manfaat musim hujan dan kemarau : dialog tokoh dan kesejarahan
Selasa, April 17, 2012Sebab hujan maka dulu Indonesia senandungkan lagu Maluku yang indah itu, ”Kalau hujan sore-sore.” anak-anak muda di trotoar ikut bersenandung dengan nada lembut Titiek Puspa, ”rintik-rintik, hujan rintik-rintik.” Dulu hujan adalah melankoli. Kini, tiap kali curah air dari langit menderas, kita dengan telaten tapi cemas mengikuti berita radio tentang berapa meter tinggi air bah yang merasuki dusun dan kota, meringsek rumah dan sekolah, klinik dan restoran, melumpuhkan komunikasi telepon dan mengganggu perdagangan. Seakan-akan kita tengah mengikuti reportase tentang seekor naga buas yang tengah memporak-porandakan kampung kita.
dan dengan kemarau ini bahkan goyangan daun pada semua pohon seolah angin membawa api, juga rindu pada garis-garis cuaca yang di harapnya berubah tiba-tiba, kemarau memang detik yang meranggas, ceritapun beralih dan bukan pada perubahan perhatian yang mendebarkan seperti ketika semua perhatian tertuju ke credentials room di Istana Merdeka, saat Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya. Juga bukan tentang hal krusial politik, pada hajatan besar nanti yang berlangsung dengan suasana panas, suhu naik, apakah itu suhu politik atau suhu udara, dialog tokoh dan kesejarahan dengan hajatan yang biasanya berlangsung pada musim kemarau 2014. Lantas..? disini hanya
kecemburuan musim hujan yang hendak tergantikan oleh musim kemarau.
Kepekaan ciuman musim hujan benar-benar memberi tanda, bahwa ia akan digantikan oleh musim kemarau sebentar lagi dan panasnya mengeringkan segala ruang, sel juga es batu yang tak seberapa lama dinginnya bertahan, tapi sebesar apapun pengaruhnya ke-kita, ia tidak boleh dianggap sebagai bagian dari sejarah sebab dalam adagium sejarah hanya teranggap sebagai suatu di suatu masa, sedang peristiwa pergantian musim selalu saja berubah.
Orang sangat percaya bahwa sejarah adalah biografi tokoh/orang-orang besar", maka kemarau dapat diterima sebagai sejarah jika presentase keterkenalan adalah prioritas yang kemudian teranggap sebagai sejarah, insiden-nya bukankah... pelaku bom juga terkenal, pelaku mutilasi orang juga terkenal, teroris juga terkenal, malah di republik kita ada banyak yang pas-pasan saja tapi kita kemudian me-tokoh-kannya...haha..ha..., atau "apa dan siapa saja adalah sejarah ?", kesejarahan benar-benar sedang mampir di bumi pertiwi kita ?, > ya... sistim "penanggapan sebagai sejarah", sedang nge-trendi di bumi kita ini, dari demokratisasi ke pemimpin karismatik, para selebriti, juga orang-orang yang sibuk di sebuah ruang rutin kemudian juga menjadi tokoh sejarah, bilangku, " oh...bisa saja sebab administrasi bisa juga sebab hal terencana yang lahir lewat kecerdasan, aih...dialog manfaat musim hujan dan kemarau lebih mending dari dialog tokoh.
Sekarang bukan lagi tentang kemarau atau sejarah....yang penting tokoh tidak menjadi berhala sebab pengertian sejarah dalam perspektifnya sungguh hanyalah mitos. Mungkin ada yg telah berpendapat demikian /jika tidak biar aku saja----(manfaat musim hujan dan kemarau : dialog tokoh dan kesejarahan)-
Tapi diksi baru apa ya …untuk menanggapi musim ini ? aku masih setia mencari pada Trotoar.... tempat mukaku tersengat panas, sebab di pinggir jembatan ini tak mampu mengais dingin pada ac kendaraan yang lewat atau pada sela daun-daun pinggir jalan, lantaran semua pohon seolah juga rindu pada garis-garis cuaca yang diharapnya berubah tiba-tiba, bukan perubahan perhatian yang mendebarkan seperti ketika semua perhatian tertuju ke credentials room di Istana Merdeka, saat Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya. Dalam pidato yang singkat. Masih mencari diksi "kemarau ", dan mobil tronton menggoyang jembatan begitu keras sungguh sangat mengusik, pun tak membekaskan kata sedikitpun, tak tahu dimana senyum itu yang kuharap menjadi diksi sore ini.Pesan leluhur tanggapi perubahan zaman : kekuatan Bugis Makassar (2)
Menemu diksi untuk judul tulisan ini masih kegelisahan seperti kegelisahan pemuda Soekarno, ketika ia pidato pembelaan dengan diksi yang ditemukannya "pledoi" di depan pengadilan kolonial di Bandung, saat 18 Agustus 1930 yang kemudian dikenal dengan Indonesia Menggugat, haha..ha..Soekarno muda dengan lantang mengecam Imperialisme dan Kapitalisme yang sangat merugikan kaum Bumiputra. Ia terus menyoroti upah Bumiputra yang sangat rendah dibandingkan dengan pemegang andil (saham).
