Keindahan dalam kata "Gila"

Rabu, Februari 01, 2012

Keindahan itu secara sederhana mereaksi senang, nikmat, sejuk, bahagia, dampaknya merasakan takjub, terpesona, liar, hingga merasa sinting atau gila. Karena keindahan menyebabkan gila, baiklah aku akan memulai kata demi kata demi kata yang penuh kegilaan ini, harapan penulis anda jangan ikut gila karena beberapa sejuta kata gila berikut ini. 

Orang gila menciumi tanah, berpakaian compang-camping,
 mengais makanan di tong sampah, style kehidupan yang diterima hukum dalam 
strata masyarakat yang merdeka

Keindahan dalam kata "Gila"
 
***

Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih, layar, sepatu dan dalam ruangan
* Tulisan dari menganalisa kehidupan orang gila secara detail sebabkanmu mampu bersyukur bahwa kau tidak gila sebagaimana obyek penelitianmu terhadap orang gila tersebut.

*Saya menulis puisi agar tak ikut jadi gila,
( ketika dunia dengan keadaanya yang carut-marut” dan keadaan yang sulit untuk mengungkapkan perihal tersebut, maka puisi sebuah jalur tercetusnya kritikan juga nasehat tanpa merasa terhukum, sebab puisi "kata ber simbolik, yang jika kau menggugatnya atau hendak menghukumnya maka kau mesti bersimbolik juga, atau mungkin kau hanya melawannya dengan polemik)

*menjaga untuk berbuat baik terus-menerus hingga mati, adalah kegilaan kemustahilan, sebab manusia taqdirnya membuat salah agar hukum dapat tercipta, kebaikan akan berkembang

*kalimat "aku pasti  banyak berbuat atau melakukan banyak hal" adalah kesombongan, karena manusia tersertakan dengan rasa malas, sakit, ingin santai dan tidur sebagai kemestian.

*Gila karena mencintai merupakan kewajaran yang harus diterima, sebab gila itu puncak keindahan yang me tiadakan "aku". aku adalah diri yang fana akan punah maka cintalah yang meniadakan segala egoisme bahkan menyempurnakan diri dalam kegilaan penghambaan pada yang maha indah, (by : muslim "Dialah Allah SWT, yang maha indah dan berkehenda).

Lupakan bahwa "aku    , kalimat pembuka semacam ini yang tertulis dalam kata pengantar buku kumpulan puisi Mochtar Pabottingi. Bagi ilmuwan politik Indonesia ini, puisi adalah salah satu cara bagi setiap orang untuk melepaskan impuls-impuls estetis yang mau tidak mau harus dituangkan dalam bait-bait puisi.

"Menulis merupakan kegiatan yang bukan sekadar menuangkan gagasan dalam pikiran, tapi juga keresahan dan kemarahan atas kenyataan yang ada di hadapan penulisnya. Hal itu pula yang dilakukan Mochtar yang menjadikan puisi sebagai ungkapan kontemplatif, melepaskan diri dan menjaga jarak dengan realitas hingga mampu memandangnya dengan jernih. Maka menulis puisi menjadi mutlak baginya, hal itu dibuktikan dengan diterbitkannya kumpulan puisinya yang berjudul Dalam Rimba Bayang-bayang"_Tulisan  menyalin dari : Wawancara dengan Mochtar Pabottinggi. 

Dalam sejarahnya, sastra anak sebenarnya memiliki peran yang cukup penting dalam membentuk watak seseorang yang berimbas pada cara berpikir hingga perilakunya dalam kehidupan dewasanya.

Jangan sampai kita mengalami kegalauan dan kerancuan terhadap diri kita sendiri hanya karena kita telah ”membunuh” sastra anak sebagai masa lalu kita. Tanpa gila, tanpa kemerdekaan karya dan Imajinasi anak-anak yang terpasung atau terbunuh adalah sebuah kematian prematur dari kemampuan fantasional, ide-ide, dan visi kita pada masa berikutnya; kematian inti dari sebuah kebudayaan terkungkung. "Penguasa beri hamba uang...jika tidak kebebasan saja, sebelum gila merajam ".

Memaknai Sastra Anak | rePublik Sastra 
Keindahan kata gila terbelenggu penjara kritiksasi, sensor pemerintah memenjarakan makian atas kesalahan, kapan kelumpuhan teks ini bermula?. Sejak WS Rendra dengan sajak Sebatang Lison, dan mendekam di tahanan.

Ketika dunia imajinasi kita kini hanya dipenuhi oleh materi-materi dan pragmatisme yang membuat visi kita berjangkauan sangat pendek? Kata tak lagi sebagai sebagai pemeran utama, juga sensor hukum hampir tidak menolehkan perhatian dan kebijakan pada masalah ini. Bahasa sindiran meremang "kata gila " di impic penderitaan merajalela, 

Apakah harus menunggu kenyataan di mana kita sadar bahwa sumur imajinasi kita yang dahulu tanpa dasar kini telah mendangkal oleh timbunan materi, hedonisme, dan pragmatisme? . Bukan kita yang menderita akhirnya. Tapi anak-anak kita. kata Gila demikian tak indah lagi. ia jadi literasi ketaksadaran yang memuakkan.
____
Sangbaco._ Item   : Perlawanan Sastra
Artikel esai Judul : Keindahan dalam kata "Gila" 

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images