Rindu Ramadhan : Dialog Santai
Minggu, Juni 10, 2012
Tinggalkan galau dan sambut Ramadhan secara ruhani juga fisik. Menjelang ramadhan beli Quran Beirut assik ngebacanya, beli baju muslim sesuai selera lo', tapi Sholat Tarawih jangan hindari imam bacaan sholatnya mengambil surah yang agak panjang, atau cari masjid lain yang bacaan Imamnya cepat
dan pendek2, haha...ha.., terus..minta maaf pada ibu bapak, tanggapi pesan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘...Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau
salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan
dia ke surga dan katakanlah amin!’ maka kukatakan, ‘Amin”*.
Rindu Ramadhan ya..ialah..?, sebab kebaikan dalam bingkai amalan sholeh. Kerinduan yang hakikatnya
merupakan kerinduan akan akhirat, kerinduan bertemu Allah. berharap penuh kepada Allah, sebagai upaya memiliki hati yang hidup, filter dikit silaunya kehidupan dunia di hadapan Allah swt pasrah.....ya...kuat...kuat, (betapa banyak orang yang bodoh dan malas tapi hal kekayaan seolah menimba saja dari laut, juga betapa banyak orang yang rajin dan pintar tapi rezkinya pas dari Allah, tidaklah ini kecuali semua dalam hikmah pengaturan Allah dan ini jangan membuatmu ragu sebab Allah maha memberi) Banyak ngaji ya...ngisi hari-hari dengan Al Qur’an, sebagai salah satu alternatif amal mencapai ampunan Allah ya targetlah dengan santai se jus sehari, ok. Semoga membawa manfaat.....rindu pada sejuta kebaikan yang akan datang, so pastee..
Momentum termahal yang pernah kita punya untuk mendulang pahala. Ini
mirip bulan promosi dan besar-besaran yang ditawarkan di pusat-pusat
perbelanjaan. Kebaikan nilai pahalanya menjadi berlipat-lipat, semua
orang berburu memborongnya. Saya sering mengibaratkan Romadhon itu :
Bagaikan kita mendapat 'hadiah' di sebuah pusat perbelanjaan. Kita
diberi kesempatan untuk mengambil semua barang belanja di dalamnya,
namun hanya dalam waktu beberapa saat saja ! Allah SWT menggambarkannya
dalam Al-Qur'an : " (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu" ( QS
Al-Baqarah 184), *Nilai-nilai dari puasa tidaklah dapat dihitung, diperkirakan atau
diadakan oleh manusia (ulama, nabi, dll) tetapi nilai puasa adalah
semata milik Allah, Allah saja yang langsung membalasnya.
Semua kita, jika diberi kesempatan 'gratisan' semacam itu, pasti segera
meloncat lalu berlari menuju rak-rak belanjaan untuk segera mengambil
barang-barang, dari yang termahal hingga termurah.Satu arti yang harus
kita pahami dan kita catat dengan baik adalah ; bahwa Ramadhan memang
benar-benar berbeda. Perlu interaksi, konsentrasi dan energi yang
berbeda pula dalam menyikapinya. Jangan sekali-sekali menyamakan
Ramadhan dengan sebelas bulan yang lainnya. Berbeda dan sungguh berbeda...
mempersembahkan ibadah yang berkualitas. Kalau kita berbaik sangka kepada Allah, mulailah dengan niat teguh pada amalan-amalan...insyaallah maka akan ada kekuatan dari=Nya, inilah rahasia kemenangan kaum muslimin Rindu Ramadhan.
sekali waktu godaan melemahkan datang, enyahkan dan jangan ngebuatnya terbersit di hati, ingatlah bahwa dunia hanya diwariskan padamu pada bulan Ramadhan ini sebab kau sholeh..shalihah...ya..dunia pasti akan menghilang, maka saat Allah memanggil kita, bergembiralah! Bergembira menyambut Ramadhan dengan rahmat-Nya, melahirkan optimisme di hati walau saat ini umat berada di titik nadir. Yah, kata orang, umat Islam kini berada dalam masa kegelapan. Tapi kita punya harapan besar. Selalu mau menunjukkan yang terbaik di hadapan Allah!
ya..mari menyatukan dua hal pada Allah takut dan harap sebagai refleksi terbaik pada keimanan. Jika demikian maka anda manusia-manusia Ramadhan.
