan yang mewakili peristiwa juga dukungan pengalaman dan kepekaan si penyair.

Sastra ( artikel ) "luka Indonesia" : Keadaan jiwaku serupa dengan perasaan masyarakat Indonesia kebanyakan, melemahnya idealisme dan menguatnya pragmatisme dipartai, yang tak malu memandang tubuh sendiri yang arang!, Dan, kini aku berdiri di panggung menghitung orang-orang, yang telah tumbang, orang-orang yang tak sepemikiran, yang juga adalah toko dan bukan tokoh, juga artis yang tampak pas memenangkan pemilu. Pilih Artis dalam Pemilu, Lupakan Nasib Buruh* < dialog menjadi teks sastra
 
Luka Indonesia Pemilukada : Ayo...menulis satu nama ( artis atau bukan artis sama saja buruh juga boleh ), sebelum hujan di luar  menderu turun dan menghanyutkan segala nama segala peristiwa, juga Pertaruhan Nasib Buruh penuh hujan tak henti, ya... terus-menerus... orang-orang mulai kekehilangan angka, kehilangan teks kehilangan ketika menghitung cerca yang di alamatkan padanya, sekarang aroma pemilu /mulai memilih-milih dengan terpaksa atau tidak terpaksa. pilih yang populer yaitu artis..?, : Tingginya potensi kecurangan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Indonesia, karena bobroknya mental para calon, juga rakyat atas tingginya tendensi materi................................................>apresiasi menjadi puisi

 *catatan menanggapi riak-riak penguatan pemilu, juga terpenting mahalnya Kunjungan Kerja DPR, Edisi Rabu 2 Mei 2012 (*", ketika luruh di antara beribu peristiwa tulislah satu nama agar sesuatu tertinggal, tiba-tiba aku ingat kau yang tak beda : apakah kau sedang menangis atau bercanda, aku tak mungkin menghapus kesan tadi, serupa ketika kau tanpa apresiasi apapun,  sewaktu kututupi jidatmu dari matahari karena kulitmu yang sungguh berminyak, aku mengenang ini sebagai  yang tak pernah selesai seperti saktinya "Plat Mobil Anas".

Belajar sastra & puisi : Luka Indonesia 

 Di sepotong kedap sunyi hari ini, 
getaran itu terhenti pada sebuah....NAMA, sebagai.... 
       judul terindah dengan narasi panjang, dengan nama itu aku temu bahasa paling bisu di semenanjung kata yang menuntut jalan keluar dengan selip doadoa hingga ciuman wangi hujan  

dengan nama itu  tiang-tiang lampu jalan,  jembatan juga 
      umbulumbul, adalah denyut tenang di degup lafalan ku setelah menjadi kata, tak peduli ia gemeretak kedinginan setelah peristiwa kemarin.

dengan nama itu, disampaiku hari ini, tak kubedakan antara jembatan, lampu jalan atau umbul-umbul, atau aku adalah  resiko kaku terhadap gagasan ,

Studi Sastra dan Puisi
Pada karya cerita fiksi, daya tariknya terletak pada unsur cerita,  atau kisah dari tokoh-tokoh yang diceritakan. Selain itu, faktor bahasa juga memegang peranan penting dalam menciptakan daya pikat, kemudian gaya dan hal-hal  khas yang dapat menyebabkan karya itu memikat pembaca, / picu keterpengaruhan ini, yaitu: 1) kaidah sastra, 2) mengenal ciri sastra, 3) wilayah studi sastra, dan 4) wilayah kesusastraan. meskipun Keempat konsep tadi masih merupakan Dasar Studi Sastra sebagai berikut ini.

Kaidah sastra / daya tarik sastra
Sebagaimana dikatakan Herman J. Waluyo, (1994: 56-58 ) bahwa kaidah sastra atau daya tarik sastra terdapat pada unsur-unsur karya sastra tersebut. . Khusus pada cerita fiksi, ada empat hal lagi yang membantu menciptakan daya tarik suatu cerita rekaan, yaitu : 1) kreativitas, 2) tegangan (suspense), 3) konflik, dan 4) jarak estetika. Uraian keempatnya sebagaimana dikutip dari Waluyo ( 1994:58-60 ) berikut ini.