Atau diksi kemarau pada ranting-ranting kering yang entah kapan patahnya….atau kepul asap yang belum pekat untuk menenun awan, oh tidak adakah orang seperti Priyo bagiku, sebagaimana ia memahami kegelisahan Presiden kita terkait pesan singkat gelap berisi fitnah itu, ia Priyo "memahami akhir-akhir ini banyak isu, rumor, dan fakta. dan berharap isu negatif tidak terus-menerus menyerang Partai Demokrat". bilangnya pada sesi menenun
Pendidikan Kearifan : Pengalaman hati yang dituliskan Sore ini senyummu tergambar kukira ini diksi tuk kemarau , tapi senyummu bilang "Aku tak pernah bisa mencintai musim ini secara biasa, sampai jejalanan ini lindap jadi rerumpun", ih kukira ini diksinya........ sebab hujan dan jembatan penyeberangan tiba-tiba tumbuh rumput liar dan sangat pariatif : haha..ha..sebelum rumput tadi adalah...hujan deras sayang....tak satupun tokoh, yang banyak toko.;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;
____
Dialog Tokoh episode 2011: Lintas Agama dan SBY
Namun, pembentukan Setgab pun belum memberikan jaminan bagi Presiden SBY dan Demokrat untuk mempertahankan partai-partai koalisi. Apalagi disusul putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengurangi quorum Paripurna DPR, memasuki tahun 2011. “Apakah MK ikut-ikutan dalam upaya ini, saya tidak tahu. Tapi putusan ini memberikan celah,” kata dia.
Jika bicara motif, menurut Arbi, gerakan ini tidak bisa dilepaskan
dari rasa tidak puas dan kalah di Pemilu 2009. “Partai-partai yang
tidak puas ini merasa kalah dengan tidak fair, dilecehkan,” jelasnya.
Koalisi dan Setgab, kata dia, kini sudah tidak menjamin kekuatan SBY dan Demokrat karena sejumlah petinggi parpol koalisi ikut dalam gerakan 100 tokoh.
Arbi pun menilai Presiden harus segera mengambil langkah strategis menjawab ketidakpuasan ini. “Harus cepat.”
KECEWA BERAT
Inisiator pertemuan di musim kemarau itu oleh tokoh lintas agama Din Syamsuddin menyatakan kecewa berat karena permintaannya kepada kepala negara soal perlunya kasus Gayus dilimpahkan ke KPK ditampik Presiden.
“Ada tiga poin yang dianggap mengecewakan. Pertama, soal kasus Gayus Tambunan yang kami minta agar dibawa ke KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi),” kata Ketua umum PP Muhammadiyah tersebut dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Sayangnya, lanjut dia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjawab bahwa kasus Gayus ini sudah ditangani lembaga penegak hukum lain, yakni kepolisian dan kejaksaan, sementara KPK sudah memiliki tugasnya sendiri. Insiden teks nya berbunyi "Musim kemarau benar-benar meranggas ke- tokoh -an kita"
Padahal, ujarnya, Presiden punya hak dan wewenang untuk memerintahkan agar penyelesaian kasus Gayus dipindah ke KPK.
Kekecewaan kedua, ujarnya, adalah jawaban Presiden menyangkut permintaan para tokoh lintas agama tentang pentingnya pembuktian terbalik untuk mengungkap kasus korupsi.
“Presiden mengatakan harus sesuai hukum yang berlaku. Kami sangat kecewa, karena harapan kami pemerintah bisa mengusulkan perubahan materi hukum yang kita miliki,” katanya.
Permintaan ketiga adalah soal penuntasan kasus Bank Century dimana soal ini Presiden memang berjanji akan mengusut tuntas. Menurut Ketua Pusat Dialog dan Kerjasama antar-Peradaban (CDCC) ini, tokoh lintas agama menilai kasus yang diduga melibatkan sejumlah tokoh elit ini sangat lambat dirampungkan.
“Soal ini, kami tinggal melihat realisasi ucapannya saja. Kami dan rakyat menunggu, jangan sampai ini dipetieskan,” kata Din.