Banyak sabar ya sebab Rasulullah mencontohkan kepada kita juga demikian, ya istiqamah-lah.....amal-amal manusia diangkat ke langit sehingga Rasulullah suka jika berpuasa. Termasuk ibadah puasa Senin-Kamis yang beliau lakukan.
Lama sekali kita lalai...mari jaga hubungannya dengan Allah! Tidak mudah memang. Tapi hal tersebut menunjukkan sebuah komitmen yang kokoh. Ibarat gunung berguncang, ia pun tetap tegar! Karena amalan yang berat adalah ketika berhadapan dengan jiwa. Mudah melakukannya di saat berkumpul dengan orang-orang sholeh, tapi saat sendiri? Ia tetap memilih istiqamah! Istiqamah di atas agama ini, sampai Allah mempertemukan sang hamba tersebut di bulan berkah, bulan Ramadhan berikutnya.
Musim kebaikan tahunan ini memang tak layak untuk dilewatkan begitu
saja. Bahkan Rasulullah SAW sejak awal mengadakan briefing penyambutan
Ramadhan di tengah-tengah para sahabat. Dari Abu Hurairah ra,
Rasulullah SAW bersabda : " Sungguh telah datang padamu sebuah bulan
yang penuh berkah dimana diwajibkan atasmu puasa di dalamnya, (bulan)
dibukanya pintu-pintu surga, dan ditutupnya pintu-pintu neraka jahannam,
dan dibelenggunya syaitan-syaitan, Di dalamnya ada sebuah malam yang
lebih mulia dari seribu bulan. Barang siapa diharamkan dari kebaikannya,
maka telah diharamkan (seluruhnya) "(HR Ahmad, Nasa'i dan Baihaqi)
intip tiga penyemangat awal sekaligus oleh-oleh Ramadhan, yu'
Ramadhan itu Training Keikhlasan
Puasa adalah ibadah yang melatih keikhlasan. Maka puasa Ramadhan selama sebulan adalah training keikhlasan yang sangat efektif. Sejak awal Rasulullah SAW menjelaskan betapa ibadah puasa benar-benar jalur langsung antara seorang dengan Tuhannya. Puasa menjadi ibadah yang begitu mulia karena langsung dinilai oleh Allah sang Maha Mulia. Beliau meriwayatkan firman Allah SWT dalam sebuah hadits Qudsi : “ Setiap amal manusia adalah untuknya kecuali Puasa, sesungguhnya (puasa) itu untuk-Ku, dan Aku yang akan membalasnya “ ( HR Ahmad dan Muslim).
Ibadah Puasa melatih kita untuk ikhlas dalam arti yang paling sederhana, yaitu : beramal hanya karena Allah SWT, mengharap pahala dan keridhoan-Nya. Betapa tidak ? Hampir semua ibadah bisa dideteksi dengan mudah oleh semua manusia, kecuali puasa. Orang menjalankan sholat dan zakat bisa dengan mudah terlihat dengan mata telanjang. Apalagi ibadah haji, rasa-rasanya satu kampung pun bisa mengetahui kalau salah satu kita menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan puasa, yang hampir-hampir tidak bisa diketahui oleh orang lain karena kita ‘sekedar’ menahan tidak makan minum dan berhubungan badan.
