Shalat Setan atau Iblis | Belajar dari Kisah

Rabu, Oktober 03, 2012

Gugat Iblis pada Allah atas sembahan-nya,_ " 700 ribu tahun aku shalat padamu ya Allah.., dan Tak ada tempat tersisa di langit dan bumi di mana aku tak menyembah-Nya. Setiap hari aku berkata pada-Nya, “Ya Allah, anak keturunan Adam menolak-Mu, namun Engkau tetap bermurah hati dan meninggikan mereka. Tapi aku, yang mencintai dan memuja-Mu dengan pemujaan yang benar, Engkau buat menjadi hina dan buruk rupa”.

Dahulu Setan atau iblis paling lama mengerjakan shalat, paling kuat ibadahnya bahkan ia tiba pada puncak tauhid selama ribuan tahun. Tapi segalanya drastis berubah sejak menolakan perintah Allah untuk sujud beri penghormatan kepada Nabi Adam as, hal yang kemudian menjadi bukti atas pembangkangan iblis kepada Allah. Ia ingin menunjukkan bahwa dialah yang paling mencintai-Nya, dialah yang selalu menyembah-Nya tanpa rasa lelah. 

Bahkan dari asal penciptaannya, iblis atau setan (yang diciptakan dari api) merasa enggan untuk sujud kepada Adam (yang diciptakan dari tanah). Sesungguhnya sederhana saja. Menolak perintah Allah untuk sujud pada Adam, berarti iblis telah melawan Allah. Iblis merasa dialah hamba yang paling dekat dengan Allah karena ibadahnya selama ribuan tahun. 

Iblis merasa lebih mulia dari Adam karena diciptakan dari api. Kisah ini sekaligus menjadi pelajaran bagi kita, bahwa diri (nafs) adalah hijab terbesar menuju penghambaan pada Tuhan. Itu sebabnya jihad melawan diri sendiri adalah jihad yang terbesar.


Asumsi penolakan kecerdasan argumentatif iblis atau syetan : anggapan bahwa Allah tidak adil atas ketentuan Allah ?. Lantas siapa yang lebih mengetahui? Apakah ciptaan lebih mengetahui dari Sang Pencipta-nya? . (dan sebagai determinasi refresh olah logika cobalah jawab pertanyaan Iblis atau setan berikut ini) : Lalu iblis berkata, Kau bilang Adam berdosa gara-gara hasutanku? Kalau begitu, atas hasutan siapa aku melakukan dosa? Aku sebenarnya melakukan apa yang Dia perintahkan, dan aku sepenuhnya patuh pada keinginan Allah. Mau bagaimana lagi? Tak ada ruang yang luput dari kuasa-Nya. sedang aku bukanlah tuan bagi keinginanku sendiri.


Pembelajaran Kisah (Shalatnya Setan atau Iblis)
Kisah 1 : Dahulu Setan Paling Lama Mengerjakan Shalat

Dikisahkan bahwa suatu hari Bisyr bin Mansur berada di masjid sendirian. Kemudian ia mengerjakan dua rakaat shalat sangat lama sekali. Selesai Shalat, ia mendapati seorang duduk di sampingnya. Bisyr pun berkata kepada orang tersebut, “Janganlah Anda tertipu dengan shalat saya. Shalatnya setan jauh lebih lama daripada saya.”, Kemudian ia meneruskan shalatnya.

Apakah kita tidak takut bahwa dosa yang kita lakukan bisa menyebabkan tidak diterimanya shalat kita? Inilah yang seharusnya terus dipikirkan oleh seseorang agar tidak memandang suci dirinya, menyanjung perbuatannya, serta tidak menganggap dirinya besar, Imam Shadiq berkata : “ada seorang abid (orang yang taat beribadah) dan orang fasiq (orang yang selalu melakukan keburukan) masuk ke masjid. Ketika keluar dari masjid, kondisi mereka menjadi terbalik. Yakni, pada waktu orang fasiq tadi masuk ke masjid, kemudian melihat orang yang ahli ibadah, hatinya terasa hancur dan Tuhan pun mencintainya. Namun, ahli ibadah yang malang itu, begitu matanya melihat ke arah orang fasiq tersebut, ia berkata, “Siapakah gerangan yang masuk ke tempat orang-orang Mukmin ? Karena pikiran semacam inilah, yaitu memandang dirinya lebih tinggi, ia menjadi lebih hina,”.

