Pendidikan Karakter Bangsa Resolusi Nilai Ketimuran
Kamis, Mei 03, 2012
Sebuah kebudayaan dengan rumah tunggal(1), budaya yang sebelumnya mengenalkan kearifan sifat dan integritas, tapi hari ini sungguh kita meninggalkan rumah rumah kearifan lokalitas bangsa kita, yang meneladani sifat santun, semangat juang dan
moral, sebuah kristalisasi masyarakat Indonesia dalam aspek budaya, sistem, dan
ke-teladan. Kukira inilah "ketimuran itu" atau oase yang membedakan kita
dengaan bangsa lain, berikut ini sebuah tanggapan atas pola interaksi sosial dari hasil hubungan yang berkesinambungan dalam keberkembangan patron masyarakat kontemporer Indonesia.
Resolusi individu atau suatu entitas akan tampak dalam karakter, dan termanifestasi pada sikap dan perilaku dalam menyikapi permasalahan dan tantangan yang dihadapi.
Dalam bahasa Inggris character diberi arti a distinctive differentiating mark,
tanda yang membedakan secara tersendiri. Karakter adalah sifat keakuan dalam diri /ego namun bersifat rohaniah, sifat yang nampak dalam keseluruhan perilaku, yang dipengaruhi oleh bakat, atau potensi dalam diri dan
lingkungan. Karakter juga diberi makna ciri sifat sebuah daerah secara jamak/plural.
Dengan demikian pengertian karakter adalah suatu kualitas yang mantap dan khusus
(pembeda) yang terbentuk dalam kehidupan individu yang menentukan sikap
dalam mengadakan reaksi terhadap rangsangan dengan tanpa mempedulikan
situasi dan kondisi. Karakter secara harfiah adalah stempel, atau yang
tercetak, yang terbentuk dipengaruhi oleh faktor endogeen/dalam diri dan linkungan faktor exogeen/luar diri.
Perihal tercabutnya nilai karakter ketimuran, sebagai contoh rakyat Indonesia semula
dikenal bersikap ramah, memiliki hospitalitas yang tinggi, suka membantu
dan peduli terhadap lingkungan, dan sikap baik yang lain; dewasa ini
telah luntur tergerus arus global, berubah menjadi sikap yang kurang
terpuji, seperti mementingkan diri sendiri, mencaci maki pihak lain,
mencari kesalahan pihak lain, tidak bersahabat dan sebagainya.
Hal
ini mungkin saja didorong oleh keinginan untuk bersaing sebagai salah
satu kompetensi yang harus dikembangkan dalam era globalisasi. Karakter
dapat berubah akibat pengaruh lingkungan, oleh karena itu perlu usaha
membangun karakter dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal
yang menyesatkan dan menjerumuskan.
Ada ahli yang berpendapat bahwa
manusia tercipta dalam perbedaan secara individual, hal ini nampak dalam
tingkat kecerdasan, dalam kemampuan ungkapan emosional dan manifestasi
kemauan. Manusia juga dibekali oleh Tuhan dengan kemampuan untuk
membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, meski
ukuran benar-salah dan baik-buruk mengalami perkembangan sesuai dengan
pertumbuhan yang dialami oleh manusia dan tantangan zamannya.
Dengan
demikian moral dan karakter pada manusia melekat secara kodrati, namun
selalu mengalami perkembangan sesuai dengan pertumbuhan dan tantangan
yang dihadapi. Karakter membentuk ciri khas individu atau suatu entitas
suatu kualitas yang menentukan suatu individu atau entitas, sedemikian
rupa sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang membedakan dengan
individu atau entitas lain.
Pengantar Tantangan Karakter bangsa
Dewasa ini timbul kerisauan di
sebagian kalangan masyarakat terhadap perilaku manusia Indonesia yang
dinilai menyimpang dari akhlak atau karakter mulia. Mereka telah tidak
mampu lagi membedakan antara peri laku yang terhormat dan terpuji dengan
perbuatan yang hina dan tidak bermartabat.dalam bahasa sastra sering item-kan dengan "morat-marit".