Pertemuan Presiden dengan tokoh lintas agama di Istana Negara, Jakarta, Senin malam dihadiri antara lain Din Syamsuddin, Ketua Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Andreas Yewangoe, tokoh Katolik Franz Magnis Suseno, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma`ruf Amin, Ketua Umum Walubi Hartati Murdaya, serta tokoh Konghucu BudiTanoewibowo.
Dalam kesempatan itu Din juga meminta maaf jika pertemuan tersebut berlangsung tertutup, karena pihaknya bukan sebagai tuan rumah.(*)
Dialog tokoh Episode 2012 : public relation (PR)".
Istilah public relation (PR) memang sudah tidak asing di telinga kita. PR bukanlah bidang yang yang hanya ada dalam dunia organisasi atau kepemimpinan, namun PR juga melekat dalam dunia entrepreneur atau bisnis. Walaupun sudah familiar di telinga kita, namun banyak yang masih belum mengerti secara komprehensif apa arti dari PR.
Beberapa hal yang diperhatikan untuk menjadi seorang pemimpin dengan kemampuan PR yang baik diantaranya: *Menggunakan bahasa yang sopan, dan mudah dimengerti anggotanya. *Selalu menulis apa yang menurutnya memberi kontrubusi besar bagi anggotanya dengan mempublikasikannya dengan bijak dan tidak menyakiti siapapun. *Dalam mengusung visinya menggunakan simbol, slogan, atau akronim. *Menghindari jargon berliebihan
Para tokoh lintas agama akan terus mengawal dan
menuntut dialog dengan pemerintah sebagai respons terhadap kritikan
yang dilayangkan oleh mereka.
Usai dialog antara para tokoh lintas agama dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Selasa dini hari, Ketua Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Andreas Yewangoe mengakui dialog berlangsung lebih dari 4 jam itu belum memasuki substansi kritikan yang diajukan oleh para tokoh lintas agama.
Karena itu, Andreas memandang dialog tersebut sebagai langkah awal dan bukan tahap akhir.
“Kita akan kawal terus dan akan tuntut untuk terus berdialog,” ujarnya. Meski demikian, Andreas menghargai tatap muka dengan Presiden beserta menteri-menteri Kabinet Indonesia Bersatu II yang dilangsungkan secara terus terang dan jujur.
Bahkan, menurut dia, kritikan para tokoh lintas agama dibacakan kembali di hadapan Presiden Yudhoyono. dalam dialog tokoh dan kesejarahan.
“Saya kira itu diterima oleh Presiden dan akan dikaji. Akan ada hal-hal sangat substansial. Jadi ini bukan akhir, ini baru tahap-tahap sangat awal,” katanya. Andreas mengatakan, pertemuan selama 4 jam itu memang tidak mungkin menyentuh hal substansial karena setiap tokoh agama yang hadir diberikan waktu untuk berbicara dan kemudian ditanggapi langsung oleh Presiden.
“Waktunya kurang untuk masuk lebih mendalam ke substansi. Saya kira kalau dibilang puas itu sangat relatif, tapi ada keterusterangan, keterbukaan itu baik,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan ia mempercayai kekuatan dialog yang mendorongnya memprakarsai pertemuan tersebut.
“Dan Alhamdulillah direspons dengan baik dan ini sebagai langkah awal yang berlanjut terus,” ujarnya.
Sedangkan Menko Polhukam Djoko Suyanto menyatakan kesiapan pemerintah untuk meneruskan dialog dengan para tokoh lintas agama. Bahkan apabila pemerintah harus memberikan penjelasan teknis tentang suatu substansi, menurut Djoko, maka kementerian terkait siap memberikan keterangan kepada para tokoh lintas agama itu.
Gerakan Ketidak-puasan
Sejumlah gerakan ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah (SBY) Susilo Bambang Yudhoyono mulai bergerak yang diawali dengan pernyataan sikap dari sejumlah tokoh agama yang menyebut 18 kebohongan pemerintah. Namun, pengamat politik Arbi Sanit menilai upaya menurunkan pemerintah SBY ini sudah bergulir jauh-jauh hari.
“Sejak 2010, mulai dari demonstran kasus Bank Century. Lalu kasus ini masuk DPR. Meski akhirnya Century ini diredam dengan kemunculan Setgab,” kata pengamat asal Universitas Indonesia itu dalam perbincangan dengan VIVA news.com.
Usai dialog antara para tokoh lintas agama dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Selasa dini hari, Ketua Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Andreas Yewangoe mengakui dialog berlangsung lebih dari 4 jam itu belum memasuki substansi kritikan yang diajukan oleh para tokoh lintas agama.