Artinya, dalam puasa kita dipaksa untuk ‘ikhlas’ menjalani itu semua hanya karena Allah SWT. Sekiranya bukan karena ikhlas, akan sangat mudah bagi seseorang untuk mengelabui keluarga atau teman-temannya. Ia bisa ikut sahur dan juga berbuka bersama keluarga, tapi di siang hari mungkin saja menyantap lahan makanan di warung langganannya. Kita semua juga bisa berakting puasa dengan mudah, tapi lihatlah : tidak pernah terbersit dalam hati kita untuk menjalani puasa dengan modus semacam itu. Subhanallah, inilah training keikhlasan terbaik yang pernah kita dapati. Sebulan penuh merasa di awasi dan beramal hanya karena Allah SWT. Mari kita sedikit berangan, seandainya kaum muslimin di Indonesia bisa mengambil sedikit saja oleh-oleh keikhlasan samacam ini untuk bulan-bulan selanjutnya, bisa kita bayangkan angka kejahatan, korupsi dan sebagainya insya Allah akan menurun drastis. Karena mereka semua merasa di awasi oleh Allah SWT, lalu menjalankan ketaatan dengan ikhlas sebagaimana meninggalkan kemaksiatan juga dengan ikhlas.
Ramadhan ya istiqomah-lah..
Momentum Ramadhan yang penuh dengan berbagai amalan –dari pagi hingga malam hari- mau tidak mau, suka tidak suka, akan membuat seorang berlatih untuk istiqomah dalam hari-hari selanjutnya. Kita semua benar-benar menjadi orang yang sibuk dalam bulan Ramadhan. Bangun di awal hari untuk sholat malam dan sahur, kemudian siang hari yang dihiasi tilawah dan dakwah, ya..jangan merasa di beratilah...sambil tidur-tiduran boleh juga tuh, belum lagi malam hari yang bercahayakan tarawih dan tadaruz. Semua kita lakukan dalam tempo sebulan penuh terus menerus. Sebuah kebiasaan tahunan yang nyaris tidak kita percaya bahwa kita bisa menjalaninya. Semangat beribadah kita benar-benar dipacu saat memulai Ramadhan. Bahkan Rasulullah SAW memberikan panduan agar melipatgandakan semangat saat akan melepas bulan mulia tersebut. Dari Aisyah ra, ia berkata : adalah Nabi SAW ketika masuk sepuluh hari yang terakhir (Romadhon), menghidupkan malam, membangunkan istrinya, dan mengikat sarungnya (HR Bukhori dan Muslim)
Bila training keistiqomahan ini kita resapi dengan baik, maka kita akan terbiasa beramal secara terus menerus dan berkelanjutan dalam bulan yang lain. Segala halangan dan rintangan akan teratasi dengan sempurna karena semangat istiqomah yang telah tertempa dalam dada kita. Pada bulan berikutnya, saat lelah melanda, ada baiknya kita mengingat kembali semangat kita yang menyala-nyala dalam bulan Ramadhan. Untuk kemudian bangkit dan melanjutkan amal dengan penuh semangat !
Ramadhan sebagai Training Ihsan, nih gampang-gampang susah tapi assiklah...
Puasa adalah ibadah yang melatih keikhlasan. Maka puasa Ramadhan selama sebulan adalah training keikhlasan yang sangat efektif. Sejak awal Rasulullah SAW menjelaskan betapa ibadah puasa benar-benar jalur langsung antara seorang dengan Tuhannya. Puasa menjadi ibadah yang begitu mulia karena langsung dinilai oleh Allah sang Maha Mulia. Beliau meriwayatkan firman Allah SWT dalam sebuah hadits Qudsi : “ Setiap amal manusia adalah untuknya kecuali Puasa, sesungguhnya (puasa) itu untuk-Ku, dan Aku yang akan membalasnya “ ( HR Ahmad dan Muslim).