Kisah 2 : Antara Meninggalkan Shalat dan Zina
Ketika ditanyakan kepada Imam Ja’far Al-Shadiq, “mengapa orang yang melakukan perzinaan tidak dianggap kafir ?, sedangkan orang yang meninggalkan shalat divonis kafir ?, Apa alasan anda mengenai pernyataan anda ?. Beliau menjawab, “Sebab, orang yang melakukan perzinaan dan sejenisnya, mereka melakukan perbuatan seperti itu disebabkan adanya dorongan nafsu birahi yang perbudaknya.

Namun, lain hal bagi orang tinggalkan shalat,  karena hal sepelekan kewajiban (yang telah ditetapkan oleh Tuhannya). Kita perhatikan saja, orang yang melakukan perzinaan dengan salah seorang wanita, pasti dia (memang) menginginkan perbuatan tersebut, bertujuan untuk melakukan dan menikmatinya. Lain halnya dengan orang yang meninggalkan shalat.

 Mereka memang menghendaki perbuatannya, namun dalam meninggalkannya mereka tidak mengharapkan kenikmatan. Nah, jika bukan karena kenikmatan yang dituju, maka itu adalah (termasuk) menyepelekannya. Dan jika dia menyepelekannya dengan sengaja, masuklah dia ke dalam arena kekafiran.”

Kisah 3 :Dihadapan Siapa Engkau Berdiri ?
Bimbingan atas tidak tergodannya kaum Adam dalam was-was karena gangguan setan atau jin dalam sholat. Hal yang sangat samar-samar tapi tegas dalam pantauan malaikat dalam mendeteksi haqiqat penyembahan manusia dan laporan bagi tuhan sebagai catatan amal dan buruk). Terdapat sebuah riwayat dari Rasulullah SAW, yang berisi bahwa dalam sholat mesti / terdapat keharusan untuk mencapai kehadiran hati. Rasulullah SAW bersabda,“Laksanakanlah shalat seakan shalat yang engkau lakukan adalah shalat terakhir. Dan tatkala engkau mulai memasuki shalat, katakanlah (kepada dirimu), ini adalah shalat terakhir saya untuk dunia.
Dan berupayalah untuk merasakan bahwa surga berada di hadapanmu dan neraka berada di bawah kakimu; ‘Izrail ada di belakangmu, para nabi ada di sisi kananmu, dan para malaikat ada disamping kirimu. Dan Allah mengawasimu dari atas kepalamu.”

Kisah 4 :Jagalah Hatimu Hanya untuk Allah

Lukman Al-Hakim berwasiat kepada putranya, “Hai putraku, ketahuilah bahwa aku telah berkhidmat kepada 400 nabi dan aku telah mendapatkan 4.000 kata hikmah dari mereka, dan dari 4.000 kata hikmah tersebut aku pilih 400, dan dari 400 itu 40 kata, dan dari 40 kata aku ambil 8 kata hikmah, dan 8 kata hikmah tersebut ialah :
          “Lupakanlah dua hal, jangan lupakan dua hal lainnya, dan jagalah empat hal.”

Adapun dua hal yang harus engkau lupakan adalah hendaknya kau lupakan perbuatan baikmu kepada seseorang dan (yang kedua adalah) hendaknya kau lupakan pula perbuatan buruk orang lain terhadapmu.
“Adapun dua hal yang tidak boleh kau lupakan, pertama adalah Tuhan. Janganlah sekali-kali engkau melupakan-Nya (sebab semua maksiat timbul dari lalai dan lupa kepada Allah) dan (yang kedua adalah) kematian (sebab pada saat manusia yakin bahwa dirinya akan mati, ia pasti mempersiapkan bekal bagi perjalanan akhirnya itu)

“Adapun empat hal yang harus selalu engkau jaga :
Pertama, jagalah matamu ketika sedang bertandang ke rumah orang.
Kedua, jagalah lidahmu ketika kamu berada di tengah-tengah masyarakat
Ketiga, jagalah mulutmu dari makanan yang haram.  
Keempat, ketika shalat, jagalah hatimu (yakni setiap kali engkau mengerjakan shalat, jagalah hatimu hanya untuk Allah. Janganlah engkau palingkan kepada selain-Nya).”
 
Demikianlah pembelajaran kisah dari penyembahan Syetan atau Iblis dengan nilai yang penuh tauhid namun secara haqiqat menapikan unsur lain yang sebab-kan  pembangkang hingga akhir kehidupan.

