DIALOG BAHASA DI SINGAPORE

Kamis, Maret 08, 2012

Dialog Bahasa Pembuka.(kalimat pembuka dari dialog dalam Pride and Prejudice, Jane Austin menulis:"Mr Bennet," kata istrinya kepadanya suatu hari, "Anda mendengar bahwa Netherfield Park membiarkan akhirnya?"__>Baris ini bekerja sama dengan baik di 1813, tapi kami tidak bicara seperti itu lagi. Hindari kata-kata seperti "Sayang," dan "istrinya." Hindari jangan sampai, behooves, omong kosong, omong kosong, dan sejenisnya. Gunakan bahasa saat ini. Bahkan ketika karakter akan berbicara dengan cara yang kuno, hati-hati. Kata kuno sesekali ciri, tapi pembaca penyebab terlalu banyak berpikir tentang kata-kata, bukan cerita.     
Hindari menulis dialog yang overuses nama, Contoh, "Dalam kampanye AS presiden 2008, kandidat wakil presiden Sarah Palin membuat berita dalam wawancaranya dengan Charlie Gibson untuk overusing namanya. Selama wawancara, Palin menyebut Gibson "Charlie" begitu sering sehingga ia menjadi sasaran parodi. Terlalu sering menggunakan nama berbau kecurangan, dan terlalu sering menggunakan menjadi sangat jelas dan tidak wajar dalam dialog fiktif. Jadi sementara itu baik untuk menulis, "Terima kasih, Charlie. Saya menghargai itu," Anda akan lakukan sendiri tidak berkenan untuk menulis, "Terima kasih, Charlie Saya menghargai bahwa Omong-omong,. Charlie,. Sekarang aku punya di sini , apa pendapat Anda tentang Doktrin Bush. "
    
Menulis dialog yang menghindari ekspositori mengatakanPenulis berpengalaman menggunakan dialog ekspositori untuk merangkum informasi untuk kepentingan pembaca. Informasi ini menyamar sebagai dialog antara karakter yang sudah tahu fakta-fakta.
Argumentasi Ketepatan Bahasa
Selemah apapun peran bahasa mewakili setiap keadaan, tapi segala sesuatu masih, lebih tepat di wakilkan oleh bahasa, seluruh pengguna bahasa pun menerima ini > “kebenaran“. Sisi lain sekaitan banyaknya rasa dalam peristiwa dan ternaskan oleh bahasa, maka yang terjadi  melalui “pembenaran pembenaran“ juga dengan sistim peng-idioman bahasa "arbitrer" dalam memberi simbol sebagai kata dalam peristiwa teks baru.=  maka ia tak memungkinkannya menjadi kebenarana massal atau kolektif, juga karena jumlah entri dalam idiom kata kita, sangat sedikit sehingga terus menerus menyerap kata dasar demi pengembanganya, atau dapat juga di katakan bahwa, idiom bahasa kita tidak mamadai lagi untuk mengakomodasi simbol-simbol mutakhir yang sifatnya kekinian, untuk melakukan persenyawaan dengan bahasa-bahasa visual. >mengulang bahasan < Selemah apapun peran bahasa mewakili setiap keadaan, tapi segala sesuatu masih, lebih tepat di wakilkan oleh bahasa

Dialog Metafora Bahasa
ke-kreatifan kita (para pelaku bahasa) semestinya me-prioritaskan lebih tepat pemenuhan arti dari segala keadaan yang coba kita wakilkan dari sebuah keadaan, (kesampaian maksud dengan perwakilan bahasa secara cepat dalam komunikasi), lebih lagi sebab perubahan kedepan tentang sesuatu yang telah tertulis sebagai sejarah misalnya, (atau teks telah tercetus dan menjadi bagian dari media).

Sering di besar-besarkan tentang bahasa bahwa, bahasa memiliki arti yang lebih luas daripada sekedar kata-kata, dalam beberapa kasus, tarian menyampaikan bahasa, bahkan diam juga bisa menjadi sebentuk bahasa tertentu. tapi ruang ini adalah sebuah penafsiran baru lagi sebagai pesan yang memungkinkan salah ditafsirkan, " sesuatu telah tersembul di permukaan air terhantam arus, justru di bawahnya terdapat sesuatu yang lebih besar, : sesuatu yang menguatkan keterlihatan itu dan tersimpan dibawah tanpa kelihatan sebab pedataran air.  bahasa sebab funggsinya semakin membuat ruang penafsiran yang memerlukan banyak metafora  bahasa tafsiran.resepsi sastra

Sesuatu yang termaklumkan menjadi teks bahasa, yang ditempatkan dalam konteks yang lebih luas yang tentunya melibatkan teks-teks lainnya. Ini adalah salah satu kriteria untuk mendapatkan pemahaman yang tepat, atau membebaskan dirimu dari perasaan bersalah : tafsir. tafsir-segala-pesan., sesuatu yang harus bisa kumengerti hari ini, mesti dengan terpaksa, semoga....Mengalikasikan bahasa kusebut saja "sentuh ranah rasa sedangkan "rasa", itu adalah wilayah irrasional yang jauh dari logika dan rasa yang hanya dapat dideskripsikan (diinterpretasi) secara verbal-kualitatif, (tapi mesti rumit gitu ya..),pun setelah kau lakukan itu efek bahasa tersebut tidak selamanya kekal, karena suatu hari nanti akan ada tafsiran (resepsi) berbeda dan penafsiran itu tadi dilakukan oleh audiens(pembaca) sesuai kemampuan dirinya atau gampangnya dalam bahasa singapore festival disebut " language: working together on a deal..!!"
*kaimuddin MbCk.dari catatan paling bahasa sIngapore writers festival, _yang kusebut sebagai " language functions: create a space that describes the interpretation of each event."_Liputan By Majalah Pendidikan 2011.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images