Ibadah Puasa melatih kita untuk ikhlas dalam arti yang paling sederhana, yaitu : beramal hanya karena Allah SWT, mengharap pahala dan keridhoan-Nya. Betapa tidak ? Hampir semua ibadah bisa dideteksi dengan mudah oleh semua manusia, kecuali puasa. Orang menjalankan sholat dan zakat bisa dengan mudah terlihat dengan mata telanjang. Apalagi ibadah haji, rasa-rasanya satu kampung pun bisa mengetahui kalau salah satu kita menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan puasa, yang hampir-hampir tidak bisa diketahui oleh orang lain karena kita ‘sekedar’ menahan tidak makan minum dan berhubungan badan.
Artinya, dalam puasa kita dipaksa untuk ‘ikhlas’ menjalani itu semua hanya karena Allah SWT. Sekiranya bukan karena ikhlas, akan sangat mudah bagi seseorang untuk mengelabui keluarga atau teman-temannya. Ia bisa ikut sahur dan juga berbuka bersama keluarga, tapi di siang hari mungkin saja menyantap lahan makanan di warung langganannya. Kita semua juga bisa berakting puasa dengan mudah, tapi lihatlah : tidak pernah terbersit dalam hati kita untuk menjalani puasa dengan modus semacam itu. Subhanallah, inilah training keikhlasan terbaik yang pernah kita dapati. Sebulan penuh merasa di awasi dan beramal hanya karena Allah SWT. Mari kita sedikit berangan, seandainya kaum muslimin di Indonesia bisa mengambil sedikit saja oleh-oleh keikhlasan samacam ini untuk bulan-bulan selanjutnya, bisa kita bayangkan angka kejahatan, korupsi dan sebagainya insya Allah akan menurun drastis. Karena mereka semua merasa di awasi oleh Allah SWT, lalu menjalankan ketaatan dengan ikhlas sebagaimana meninggalkan kemaksiatan juga dengan ikhlas.
Ramadhan ya istiqomah-lah..
Momentum Ramadhan yang penuh dengan berbagai amalan –dari pagi hingga malam hari- mau tidak mau, suka tidak suka, akan membuat seorang berlatih untuk istiqomah dalam hari-hari selanjutnya. Kita semua benar-benar menjadi orang yang sibuk dalam bulan Ramadhan. Bangun di awal hari untuk sholat malam dan sahur, kemudian siang hari yang dihiasi tilawah dan dakwah, ya..jangan merasa di beratilah...sambil tidur-tiduran boleh juga tuh, belum lagi malam hari yang bercahayakan tarawih dan tadaruz. Semua kita lakukan dalam tempo sebulan penuh terus menerus. Sebuah kebiasaan tahunan yang nyaris tidak kita percaya bahwa kita bisa menjalaninya. Semangat beribadah kita benar-benar dipacu saat memulai Ramadhan. Bahkan Rasulullah SAW memberikan panduan agar melipatgandakan semangat saat akan melepas bulan mulia tersebut. Dari Aisyah ra, ia berkata : adalah Nabi SAW ketika masuk sepuluh hari yang terakhir (Romadhon), menghidupkan malam, membangunkan istrinya, dan mengikat sarungnya (HR Bukhori dan Muslim)
Bila training keistiqomahan ini kita resapi dengan baik, maka kita akan terbiasa beramal secara terus menerus dan berkelanjutan dalam bulan yang lain. Segala halangan dan rintangan akan teratasi dengan sempurna karena semangat istiqomah yang telah tertempa dalam dada kita. Pada bulan berikutnya, saat lelah melanda, ada baiknya kita mengingat kembali semangat kita yang menyala-nyala dalam bulan Ramadhan. Untuk kemudian bangkit dan melanjutkan amal dengan penuh semangat !
Ramadhan sebagai Training Ihsan, nih gampang-gampang susah tapi assiklah...
Syariat kita mengajarkan untuk optimal atau ihsan dalam setiap ibadah.