Karena itu, Andreas memandang dialog tersebut sebagai langkah awal dan bukan tahap akhir.
“Kita akan kawal terus dan akan tuntut untuk terus berdialog,” ujarnya. Meski demikian, Andreas menghargai tatap muka dengan Presiden beserta menteri-menteri Kabinet Indonesia Bersatu II yang dilangsungkan secara terus terang dan jujur.
Bahkan, menurut dia, kritikan para tokoh lintas agama dibacakan kembali di hadapan Presiden Yudhoyono. dalam dialog tokoh dan kesejarahan.
“Saya kira itu diterima oleh Presiden dan akan dikaji. Akan ada hal-hal sangat substansial. Jadi ini bukan akhir, ini baru tahap-tahap sangat awal,” katanya. Andreas mengatakan, pertemuan selama 4 jam itu memang tidak mungkin menyentuh hal substansial karena setiap tokoh agama yang hadir diberikan waktu untuk berbicara dan kemudian ditanggapi langsung oleh Presiden.
“Waktunya kurang untuk masuk lebih mendalam ke substansi. Saya kira kalau dibilang puas itu sangat relatif, tapi ada keterusterangan, keterbukaan itu baik,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan ia mempercayai kekuatan dialog yang mendorongnya memprakarsai pertemuan tersebut.
“Dan Alhamdulillah direspons dengan baik dan ini sebagai langkah awal yang berlanjut terus,” ujarnya.
Sedangkan Menko Polhukam Djoko Suyanto menyatakan kesiapan pemerintah untuk meneruskan dialog dengan para tokoh lintas agama. Bahkan apabila pemerintah harus memberikan penjelasan teknis tentang suatu substansi, menurut Djoko, maka kementerian terkait siap memberikan keterangan kepada para tokoh lintas agama itu.
Gerakan Ketidak-puasan
Sejumlah gerakan ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah (SBY) Susilo Bambang Yudhoyono mulai bergerak yang diawali dengan pernyataan sikap dari sejumlah tokoh agama yang menyebut 18 kebohongan pemerintah. Namun, pengamat politik Arbi Sanit menilai upaya menurunkan pemerintah SBY ini sudah bergulir jauh-jauh hari.
“Sejak 2010, mulai dari demonstran kasus Bank Century. Lalu kasus ini masuk DPR. Meski akhirnya Century ini diredam dengan kemunculan Setgab,” kata pengamat asal Universitas Indonesia itu dalam perbincangan dengan VIVA news.com.
Namun, pembentukan Setgab pun belum memberikan jaminan bagi Presiden SBY dan Demokrat untuk mempertahankan partai-partai koalisi. Apalagi disusul putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengurangi quorum Paripurna DPR, memasuki tahun 2011. “Apakah MK ikut-ikutan dalam upaya ini, saya tidak tahu. Tapi putusan ini memberikan celah,” kata dia.
Ketua Pusat Dialog dan Kerjasama antar-Peradaban (CDCC) ini,
tokoh lintas agama menilai kasus yang diduga melibatkan sejumlah tokoh
elit ini sangat lambat dirampungkan |
Sampai akhirnya, muncul gerakan tokoh agama yang menyatakan
Pemerintah bohong. Kemudian disusul gerakan 100 Tokoh Pergerakan yang
terang-terangan menyatakan keinginan untuk pemakzulan. “Semakin banyak
gerakan ini. Saya beberapa kali mendapat SMS yang mengajak untuk
revolusi,” kata dia.
Koalisi dan Setgab, kata dia, kini sudah tidak menjamin kekuatan SBY dan Demokrat karena sejumlah petinggi parpol koalisi ikut dalam gerakan 100 tokoh.
Arbi pun menilai Presiden harus segera mengambil langkah strategis menjawab ketidakpuasan ini. “Harus cepat.”
KECEWA BERAT
Inisiator pertemuan di musim kemarau itu oleh tokoh lintas agama Din Syamsuddin menyatakan kecewa berat karena permintaannya kepada kepala negara soal perlunya kasus Gayus dilimpahkan ke KPK ditampik Presiden.
“Ada tiga poin yang dianggap mengecewakan. Pertama, soal kasus Gayus Tambunan yang kami minta agar dibawa ke KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi),” kata Ketua umum PP Muhammadiyah tersebut dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.
Sayangnya, lanjut dia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjawab bahwa kasus Gayus ini sudah ditangani lembaga penegak hukum lain, yakni kepolisian dan kejaksaan, sementara KPK sudah memiliki tugasnya sendiri. Insiden teks nya berbunyi "Musim kemarau benar-benar meranggas ke- tokoh -an kita"
Padahal, ujarnya, Presiden punya hak dan wewenang untuk memerintahkan agar penyelesaian kasus Gayus dipindah ke KPK.
