kumpulan puisi mistik
Rabu, Januari 11, 2012Seluruh gerak mistik mengantar dunia berputar dengan lambat, mengingat bahwa kematian adalah saat terakhir dari jarak isarat yang sedemikian lembut dan sangat tertutup ?. disini ku- mengerti akan ke-tergesagesa-an itu, tak peduli harus kesasar atau saling mencari hingga ke ruang yang paling dalam dan mistik juga trasendental, disini tempatnya..!, " bukan" tentang keris kutukan membunuh siapapun yang memilikinya, atau tentang "Hantu Sumiati dari makassar", atau tentang "Rumah Kosong Berhantu". Kumpulan puisi mistik mengajakmu pulang pada dunia supra segmental. kumpulan puisi mistik, katamu "....bolehkah aku mati didepanmu sekali saja, simak 7 KumpulanPuisi mistik.
Baca : Cerita dan Berita Mistik Parakang di Sul-sel
"BoHong --
Tatkala kau terbaring,
tersembunyi daratan dalam lipatan-lipatan mimpimu,
sebuah bangunan batu dengan dinding berlumut yang kelihatan rapuh, langkahmu menuju kebanyak pintu, di balik sebuah pintu terbukalah ruang gelap dan kosong, ini dirimu sendiri, dan....suara seperti tergantung di langit ketika sedetik sebuah nyala yang memucat dari bola lampu di atasmu,”aku telah terbunuh….”, katamu, ketika sesosok manusia tergantung lemas diatasmu dan kau sangat mengenalnya.
tersembunyi daratan dalam lipatan-lipatan mimpimu,
sebuah bangunan batu dengan dinding berlumut yang kelihatan rapuh, langkahmu menuju kebanyak pintu, di balik sebuah pintu terbukalah ruang gelap dan kosong, ini dirimu sendiri, dan....suara seperti tergantung di langit ketika sedetik sebuah nyala yang memucat dari bola lampu di atasmu,”aku telah terbunuh….”, katamu, ketika sesosok manusia tergantung lemas diatasmu dan kau sangat mengenalnya.
______
Kaimuddin Mbck
InsyaAllah........MAti !!!
Pucuk-pucuk daun yang tiba-tiba gugur,
ini terlihat sangat berat,
harapan terdalam tentang gambaran hari esok adalah keterlambatan
harapan terdalam tentang gambaran hari esok adalah keterlambatan
ketakutan ... dingin ... dan gelap,
kau di sana tak melupakan peristiwa itu,
tak ada pilar juga ruang, kau lelah... menyesal...., bahkan terlambat
untuk bertanya,"mengapa mati ?",
Hanya satu kali itu saja... menghayatinya
: tak ubahnya seperti patung lilin,
kau tercengang tanpa kata dengan tatapan kosong
tetesan darah menitik dengan bunyi tik…tik, bagai titik air yang jatuh dari-
keran, sangat hening, bahkan terlambat untuk...terlambat.
Iringan Terakhir
Sedetik sebelum kematian, pertama kali kau keluar kan erangan,
kau di sana tak melupakan peristiwa itu,
tak ada pilar juga ruang, kau lelah... menyesal...., bahkan terlambat
untuk bertanya,"mengapa mati ?",
Hanya satu kali itu saja... menghayatinya
: tak ubahnya seperti patung lilin,
kau tercengang tanpa kata dengan tatapan kosong
tetesan darah menitik dengan bunyi tik…tik, bagai titik air yang jatuh dari-
keran, sangat hening, bahkan terlambat untuk...terlambat.
Iringan Terakhir
Sedetik sebelum kematian, pertama kali kau keluar kan erangan,
entah penuh makna atau....
kau sedang bertaruh…atau mencoba pergi ketempat yang paling dalam ,
(Kullu Nafsin Dzaiqotul Maut, Setiap yang
bernyawa..... pasti ...!, akan mengalami kematian…. )
kau sedang bertaruh…atau mencoba pergi ketempat yang paling dalam ,
(Kullu Nafsin Dzaiqotul Maut, Setiap yang
bernyawa..... pasti ...!, akan mengalami kematian…. )
ketika kehidupan selesai pada tikungan gelap,
dengan rupa tikaman tikaman yang darahnya mengucur tak kau hirau,
jangan lagi berkata." Bolehkah aku mati didepanmu sekali saja?,
Sekedip saja dan kau te-
Sekedip saja dan kau te-
lusup ke pori-pori, gelap
___________________________
Kaimuddin Mbck
Mantra itu,
bersama cuaca yang tak terukur
dalam rumah-rumah bisu, roh ber
gegas ke-oase cinta dalam kesendirian
berjalan merdeka menciumi segala sesuatu
dalam tetas
ia melekat di keningmu atau keresap ronggamu
matamu kembali beliak, tarikan nya melindasmu di-kepalan
:kau terjerembab
menurutnya, "kau telah dirinya sendiri", yang bebas
menangis, teriak atau tertawa
dan tibalah "saat segala kehendak meninggalkanmu"
dan tibalah "saat segala kehendak meninggalkanmu"
______
Malam dengan segala bisu,
awas jika nyalakan lampu, sebab-
detak jam berhenti dan lolongan anjing adalah himpitan
engkau terus berjalan kecermin dalam garis perutku
tempat ajal dipotong.
tempat ruangruang terkunci,
tempat pintu terbuka ke lubang hitam mulutmu sendiri
langit plafon tak tersisa roh bergelayutan,
langit plafon tak tersisa roh bergelayutan,
cerobong bau busuk keruh dan anyir darah: mengekal sunyi
henti nyalakan lampu,
hap..!...hap…! 2 jasad tumbang, pekik... jerit..., tersapu telinga,
hap..!...hap…! 2 jasad tumbang, pekik... jerit..., tersapu telinga,
henti nyalakan lampu“, aku... bayang... satusatunya”.
Menimang lipatan wajah di kanvas kalbu...
pada sepenggalan makna di rahim malam
deras indahmu kali ini, dingin membawamu pulang ke-
segala samudera, sebuah pemandangan di ujung
tanjung, untuk dilukisnya sebagai takjub,
ada yang menunggu hidup dan mati…dalam
aneka warna semantik: ini berlebihan---
ketika malam bagai amuk dan bola embun turun pada
kanvas basah, ada yang duduk bersimpuh beku dalam
lukisan tersebut,
hingga pagi tiba dan lukisan itu memahamkan,
betapa wanita "sebaik-baik ciptaan"
_________________________________
Pinggir sungai Maros, 18-19 Juli 2010.
Puisi mistik 7
Mati itu Hening
puncak yang hening
permukaan bumi dari atas tampak berkerikil dan terjal
hening...kelam susup rebahku pada dingin yang tak sampai padamu
hening...kelam susup rebahku pada dingin yang tak sampai padamu
hening....aku memucat di bawah jengkalan langit,
ini dengus air bah menyusup kedalam degup bumi dan
merangkak ke-kekal kisaran sunyi,
nisan di perutku tegak menancap langit,
riuh degup jantung pecah pecah
puncak yang hening,
aku terhenti ….
____________________
0 comments