Kisah Tangis dlm Kado 17 Agustus

Senin, Agustus 17, 2020

Catatan bahwa rakyat belum merdeka, ulasan kegetiran dalam liputan tangis sebagai kado kemerdekaan 17 Agustus. Kenyataan dalam masa ”demokrasi terpimpin”, yang sudah membredel sejumlah org baik, "rezim ini bisa jadi memerintahkan siapa saja TNI, Polri, Menteri, untuk patuh kepada dirinya," kata Adi Prayitno. Inilah yang menurutnya wujud paradoks demokrasi. Menurutnya, seseorang tidak bisa ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka hanya karena mengkritisi suatu kebijakan. "Alasan penangkapan itu masa iya orang mengkritik kebijakan soal Papua ditangkap. Jadi itu yang kemudian tidak bisa habis pikir publik," ujarnya. Kalilain kematian Munir, Novel B yang disiram air keras dgn kasus yg tak tuntas, kemarin anggota KPPS meninggal hampir 600 org dan terasa sebagai bukan apa-apa, pula Siti Fadilah yang dipenjara sebab menyelamatkan trilyunan rupiah Indonesia dari tidak membeli vaksin flu burung, sebab menurutnya flu burung tdk menular. Tenaga kerja Indonesia di kapal 2 china yg mati seperti anjing, tak terkecuali. Kata Nurdin Tuppu 700an...KPPS meninggal kemarin kaka. PHK..sudah 30 jutaan.. Dan masih di pintu kemerdekaan toh..seperti kata Pembukaan UUD 1945."

gambaran masyarakat miskin kado kemerdekaan

Tak terlewat, dulupun demikian pula, rezim menjarakan sejumlah orang, misalnya Mochtar Lubis, larangan itu punya efek yang tak main-main. Jika hari ini menulis tentang dokumen itu bukan untuk mengungkapkan lagi represi yang terjadi masa itu. Tulis-tulis saja karena sebentar lagi 17 Agustus.

Inilah tanggal ketika kita umumnya mengingat apa yang diharapkan dari kemerdekaan yang direbut dan republik yang didirikan. Hampir tiap tahun, Agustus adalah bulan ketika kita dengar suara kekecewaan yang berulang-ulang seperti sebuah litani: ”Indonesia merdeka tapi rakyat masih sengsara”, ”tak ada lagi semangat bersama”, ”terpuruk” (kata ini paling sering disebut), dan bahkan ”gagal”.

Kita jarang bertanya: tidakkah kita punya harapan yang berlebihan dari sejarah, dan sebab itu berlebihan pula kecewa kepada zaman?

Saya ikut merumuskan ”Manifes Kebudayaan lokal”. Menerbitkan 3 judul buku di usia yg tua ini, dengan sungguh Pappaseng pappasang serta kearifan lain memberat di pikiran generasi muda, gambaran tanda tanya jika patok kearifan itu harus kembali tegak.

Di sesi lain membludaknya tenaga asing menggantikan kerja pribumi , juga konstalasi sistim lucu ketika yg tak mengharap seperti anggota KPK lalu tiba2 di ASN kan, sedang honor K2 hampir menyerah bahkan nyaris semua mati sebab dah tua dan tetap honor, hidup segan berdasar janji2 sejak 3 thn lalu. _ Seiring pula para pembelajar harus belajar mengartikan dan memaknai kemerdekaan dgn tertatih-tatih sebab mahal biaya sekolah , kesehatan juga susahnya lapangan kerja. dalam diam tapi setumpuk risau dikeluhkan_ 

Kemerdekaan ?!, " tidakkah ini mimpi buruk ??!.! Apa nda Tlasssoo ini zaman__

Gambar kemerdekaan dan miris kehidupan masyarakat papua


Nasehat Kado Kemerdekaan

Kembali ke pangkuan Tuhan, sebab kemerdekaan terasa jauh dari habitat di nikmati. kehidupan yang melenakan penuh warna-warni keterjerumusan. Sedang ahli ilmu jauh lebih tinggi derajanya banding ahli ibadah, ruang kesalahan yang menganga. Dalam nasehat kado kemerdekaan mari berserah pada Tuhan merasakan kemerdekaa. dan Teguhkanlah Ilmu sebab Sifat bawaan manusia (Sebagaimana fitrah kecendrungan manusia yg semakin tua maka semakin besar cinta pd dunia),

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Anak Adam semakin tua, dan dua perkara semakin besar juga bersamanya: cinta harta dan panjang umur. [HR. Bukhâri, no: 5942, dari Anas bin Mâlik]
“Hari kiamat semakin dekat dan manusia semakin bertambah tamak kepada dunia dan bertambah jauh dari Allah.” (Hadis riwayat Tirmizi, Ibnu Majah dan Hakim).
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata dalam kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/37) mengatakan, “Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir.
“Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata: ‘hadits hasan sahih’)_
_____
Sangbaco.web.id_ item : kado 17 agustus
Esai Judul : Kisah Tangis dalam kado Kemerdekaan 17 Agustus 2020.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menyebut komitmen demokrasi yang dijanjikan Jokowi bertabrakan dengan praktik di lapangan, dalam kasus : menilai penangkapan Dandhy sangat tidak masuk akal karena tidak berdasar.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images