Puisi Berantakan

Senin, Februari 20, 2012

Kumpulan puisi berantakan, hanyalah imajinasi yang menginginkan rumahmu atau rumahnya tak akan menjadi sebuah sangkar, melainkan tiang utama sebuah kapal layar,

Kumpulan puisi berantakan seolah kau masuk ke- hutan liar dan meresap kesarang laba-laba yang tersembunyi di balik akar belukar, dan tak seharapanpun untuk kau pergi meninggalkan jaring jaring hutanmu.

Kumpulan puisi berantakan  adalah rumah-rumah kawah yang panasnya menggeliatkan  rindumu, kau sembunyi dan menganggap malam akan datang raksasa yang akan membawamu pergi.

Kumpulan puisi berantakan adalah lejit panah yang hampir menancap di kepalamu sendiri dan kau mengira inilah taqdir yang akan membawamu pulang.

Dalam jalinan teks berantakan, syairnya  membuatmu mengerti akan ketergesa-gesaan dengan benar. Adalah puisi dengan cinta yang meletakkan emosi terkuat,, mari merasakannya dulu sebelum bisa menuliskannya dengan jujur. Ketergesa-gesaan sebab cinta, juga disebabkan intuisi perasaan, perihal yang lebih liar dari emosi, asbab yang tanpa perlu proses pembuktian rasional. Katanya "cintailah...cinta !"

Pada jenak-jenak tubuhnya sekali waktu puisi berkata, "sayang.., dalam diam ini kita sesungguhnya berantakan, kita selalu melewatkan  rindu yang tak kita mengerti mengapa ia tumbuh, tapi pada akhirnya kita bukan apapun kecuali diri kita sendiri yang dibunuh sepi

Sepi yang berantakan, serupa rindu yang
  melesatkan panah, sebuah jantung tertembus, dan tetes-tetes darah 
nganga kesekian kali, lukanya meneriakkan berjuta harapan, bahwa 
"matilah dengan mulut berbunga senyum

gaya berantakan puisi

" PUISI BERANTAKAN__

Jangan rekahkan bibirmu, sebab itu pasti 
desak  menuruni jurang untuk melihat ke dalam senyummu
____________________________

sebaris bola api di matamu
bak matahari di padang paling sunyi. begitu panas meremuk tulang-belulang,
usah merakitnya jadi bom,  sebab setiap saat ia sendiri meledak, namun tanpa pernah  merasa mati.
_________

Isarat sepi tertinggal catatanya berantakan, selalu hanya pelukan dan tangis,
namun sekali waktu  sepi itu menjelma angin membelai rambutmu dan kau seperti tersirap
dalam keheningan seolah kau pernah merasakan  ini sebelumnya_
_____

dalam setatap matamu, aku berantakan, maka
warna kusam pun pergi jauh di sepanjang waktu,  pun kecemasan luruh dalam hembusan debu,
setatap lagi dan puisi tercipta tanpa jeda,
__

dalam rindu ini aku berantakan, dan bisikbisik sepenuh punggung gunung,
"angin diluar jendela tak henti mengetuk" : selalu kusangka itu kau
sejenak rindu : seakan berada dalam keluasan
: Uiihh..... se-buah dunia yang lebih ajaib dari surga.
__

Sebelum berantakan,  kau harus pulang sayang....
 dengan kejut yang kau bawa serta, resapkanlah sepiku sepisau tajam, 
selejit anak panah yang menancap padamu, pulanglah pada rindu yang paling dalam

~~~~~~~~~
Sepi yang bising, dan kota yang tak seberapa luas, 
maka bangsatlah wajahmu yang memenuh segala ruang dan menghantui segala imajinasi, sepertinya kau tak dimana-mana bahkan  ku-tak perlu mengucap, juga menulis rindu, tak... 

Kerinduanmu itu menyerupai malam, gelapnya mengantarku berlari ke hulu, melintas cakrawala, hingga menembus batas petala langit, kerinduan itu menjala kenangan dan seseorang sanggup bertahan seharian di tengah hujan dengan secangkir kopi dan sekerat bolu dingin, "mungkin sebentar lagi kiamat ?, tak mengapa...!"

Puisi berantakan bak Kemudi gila, ia terjemah sendiri rindunya "ketika gerimis tumpah segala teksnyapun basah dan mecipta genangan " katanya "sehujan rinduku adalah doa yang menjelma sungai, kau boleh merakit di atasku, dan ketika rakitmu sampai di dermaga manapun, simpan saja : aku sungai yang akan menjaganya_

Dalam rindu ini mengalun teks berantakan,  ruhnya penuh bergerak bak pena yang menari di kertas , tak terhalang sedikitpun pula terhadap jenuh_  kata dan kalimat menjadi sumbu yang menjalar ke segala arah membakar segala-gala. "Rindu ini adalah kau yang bermain dan berloncatan dikepala, rindu ini adalah kau yang berjalan-jalan di pelataran taman pikiranku, yang dengannya aku mencipta ranting yang menjalar jalar dan menumbuhkan bunga dengan aneka warna

Kutulis puisi ini dengan  hati membara, sebab tak sanggup lagi rohnya menahan nyeri, Duhai engkau yang kalah dalam perang dan cinta, nyanyikan puisi dan doa-doaku. hingga roh menari  dalam Jiwa, Dalam kalbu...

Kian berantakan puisi ini sayang...,
teksnya selalu tak ilmiah, bait-baitnya  mencintaimu dengan sederhana, bahkan tampa ditanya, hasratnya adalah desau yang coba mengerang di telinga dan memori kehidupan-mu, ini gila...!! (ia menyunting sendiri esensinya, seolah kuatir bahwa "dengan berkata kau akan semakin menjauh..?", seperti angin yang mengeos ia coba saling bicara atau sekedar mengusir sepi nya, untuk tiba di mimpimu)_

Pada akhirnya : jika kau tak di sini, maka rindu ini hanyalah  kumpulan puisi yang tersesat, teksnya sungguh berantakan, ia satu-satu pergi dalam desau di setiap arah angin, sekedar untuk sebaitnya saja sampai padamu, atau terlupakan dan hilang sama sekali_
______
Sangbaco "Rindu itu Bego, ia bikinmu Berantakan"

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images