Kekecewaan kedua, ujarnya, adalah jawaban Presiden menyangkut permintaan para tokoh lintas agama tentang pentingnya pembuktian terbalik untuk mengungkap kasus korupsi.
“Presiden mengatakan harus sesuai hukum yang berlaku. Kami sangat kecewa, karena harapan kami pemerintah bisa mengusulkan perubahan materi hukum yang kita miliki,” katanya.
Permintaan ketiga adalah soal penuntasan kasus Bank Century dimana soal ini Presiden memang berjanji akan mengusut tuntas. Menurut Ketua Pusat Dialog dan Kerjasama antar-Peradaban (CDCC) ini, tokoh lintas agama menilai kasus yang diduga melibatkan sejumlah tokoh elit ini sangat lambat dirampungkan.
“Soal ini, kami tinggal melihat realisasi ucapannya saja. Kami dan rakyat menunggu, jangan sampai ini dipetieskan,” kata Din.
Pertemuan Presiden dengan tokoh lintas agama di Istana Negara, Jakarta, Senin malam dihadiri antara lain Din Syamsuddin, Ketua Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Andreas Yewangoe, tokoh Katolik Franz Magnis Suseno, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma`ruf Amin, Ketua Umum Walubi Hartati Murdaya, serta tokoh Konghucu BudiTanoewibowo.
Dalam kesempatan itu Din juga meminta maaf jika pertemuan tersebut berlangsung tertutup, karena pihaknya bukan sebagai tuan rumah.(*)
Dialog tokoh Episode 2012 : public relation (PR)".
Istilah public relation (PR) memang sudah tidak asing di telinga kita. PR bukanlah bidang yang yang hanya ada dalam dunia organisasi atau kepemimpinan, namun PR juga melekat dalam dunia entrepreneur atau bisnis. Walaupun sudah familiar di telinga kita, namun banyak yang masih belum mengerti secara komprehensif apa arti dari PR.
Beberapa hal yang diperhatikan untuk menjadi seorang pemimpin dengan kemampuan PR yang baik diantaranya: *Menggunakan bahasa yang sopan, dan mudah dimengerti anggotanya. *Selalu menulis apa yang menurutnya memberi kontrubusi besar bagi anggotanya dengan mempublikasikannya dengan bijak dan tidak menyakiti siapapun. *Dalam mengusung visinya menggunakan simbol, slogan, atau akronim. *Menghindari jargon berliebihan
- Menciptakan ligkungan yang kondusif dan terstruktur
- Membangun kepercayaan dan loyalitas
- Memperkecil resiko dan meredam konflik yang muncul
Dan kepercayaan tersebut adalah suatu hasil yang dihasilkan dari proses yang tidak singkat. Kepercayaan timbul dari attitude atau sikap yang ditunjukkan oleh pemimpin tersebut pada kesehariannya. Diantara banyaknya parameter attitude yang baik, seorang pemimpin memerlukan listening skill dan personal branding dalam menjalankan roda kepemimpinannya.
Untuk menumbuhkan atau meningkatkan kemampuan (penguatan ketokohan) tersebut, langkah-langkah yang diperlukan diantaranya:
Untuk menumbuhkan atau meningkatkan kemampuan (penguatan ketokohan) tersebut, langkah-langkah yang diperlukan diantaranya:
- Pemimpin harus lebih banyak mendengarkan apa yang dibutuhkan anggota agar dibutuhkan anggota untuk menjadi lebih baik
- Jujur dan apa adanya dalam menjelaskan segala sesuatu yang terjadi dan juga transparan.
- Membangun kredibilitas dan konsisten dengan janji
- Memiliki skill dan ahli dalam memberikan solusi bukan menjadi bagian dari masalah
- PR beranjak dari data yang nyata, berupa fakta yang dapat dibuktikan sedangkan Advertisement dapat berupa hal-hal yang baik saja dari objeknya.
- PR dilakukan oleh pihak ke-3 sementara Advertisement dilakukan langsung oleh pihak pertama.
- PR lebih akan mengena sasaran dengan uang yang sedikit sementara Ads belum tentu mengena sasaran dengan uang yang banyak._
Link terkait : Jalan Macet di Indonesia ( Esai,
kemelut guru honor Indonesia,____
kaimuddin mbck. dari samping jembatan marusu warkop "dg tene". sedang disini manfaat musim hujan dan kemarau saling menguat dalam : dialog tokoh dan kesejarahan.
0 comments