Film Geisha :, Pelacuran sejak Yunani hingga Batavia

Minggu, Februari 12, 2012

Mereka yang menjadi korban adalah gadis-gadis pribumi berparas cantik yang terlahir dari keluarga pengreh praja/priyayi. Tentara-tentara Jepang tersebut menjanjikan pendidikan yang lebih baik di Tokyo pada gadis-gadis ini. Namun, seperti yang kita ketahui sekarang, mereka akhirnya menjadi jugun ianfu (gadis penghibur).


Istilah Geisha & Hetaerae tentang Kehormatan Pelacur

Penyanjungan terhadap profesi pelacur terhormat ini di Jepang populer dengan istilah geisha sedang jasa Hetaerae juga muncul pada masyarakat Muslim zaman dahulu, mereka biasanya berperan sebagai penghibur dan kebanyakan berasal dari luar daerah Muslim. Laki-laki yang ingin berhubungan dengan hetaerae harus melalui penghubung dan disewa untuk memberikan pelayanan seksual. Puisi-puisi cinta yang beredar di Timur-Tengah waktu itu banyak yang dikumandangkan untuk menghormati hetaerae ini. Demikian juga bangsa-bangsa seperti India, Cina, dan Jepang juga mengenal penyanjungan terhadap profesi pelacur terhormat ini dengan istilah populer Geisha.

Saat itu dunia dilanda demam pelacuran dekade sejak Yunani Kuno hingga ke Batavia Indonesia yang membuat hampir tiap orang mengenal tempat pelacuran  dan berbondong-bondong mentahbiskan diri menikmati perempuan lacur, dalam sebaris kalimat kiasan berikut :

malam memanglah mematah pada coda sudutnya, terus begitu,... fragmen-fragmen historis itu menandai kehidupan pelacur masa lalu itu , mereka bagai pendar cahaya yang sempurna tersimpan dalam malammalam panjang, ranjang memanjang..... lenguh rintih..., kadang jerit, lalu berbaring dalam kepungan rasa dosa tanpa kata selamat jalan..sebuah perayaan atas gelap 


Apresia Film ke Sejarah Pelacuran

Memulai esai ini sepintu penanda mencuat bahwa "pertumbuhan sebuah kota selalu diawali dengan pelacuran", dan yang sangat akumulasi dalam istilah bahwa "singgahnya para pelaut bahari bukan untuk urusan bisnis saja, tetapi juga mencari pengalaman seksual di daerah yang disinggahinya". Hampir setiap orang yang pernah bersentuhan dengan dunia pelacuran, dikarenakan sangat mengasyikan dan memberi kenikmatan maksimal tentang permainan seks. Menandai cerita sebelumnya (link . Dunia pelacuran tidak dapat lepas dari pola kehidupan masyarakat itu sendiri, seperti dunia pariwisata yang konon juga tidak dapat lepas dari pelacuran dan di setiap negara dapat dipastikan terdapat beberapa lokasi untuk dunia pelacur, baik secara eksplisit atau implisit, legal, ilegal, terbuka, atau sembunyi-sembunyi.

Bali, salah satu pulau di Indonesia yang terkenal di dunia pariwisata, juga tidak lepas dari pelacur-pelacur lokal untuk di"konsumsi" oleh para pengunjung baik lokal atau internasional. Dunia pelacuran bukan hanya disebabkan oleh permasalahan ekonomi belaka tetapi sudah pada permasalahan yang komplek, multiproblem. Pelacuran identik dengan seks yang bersifat katarsis (dunianya laki-laki). Padahal dunia pelacuran tidak hanya didominasi oleh perempuan tapi juga oleh laki-laki yang dikenal dengan sebutan "Gigolo", yang mempunyai sifat dan perilaku yang sama dalam memberikan pelayanan seks kepada customer yang membutuhkan.
Sedang pada zaman Babilonia, dikenal nama Kizrete yang disanjung-sanjung sebagai selir terhormat. Cerita-cerita rakyat mengisahkan pelacur terhormat ini juga mewarnai masyarakat Mesir Kuna. Tetapi, di antara bangsa-bangsa Kuna, hanya pada masa Yunanilah pengakuan tertinggi disematkan bagi pelacur. Oleh masyarakat Yunani Kuna, mereka mendapat julukan hetaerae. Di antara hetaerae yang terkenal di masa itu, Thargelia dari Ionia, Aspasia dari Athena, Sang Pecinta dari Perikles, dan Thais dari Athena. Thais dari Athena ini pernah diperistri oleh Alexander Agung. Setelah itu diambil alih oleh Ptolomeus, raja Mesir Kuna, dan dinobatkan sebagai permaisuri. lanjut ke ...Esai 2 strafikisasi dan sebab pelacuran (ulasan keberadaan pelacur Eropa dan perempuan Indonesia masa kerajaan)
________
data : berbagai sumber
by : kaimuddin mbck

 *Awal munculnya pelacuran di Indonesia bukan hanya disebabkan oleh masalah ekonomi belaka tapi permasalahan yang begitu komplek atau akut seperti ibarat "duluan mana telor atau ayam." Meskipun ada data yang mengatakan bahwa komplek pelacuran "legal" di Dolly Surabaya di mulai ketika masa penjajahan Belanda....bahkan sejak pra Kerajaan Mataram /kesunanan( periode medium : Sejarah Prostitusi di Indonesia:)

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images