Tak terkecuali dengan ibadah puasa Ramadhan. Setiap kita diminta untuk
meniti hari-hari puasa dengan penuh ketelitian. Menjaganya dari segala
onak yang justru akan memporakporandakan pahala puasa kita. Rasulullah
SAW telah mengingatkan : " Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak
mendapatkan dari puasanya kecuali hanya rasa lapar. Dan betapa banyak
orang yang sholat malam, tapi tidak mendapatkan dari sholatnya kecuali
hanya begadang " (HR Ibnu Majah)
Ini artinya, hari-hari puasa kita haruslah penuh kehati-hatian. Menjaga lisan, pandangan dan anggota badan lainnya dari kemaksiatan. Sungguh berat, tapi tiga puluh hari latihan seharusnya akan membuat kita melangkah lebih ringan dalam hal ihsan pada bulan-bulan selanjutnya. Bahkan semestinya, perilaku ihsan ini memang menjadi branding kaum muslimin dalam setiap amalnya.
Ini artinya, hari-hari puasa kita haruslah penuh kehati-hatian. Menjaga lisan, pandangan dan anggota badan lainnya dari kemaksiatan. Sungguh berat, tapi tiga puluh hari latihan seharusnya akan membuat kita melangkah lebih ringan dalam hal ihsan pada bulan-bulan selanjutnya. Bahkan semestinya, perilaku ihsan ini memang menjadi branding kaum muslimin dalam setiap amalnya.
Terakhir, banyak hikmah lain yang terserak sedemikian rupa dalam titian
tiga puluh hari yang mulia ini. Tidak ada pilihan lain bagi kita
kecuali mengais hikmah-hikmah tersebut dari hari ke hari Ramadhan kita,
untuk kemudian menjadikannya sebagai simpanan dalam menyambut
bulan-bulan berikutnya. Mari memulai dari keinginan tulus dalam hati
untuk mensukseskan Ramadhan tahun ini. Lalu diikuti dengan kesungguhan
dalam mengisinya bahkan hingga saat hilal Syawal menjelang. Agar
kegembiraan yang dijanjikan bisa kita dapatkan. Rasulullah SAW bersabda :
" Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, kegembiraan ketika
berbuka ( buka puasa dan juga saat Idul Fitri) dan kegembiraan saat
bertemu Tuhan mereka " ( Hadits Bukhori & Muslim ). Wallahu a’lam
bisshowab.
InsyaAllah kita akan diberi keuntungan yang banyak oleh Allah, nih.. pahami Hikmah Ramadhan ya...
1.Puasa Tuk sehat dan surga
Dalam puasa adalah rahasia antara hamba dengan Allah. Allah Subhanahu wa ta’ala akan memberikan pahala berlipat ganda sesuai kualitas puasa hamba-Nya. Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu,
bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda (artinya), “Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya. Satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah Subhanahu wa ta’ala berkata, “Kecuali puasa, Aku yang akan membalas orang yang mengerjakannya, karena dia telah meninggalkan keinginan-keinginan hawa nafsu dan makannya karena Aku” (HR. Muslim)
2. Shalat Tarawih (Qiyamu Lail)
Malam bulan Ramadhan memiliki kesan khusus dengan seluruh malam dalam setahun. Shohib AF bisa melihat semua orang bisa melaksanakan shalat tarawih, meski dengan niat yang berbeda-beda. Nah, agar niat tidak keliru, perlu diketahui keutamaan di balik shalat malam (tarawih) yang bakal dilakukan.
]مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ[
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, niscaya akan diampunilah dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun ‘alaih)
3. Sedekah
Tidaklah jika kau bersedekah kecuali Allah mengembalikan sedekahmu lebih banyak dan sangat cepat (lebih cepat dari pisau penyayat daging), Qudwah kita, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, adalah orang yang dermawan. Kedermawanan beliau bertambah di bulan puasa. Dalam sebuah hadits beliau bersabda (artinya), “Seutama-utama sedekah adalah pada bulan Ramadhan” (HR. Tirmidzi dari Anas Radiyallahu ‘anhu)
Termasuk bentuk sedekah yang lain adalah menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Barangsiapa menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, niscaya ia mendapat pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun” (HR. Ahmad dan An-Nasai)
4. Ramadhan dan berteman dengan Al Quran
Rasul memperbanyak membaca Al Quran di bulan Ramadhan. Malaikat jibril pun datang untuk membacakannya kepada beliau (HR. Bukhari). Tentang orang yang menghafal Al Quran, telah diriwayatkan oleh Ibnu Umar, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Dikatakan kepada orang yang berteman dengan Al Quran; bacalah dan bacalah sekali lagi serta bacalah secara tartil seperti yang engkau lakukan di dunia, karena manzilahmu terletak di akhir ayat yang engkau baca” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan yang lainnya)
5. I’tikaf
I’tikaf adalah menetap di masjid untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Aisyah Radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasul melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan hingga Allah mewafatkan beliau. Kemudian para istri baliau juga melakukan i’tikaf setelah beliau wafat. Dalam lafadz yang lain dikatakan, “Rasulullah i’tikaf pada bulan Ramadhan. Jika beliau hendak shalat subuh, maka beliau mengahampiri tempat yang beliau gunakan untuk i’tikaf sebelumnya” (HR. Bukhari dan Muslim). Aisyah berkata, “Biasanya Rasulullah bersungguh-sungguh beribadah pada sepuluh maalam terakhir (Ramadhn) melebihi dari kesungguhan beliau di waktu-waktu yang lain” (HR. Muslim)
6. Umrah
Umrah berarti mengunjungi Baitullah yang suci untuk thawaf dan sa’i di bulan Ramadhan, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Umrah ke umrah lainnya adalah menghapus dosa-dosa diantara keduanya” (Mutaffaq alaihi)
7. Mencari malam lailatul qadar (malam kemuliaan)
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya), “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sanpai terbit fajar” (QS. Al Qadr [97]:1-5)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya), “Barangsiapa yang mendirikan shalat malam pada lailatul qadar dengan dasar keimanan dan mengharapkan ridha Allah pasti diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang” (HR. Bukhari)
Wah, dua dalil di atas saja, membuat kita serasa dimuliakan oleh Allah! Sudahkah kita juga merasakan kemuliaan bulan Ramadhan? Shohib AF, ternyata ada satu doa yang dianjurkan membacanya bila bertepatan dengan malam lailatul qadar, satu malam yang berada di sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Cam (hindari gagal ramadhan )
*Riya’>Juga penyakit ini sudah ada di dalam setiap diri manusia, riya’ atau sok pamer. Kebiasaan sifat riya’ ini terlihat bagi orang yang baru merasa menerima ni’mat harta kekayaan, maka segala yang dimiliki akan selalu ditunjuk-tunjukkan kepada orang lain, atau juga kepandaian yang baru didapatnya.
*Sum’ah >Sum’ah kalau di zaman sekarang disebut orang dengan sifat egois. Egois bersifat mau didengar tidak mau didengar, segala apa katanya adalah yang paling baik. Hendaknyalah sifat yang demikian dihapuskan bila ingin berhubungan dengan sesama jadi harmonis.
*Hasad iri >Penyakit ini apabila menjurus kepada kebaikan maka disebut juga dengan hasad iri. Penyakit ini sifatnya sedikit baik karena boleh-boleh saja iri kepada sesama yang sudah berhasil dalam berusaha, akan tetapi agar tidak menjadi hasad dengki, haruslah kita juga berusaha agar kita juga mencapai keberhasilan.
*Hasad dengki >Penyakit ini apabila menjurus kepada keburukan maka disebut hasad dengki. Dengki adalah suatu penyakit di diri setiap manusia yang merugikan orang lain. Karena dengki akan timbul suatu fitnah terhadap orang yang didengkikannya.
