dialog sastra (3) : temu mahasiswa jurusan bahasa di kantin kampus

Senin, Maret 19, 2012

Sekelompok anak muda dengan ledak kemerdekaan, sebuah arus mengerang dipikirannya. arus hutan sastra penuh keliaran dan dengan terpaksa kita masuk kedalamnya, menemu bunga hutan, lalu memenuhi mata kita dengan warna/i  ulat bulu yang membesar bagai pelangi : mereka mahasiswa ngajak (ku) singgah.

Kronis dialog awal >Sistem pendidikan nasional ngikuti setandar internasional sedang jenis asupan ilmu sesuai dengan kebutuhan?.

Mengapa media pendidikan formal mewajibkan berbahasa inggris sedangkan untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar saja mereka masih terbata-bata dengan logat daerahnya? ok kita katakan agar kita tidak ketinggalan modernisasi, terpikirkah bahwa melupakan bahasa sendiri secara perlahan kita telah meninggalkan kebudayaan kita? lulusan sarjana yang tak bisa bahasa inggris masih dimaklumi, tapi lulusan sarjana yang tak mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar apa yang harus kita katakan?. Tampaknya bahwa bahasa pasar masih merekatkan dirinya dengan kuat atas mahasiswa/i tersebut secara umum.

Dialog Sastra (temu mahasiswa jurusan bahasa di kantin kampus) : Bukan tentang surat cinta,  rindu kekasih, atau kata asmara dan puisi romantis, bukan semua itu...tapi hal tanda adalah  PEMBEBASAN DIRI, berkata "ini dan itu", juga bukan penunjukan pretensi aksioma atau ideologi, sederhananya berhentilah merasa diri jujur. Lakukan dengan mengatakan atau menuliskan "apa adanya", kukira refleksi tersebut sebagaimana udara melahirkan embun, atau air mengamplas kehalusaan batu, jika teks itu polos dan tulus.  Ketika kita mengatakan sesuatu yang juga memang harus ada misalnya "tahi, kentut,comberan, bajingan , lonte bangsat, terkutuk, dll", segalanya adalah teks bahkan puisi, katamu "kau juga primitive”,  tak apalah haha..ha..


Sore itu "arus di kantin kampus" : Gelombang cinta dunia sedang mengintip mereka tapi kukira duniapun terlalu cantik baginya, jejak yang coba terbekas hanya berupa tawaran dengan pendekatan teks. Teks yang coba cairkan beku dalam dinding lemari es mereka, sungguh mereka baru saja mulai menata satu-satu "" garis, titik dan tanda baca", sekalimat rindu sore itu didendangkan-nya : " sebab tak ada selain ini..., selain penjara sepi yang yang menjilat-jilat, seluruhku adalah dingin, bugil bahkan persetubuh, aku terkubur sekali lagi lalu terlahir kembali sebagai kata dalam “sepi..”.

apresiasi di kantin kampus mahasiswa bahasa
Dialog Sastra (temu mahasiswa jurusan bahasa di kantin kampus) tegas "mereka segera memulainya" tulis apa yang  terlihat, dengar dan terhayati dari kondisi masyarakat sekitarnya. mereka melirik : BBM, mengintip koruptor juga memberangus macet di jembatan Maros. Tapi kenyataan menguat  pada luka sendiri juga pada keadaan yang memiskinkan mereka "dunia kekuasaan", katanya mereka yang disergap kesepian dan  membuatnya terasing dalam derap laju pembangunan yang gegap gempita.... kataku "itu sih..deita lo.., haha..ha..".

Bajingan kampus itu menengarai :KeakuanKu berkata/ interstingku saja yang mengatakan seperti ini...maaf kalau salah. "dari teks ke-Puisi sekalipun dihasilkan dari pemikiran yang dalam /kontemplasi, juga dengan beserta struktur rumusan tertentu, (melibatkan ilmu teori sastra), kadang teks-teks tertentu tersebut terasa sangat kering (atau kebetulan aku membaca puisi yang jelek ya..?, haha.....), puisi adalah sentuhan "ranah rasa", dan aspek ini  adalah  wilayah irrasional yang jauh dari logika dan rasa yang hanya dapat dideskripsikan (diinterpretasi) secara verbal-kualitatif, tapi mesti rumit gitu, itupun tidak selamanya kekal, karena suatu hari nanti akan ada tafsiran (resepsi) berbeda, and penafsiran sebelumnya yang dilakukan oleh audiens(pembaca) ber-kesesuai -an kemampuan dirinya atau gampangnya ia menelan bulat teks tersebut sesuka hatinya. *mau-ki passai pembaca-ta' ...?, kukira kau tak mengenalku..

Petang dan penjaga kantin tersenyum : "Jalang kote, roti, indomi rebus dan kopi yang sangat banyak jumlah gelasnya". buatlah prediksi-prediksi yang lebih baik, bahwa esok kita saling mentraktir, haha..ha..

temu ini berakhir dengan  apresiasi  (dari yang ditraktir) terimakasih mas.... *indahmu sangat rasional ketika : aku yang membayar 2 kopi sedang kau membelikanku 2 bungkus rokok, dari sini  tampak angin mengusik daun pisang, di goyang-goyangkan seluruh daunnya, bunyi truk yang melintasi jembatan menghentak sejenak keadaan itu, angin marah... dipaksanya truk cepat berlalu, kata jembatan, "kau menggoyangku begitu keras, aku ini salah apa ? hah..!!". hentilah mengusap kepedihan, henti pula bertanya. sederhananya kita perlu temu ulang di kantin kampus ini....wassalam ___by kaimuddin mbck.
_____________
bahan yang harus dikentalkan, ya tidak seperti kemarin ketika suara-suara denyut nadi melemah, maka fiksi ku adalah "aku memasukkan pohon, kemarau atau diriku sendiri... kedalam otakku tanpa tatakra


You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images