Dasar Studi Sastra. 1) Kreativitas
Tanpa kreativitas, karya sastra yang diciptakan pengarang tidak mungkin menempati perhatian pembaca. Kreativitas di¬tandai dengan adanya penemuan baru dalam proses penceritaan. Pengarang-pengarang yang lazim disebut "avantgarde" atau pelo¬por, biasanya menunjukkan daya kreativitas yang menonjol yang membedakan karya rekaannya dari karya yang mendahului.
Dalam sejarah sastra Indonesia, kita mengenal para pemba¬haru sastra Indonesia yang menunjukkan, daya kreativitas mereka, seperti: March Rush (dengan Siti Nurbaya), Abdul Muis (dengan Salah Asuhan), Sutan Takdir Alisyahbana (dengan Layar Terkembang), Armijn Pane (dengan Belenggu), Achdiat Kartamiharja (dengan Atheis), Mochtar Lubis (dengan Jalan Tak Ada Ujung), Iwan Simatupang (dengan karya-karyanya yang bercorak eksistensialistis), Putu Widjaya (dengan Gress), Danarto (dengan cerita-cerita mistiknya), dan sebagainya.
Penemuan-penemuan hal yang baru itu mungkin melalui peniruan terhadap karya yang sudah ada dengan jalan memper¬baharui, namun mungkin juga melalui pencarian secara modern harus banyak bersusah payah untuk menemu¬kan sesuatu yang baru, untuk tidak hanya mengulang-ulang apa yang sudah diucapkan/diungkapkan oleh pengarang lain.

Dasar Studi Sastra. 2)Tegangan ( Suspense)
Di depan telah dibicarakan tentang tegangan atau suspense. Tidak mungkin ada daya tarik tanpa menciptakan tegangan dalam sebuah cerita. Jalinan cerita yang menimbulkan rasa ingin tahu yang besar dari pembaca adalah merupakan tegangan cerita itu. Tegangan bermula dari ketidakpastian cerita yang berlanjut, yang mendebarkan bagi pembaca /pendengar cerita. Tegangan meno¬pang keingintahuan pembaca akan kelanjutan cerita. Tegangan diakibatkan oleh kemahiran pencerita di dalam merangkai kisah seperti yang sudah dikemukakan di depan.
Tanpa tegangan, cerita tidak memikat. penulis/pencerita yang mahir akan memelihara tegangan itu, sehingga mampu mempermainkan hasrat ingin tahu pembaca. Bahkan kadang¬kadang segenap pikiran dan perasaan pembaca terkonsentrasikan ke dalam cerita itu, karena kuatnya tegangan yang dirangkai oleh sang penulis. Dalam menjawab hasrat ingin tahu pembaca/ pendengar, penulis/pencerita memberikan jawaban-jawaban yang mengejutkan (penuh surprise). Tinggi rendahnya kadar kejutan itu bergantung dari kecakapan dan kreativitas pengarang. Penga¬rang-pengarang cerita rekaan besar seperti Agata Christie, Serlock Holmes, Pramudya Ananta Toer, dan sebagainya, mampu mencip¬takan jawaban-jawaban cerita yang penuh kejutan sehingga cerita¬nya memiliki suspense yang memikat.
Cerita-cerita action biasanya dengan suspense yang keras. Cerita semacam itu berusaha mengikat perhatian pembaca terus-menerus.

Dasar Studi Sastra. 3)Konflik
Membicarakan daya tarik cerita rekaan harus menghu¬bungkannya dengan konflik yang dibangun. Jika konflik itu tidak wajar dan tidak kuat, maka jalan ceritanya akan datar dan tidak menimbulkan daya tarik. Konflik yang wajar artinya konflik yang manusiawi, yang mungkin terjadi dalam kehidupan ini dan antara kedua orang yang mengalami konflik itu mempunyai posisi yang kurang lebih seimbang. Jika posisinya sudah nampak tidak seimbang, maka konflik menjadi tidak wajar karena pem¬baca segera akan menebak kelanjutan jalan ceritanya.
Konflik itu juga harus kuat. Dalam kisah kehidupan se¬hari-hari, konflik yang kuat biasanya berkaitan dengan problem manusia yang penting dan melibatkan berbagai aspek kehidupan. Konflik itu bersifat multidimensional yang tidak mudah menye¬lesaikannya. Roman Salah Asuhan dan Belenggu memiliki kon¬flik yang cukup kuat karena problem yang menyebabkan konflik itu adalah problem hakiki dalam kehidupan manusia. Konflik itu, juga sukar menyelesaikannya karena tidak mungkin adanya satu jawaban saja. Hal ini berbeda dengan konflik yang dibangun me¬lalui cerita wayang. Karena tokohnya hitam putih, maka konflik dalam cerita wayang segera dapat ditebak jawabannya.
Dalam novel-novel mutakhir, jalinan konflik itu cukup bervariasi. Karena konflik menjadi dasar cerita, maka perhatian pengarang kepada konflik ini kiranya memungkinkan mereka akan lebih mampu menjalin cerita yang memikat.

