Mistik : Aru | Angngaru | Mangngaru Bugis Makassar (2)

Kamis, Februari 09, 2012

Angngaru / Mangngaru Tradisi Sakral Bugis Makassar (1) Adapun awal tradisi mangngaru pada masa kerajaan ketika bissu menegas saat peperangan, menyampaikan sumpah setia, bahkan ikut berperang,  juga mangaru dengan tujuan mengobati masyarakat yang terkena tukusiang (gatal-gatal semacam cacar) ritual ini semacam menyampaikan pesan dan doa pada dewata seuwaE untuk kesembuhan dengan cara angngaru., Orang yang melakukan Aru disebut Angngaru’ (dibaca : ang - nga - ru’) berarti bersumpah, berikrar, menyatakan kesetiaan, pangngaruE  /  yang melaksanakan angngaru adalah seseorang yang ditunjuk /orang tertentu sebagai pemegang bendera atau panji peperangan, ketika dalam peristiwa pasukan terdesak oleh lawan, maka pangngaru melakukan bate / bekas kaki yang diperjelas, lalu menancapkan bendera diatas bate tersebut, sambil tanganya mencabut Badi' /kawali (senjata khas sulawesi selatan) diiringi sumpah setia kepada pasukan dengan teriakan yang menggelegar untuk didengar oleh lawan, kawan ataupun botinglangi (penghuni langit) dengan tekad dan janji bahwa, “dirinya tak akan mundur dari bate /batas kaki yang telah menjadi penanda meski nyawa harus melayang.

mangaru sambut wakil gubernur sulawesi selatan bapak Ilham A S, pada acara Kattoboko di Balla Lompoa Kassi Kebo


Melengkapi ulasan ini kami paparkan salah satu bait pertama dalam teks  angngaru’ sbb;

Cini cini sai Karaeng
Bannang kebo ri Gowa
Tassampea ri Galesong
Lambaraka ri Tanralili
nakkatepokang ujung
Nakareppekang pangngulu,
tangnga parang pi sallang Karaeng
Nani ciniki……………….dst.

Dalam prosesi aru ini bagi Tomanurung  (sebagai penguasa awal dinasti di Sulawesi Selatan) terlaksana atau dilakukan untuk berbagai kepentingan misalnya : pengangkatan raja atau pemimpin, pernyataan setia sebelum berangkat perang atau ikrar juga harapan akan sesuatu hal misalnya menyampaikan keluh kesah atau juga memohon kesembuhan pada kerajaan langit (bhs Bugis Boting Langi), dengan bahasa yang hanya mereka /Bissu (terj : lelaki feminim) saja bisa mengerti.

Sehubungan dengan adanya distorsi dalam implementasi pengejewantahan sikap terhadap nilai-nilai budaya luhur Bugis Makassar ini yang mulai tergerus oleh gejolak zaman,  perlu usaha untuk kembali meneladani kristal jati diri lampau itu dan menumbuh-kembangkan generasi  yang  menjewantahkan  makna-makna kesetiaan  dalam sumpah syair angngaru tersebut, sehingga tetap  berpegang pada lempu, getteng adatongeng werre' dan  acca, demi  keteladanan  janji dan kesetiaan 
______
sisi lain/ bantahan atas tradisi religi : link .
kaimuddin mbck _
*Seorang yang angngaru’ haruslah berpakaian adat, mengucap teks2 syair sumpah setia dengan suara lantang, tegas dan sambil menghunus keris atau badik (bugis : kawali). Aru digolongkan sebagai salah satu jenis basa kabuyu - buyu (sastra tutur)  serta sudah dikenal etnis Bugis dan Makassar sejak jaman kerajaan, bahkan berdirinya suatu kerajaan umumnya diawali dengan pernyataan ikrar / sumpah antara rakyat yang diwakili para pemimpin kaum (Toddoka / Anrong / Anang) dengan calon pemimpin atau rajanya.

*Bissu adalah semacam kasim yang bekerja di kerajaan dengan perawakan lelaki feminim, ia teranggap resi bagi pahaman hindu pada masa awal kerajaan di sulawesi selatan, bahkan di sebuah referensi dikatakan bahwa prasyarat kerajaan dianggap hebat ketika stratifikasi kerajaan terdapat strata bissu=nya_________ 

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images