Penutup 
Hikmah Belajar Kisah "proses pembangkangan Setan dan silang kait atas kehidupan manusia"

Tuhan Maha Kuasa, tiada sesuatu pun yang dapat terjadi di luar kehendak-Nya. Apa dengan begitu Dia menciptakan lalu “menghendaki” (baca : menentukan) beberapa diantara kita menjadi ahli keburukan, dan sisanya sebagai ahli kebaikan?

 Lalu untuk apa kita berusaha menjadi baik selama hidup jika sudah dipastikan di akhir hayat, kita menjadi ahli keburukan? Sementara seburuk apa pun kelakuan kita, di akhir hayat kita dipastikan menjadi orang baik? Wow…!!!! Ya, Tuhan itu Maha Kuasa, Dia Maha Adil.

Dengan kehendak-Nya maka jadilah semesta ini sebagai tempat hidup kita. Dengan kehendak-Nya, semesta ini berjalan sesuai dengan hukum-Nya. Hukum tersebut menjadi ilmu pengetahuan bagi kita. Bahwa melawan hukum-Nya pasti membawa kita pada kesengsaraan.

Apabila kita mampu bersinergi dengan hukum-Nya, pasti akan membawa kita pada kebahagiaan. Contoh, api itu panas dan menghanguskan. Kita tahu bahwa jika kita terbakar api, maka api akan membakar hangus tubuh kita.

Pasti kita akan berhati-hati dengan api agar kita tidak terbakar. Kita juga tahu bahwa reaksi nuklir tak terkendali itu berbahaya karena energinya yang dahsyat. Tapi dengan teknologi, kita bisa mengendalikan reaksi tersebut dan kemudian memanfaatkan energinya. Sama seperti kita yang memanfaatkan api untuk memasak.

 Manusia bebas menjadi apa pun yang dia mau, begitu pun Iblis. Manusia dan Iblis memiliki nafsu sementara malaikat tidak. Itulah yang membuat manusia dan Iblis sebagai makhluk-Nya yang merdeka. Mereka diberi pilihan untuk menyembah dan patuh pada Allah atau tidak. Jalan menuju kebahagiaan dan kesengsaraan sudah ditunjukkan oleh-Nya; Sembah dan patuhilah Dia atau tidak! Kita hidup dalam dunia ciptaan-Nya yang bergantung pada hukum universal-Nya. Inilah bentuk Kehendak, Kemaha-Kuasaan serta Kepengaturan-Nya.

Allah menghendaki kebaikan bagi setiap makhluk-Nya. Dia memberikan petunjuk bagi orang-orang yang berpikir. Tinggal kita yang memilih, untuk menjadi ahli surga atau ahli neraka. Kitalah yang membangun surga kita sendiri, dan kita jugalah yang membangun neraka kita sendiri. Kehendak bebas manusia berada dalam bingkai hukum universal yang patuh pada-Nya. Akhir kata, ada hikayat tentang iblis. Ketika iblis bertanya kepada Nabi SAW tentang cara bertobat dan mohon ampun pada Allah, Nabi berkata padanya untuk bersujud di kuburan Adam as. Seketika iblis langsung pergi sambil berkata, “Saat Adam masih hidup, aku tidak sujud padanya. Mana mungkin sekarang aku sujud di kuburannya!” Pintu ampunan selalu terbuka lebar bagi setiap makhluk ciptaan-Nya. Tuhan tidak menciptakan (baca : menakdirkan) Iblis untuk melawan perintah-Nya dan menyesatkan manusia, melainkan Allah Maha Mengetahui bahwa iblis akan “memilih” untuk membangkang pada-Nya dan menyesatkan anak cucu Adam.

Tidak perlu iblis untuk membuat kita terpuruk kedalam kesesatan jika kita memilih untuk membangkang pada Tuhan. Kita sering berbangga diri atas pencapaian ibadah kita. Kita sering merasa sombong atas prestasi, keilmuan, kedudukan duniawi serta amal-amal kita. Mana yang lebih mulia, seorang abid yang sombong atau seorang miskin yang rendah hati? Tanpa kita sadari kita sering menjadi pengikut iblis. Kita sering menjadi setan itu sendiri. Masihkah kita merasa pantas untuk meletakkan jidad ini saat bersujud pada-Nya__Wallahu a' lam bisshawab_Rujukan utama buku Terjemah "Duratun Nasihin", wassalam dari Kaimuddin mbck

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images