Dasar Studi Sastra. 4)Jarak Estetika
Daya pikat sebuah cerita fiksi juga muncul akibat penga¬rang memiliki jarak estetika yang cukup pekat dengan cerita dan .1tokoh'To-koF —cerita itu. Seolah-olah pengarang menguasai benar- benar dunia dari to col itu, sehingga pengarang benar-benar ikut terlibat dalam diri tokoh dan ceritanya. Jika keadaan ini dapat dilakukan oleh pengarang, pembaca akan lebih yakin akan hadir¬nya cerita dan tokoh itu, seakan-akan cerita fiksi itu bukan hanya tiruan dari kenyataan itu, namun adalah kenyataan sendiri yang mengejawantah.
Waktu penulis membaca cerita Mushashi, penulis merasa ikut terlibat dalam peristiwa-peristiwa karena kekuatan cerita itu. Ketika pada adegan terakhir Mushashi mengalahkan Sasaki Kojiro, penulis merasa menyaksikan dui ksatria bertempur di tepi pantai Parangtritis, di siang hari ketika matahari terik, dan tiba¬tiba Mushashi melompat menghantam kepala Koliro dengan pedang. Kisah itu seperti Nadir di mata penulis dan bukan hanya dalam angan-angan. Ini dapat terjadi karena kekuatan cerita. Pengarang menciptakan jarak estetis yang cukup rapat sehingga tokoh dan peristiwa benar-benar hidup.  



Kukatakan pada searing dengan mahasiswa HIMABAS tentang pelajaran mengenal sastra , hal yang sesungguhnya adalah proses menggauli teks berupa mengenal dan menikmati, memahami, menilai, menghayati dan menghargai karya sastra, mengapa penting sebab catatan sastra atau teks merupakan ungkapan pengalaman manusia dengan bahasa yang mengesankan. Karya sastra mengandung berbagai nilai seperti nilai budaya, nilai keagamaan, nilai moral, nilai pendidikan maupun nilai sosial. terhadap sastra tanggapilah secara sengaja, sadar dan kritis sehingga tumbuh pengertian dan penghargaan terhadap karya yang lahir dari pengalaman hidup itu juga kontemplasi. Sebab menyukai lantaran, Sastra itu memberi hiburan juga dapat menunjukkan kebenaran hidup dan yang sedikit dikatakan bahwa sastra dapat saja melampaui batas bangsa dan zaman.

"Ketika sastra adalah kumpulan dari teks yang indah dengan cabang puisi, artikel, cerpen, naskah drama, syair maka banyak pengertian yang menandai, tapi ada hal yang baik buat rujukan ", usai teks ini maka proyektor atau LCD mengantarai keterusannya > yaitu menurut Sumardjo dan Sumaini, tahapan untuk mencapai definisi sastra secara global dalam Pendidikan Sastra ..
1. Sastra adalah seni bahasa.
2. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam.
3. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa.
4. Sastra adalah inspirasi kehidupan yang dimateraikan dalam sebuah bentuk keindahan.
5. Sastra adalah semua buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang benar dan kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keluasan pandangan dan bentuk yang mempesona.

Ada beberapa hal yang menyebabkan pemberian definisi sastra sulit / tidak mungkin, (unek-unek dalam Pendidikan sastra yaitu:
1. Karena sastra itu bukan ilmu, sastra adalah seni.
2. Jika batasan/definisi sastra dibuat, maka akan sulit menjangkau semua jenis sastra. Batasan prosa berbeda dengan puisi apalagi tentang drama.
3. definisi biasanya tidak berhenti pada membuatdeskripsi saja, tetapi juga mencakup usaha penilaian. Seperti perasaan spontan (bagaimana mengukur spontan). Misal: penilaian.
4. Batasan sastra bersifat nature.

Dari batasan yang didapat ternyata mendapat unsur yang sama, dalam pendidikan sastra yaitu isi sastra:
1. Pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, semangat, keyakinan, kepercayaan.
2. Ekspresi/ungkapan.
3. Bentuk.
4. Bahasa.

Kemudian kesemuannya tersebut dijadikan satu definisi lagi, yaitu:
Sastra adalah ungkapan pribadi dari seseorang manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.

Syarat-syarat keindahan:
1. Keutuhan/unity.
2. Keselarasan/harmony. -> Antar unsur tidak saling mnejatuhkan.
3. Keseimbangan/balance.
4. Fokus/pusat penekanan sesuatu unsur, atau disebut juga Rightemphesys.
 __________________
Seolah-olah sangat membenci "ketaksempurnaan" (gantung di Monas jika..!!)  tapi juga  tak ngerti apapun tentang masyarakat. lebih lagi tentang Pertaruhan Nasib Buruh_By kaimuddin, demikianlah catatan ala kadarnya untuk belajar sastra dan Puisi dalam Luka Indonesia

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images