*Zan, Yaitu suatu penyakit yang selalu berprasangka tidak baik, boleh juga disebut dengan curiga yang tidak beralasan. Dari kawan menjadi lawan adalah akibat dari zan.
*Syak> Akibat dari penyakit ini timbullah rasa ragu-ragu atau was-was. Penyakit ini bila sudah kronis maka akan menghalangi keberhasilan dalam berusaha atau berdaya upaya.
*Waham>Kekhawatiran yang terus-menerus adalah tipe dari penyakit waham. Akibatnya akan sama dengan penyakit syak.
Itulah dari 10 penyakit bathin yang sudah ada pada setiap diri manusia. Maka untuk tidak bertumbuh suburnya penyakit-penyakit itu, Allah memerintahkan untuk mengerjakan puasa Ramadhan sebulan penuh per tahunnya
*Adanya nafsu syahwat yang 9 pada diri setiap perempuan yang melebihi nafsu syahwat lelaki yang hanya 1 maka terjadinya kecenderungan bagi setiap perempuan untuk mempersolek diri baik pakaian maupun kosmetiknya akan melebihi kaum lelaki, dengan tujuan agar setiap kaum lelaki akan tertarik.
*Di dalam diri kaum lelaki yang disebut nafsu sir terdapat sebanyak 9, sedangkan bagi perempuan hanya ada 1. Kebalikannya dari nafsu syahwat. Akibat lebih banyaknya nafsu sir pada kaum lelaki maka nafsu untuk melaksanakan persetubuhan akan lebih kuat. Coba kita perhatikan, seorang kakek-kakek yang jompo duduk santai maka kepalanya selalu mengangguk-angguk, tetapi bila seorang nenek-nenek jompo maka selalu akan menggeleng-gelengkan kepala. Itulah suatu contoh tanda-tanda yang sudah tidak bisa dirubah, dan itulah sudah menjadi qudrat-Nya yang tidak bisa dirubah oleh manusia.
-Contohnya: minum obat, makan, dll; pada hakikatnya bukanlah obat yang menyembuhkan akan tetapi kesembuhan itu datangnya dari Allah, begitu juga dengan makan, pada hakikatnya bukan makanan yang mengenyangkan akan tetapi pada hakikatnya kenyang itu datang dari Allah.
-Takabur artinya sombong, tinggi diri, dan pada manusia sifat tersebut sudah ada sejak menjadi manusia. Apabila penyakit tersebut tidak diadakan pembakaran setiap tahunya maka akan tumbuh subur, akibatnya seseorang itu akan sangat terlihat akan kesombongannya.
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu ‘anhu bahwa ia berkata, “Ya Rasulullah, apa yang aku baca bila bertepatan dengan malam itu?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bacalah; Allohumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’ fu ‘anni (Ya Allah, sesungguhnya Engakau Maha Pemberi ampunan dan suka memberi ampun maka ampunilah aku)”
Semoga Allah memberikan kemudahan agar dapat memanfaatkan Ramadhan sebaik-baiknya, utamanya beramal dengan amalan yang sesuai sunnah Rasul. Berharap kita dapat mendulang pahala Ramadhan, sehingga ketika keluar Ramadhan, kita menjadi hamba yang bertakwa. Amin.
_____________
Tarji
*Hadits Riwayat Bazzar
dalama Majma'uz Zawaid 10/1675-166, Hakim 4/153 dishahihkannya dan
disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ka'ab bin Ujrah, diriwayatkan juga
oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644 (Shahih Al-Adabul Mufrad
No. 500 dari Jabir bin Abdillah)]
*Edisi Majalah Gizone, Hatta Syamsuddin :Penulis, Pengajar Pesantren Mahasiswa
Arroyan Solo, Trainer Motivasi Keislaman dan Keluarga Romantis.
*Uncategorized by PASTI Malaysia on July 28, 2011
*Rumah Kecil AlFirdaus
0 comments