Apabila hal ini berlanjut
bukan mustahil akan berkembang menjadi masyarakat anarkis atau anomi,
suatu mayarakat tanpa paugeran, yang menghalalkan segala cara, sehingga
akan berkembang suatu masyarakat yang digambarkan oleh Thomas Hobbes
dengan istilah homo homini lupus.
Mencermati kondisi yang memprihatinkan tersebut, tergerak hati dalam
masyarakat luas untuk membangun kembali karakter bangsa.
Tiada kurang
Bapak Presiden Yudhoyono dalam berbagai kesempatan menyatakan perlunya
character and nation building, dan agar kondisi masyarakat tidak
meluncur lebih buruk, maka harus segera diupayakan pembangunan kembali
karakter bangsa, rebuilding the nation
Merujuk pada gagasan dan kerisauan yang timbul dalam masyarakat
tersebut, dipandang perlu segera diselenggarakan “Restorasi Karakter
Bangsa.” Namun sebelum kita kupas bagaimana restorasi karakter bangsa
diselenggarakan, perlu difahami lebih dahulu beberapa pengertian yang
terkait dengan karakter, yakni jatidiri, nilai dan norma kehidupan.
Beberapa Pengertian Karakter sering diberi padanan kata
watak, tabiat, perangai atau akhlak
Arti Nilai kemerdekaan Pandangan Ketimuran
Mungkin sudah terlalu
banyak orang menulis & berdiskusi di segala forum tentang arti
kemerdekaan bagi Republik ini, mulai forum “kelas teri” sampai “kelas
terhormat”…..Namun sedikit orang mengerti arti sesungguhnya kemerdekaan
itu.
Ada 3 arti kemerdekaan bagi rakyat Indonesia :
1. Merdeka artinya rakyat harus terbebas dari belenggu kelaliman
2. Rakyat harus dilepaskan dari beban berat dan diberikan keringanan untuk hidup di alam merdeka.
3.
Memberi makan kepada rakyat yang kelaparan,miskin & membawa mereka
kedalam kesejahteraan.
Ketiganya belum mendapatkan tempat & dijalankan secara penuh oleh
Pemerintah & Penguasa Negeri serta “orang kaya” negeri ini,walaupun
semuanya sudah tertulis baik di kitab Undang-Undang Dasar
1945,Undang-Undang,Peraturan Menteri bahkan sampai Visi & Misi
Perusahaan-2 para konglomerat negeri ini. Kenapa?
Sebelum menjawab kenapa,mari kita lihat terlebih dahulu masing-masing 3
arti kemerdekaan tersebut.
Ke-Teladan Untuk Rakyat
Di
China (Hu Jintao) dan Singapura (Lee Kuan Yew) telah terbukti, bahwa
satu orang dapat mengubah semuanya. Hu dapat merombak sistem yang pada
saat itu rusak sedangkan Lee dapat membangun sistem yang baru dari nol.
Menanggapi perombakan kabinet barusan /sebut saja " guncangan budaya"
ni zaman kegelapan ya...?, pemerintah kita tdk berpihak pada rakyat
hanya berpihak pada koalisi partainya. demi kelanggengan kekuasaan
menjadi rakyat ya...kau hanya bisa nonton saja melihat kabinet baru kita
(ada menterinya juga ada wakilnya, aiih...), ya lebih buncit dan pasti
lebih lamban dan boros, (tambah biaya lagiiii....haha..ha..maafkan ini
pandangan masy awam..
Pengertian Masyarakat & Terkait Nilai Ketimuran
Masyarakat & rakyat dalam kehidupan sosial
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan
sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan
pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb. manusia memberi reaksi dan
melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial
dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.
A. Arti Definisi / Pengertian Masyarakat
Berikut
di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli
sosiologi dunia.
1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita
suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan
antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif
pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan
manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup
lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta
melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia
tersebut.
Pendidikan Nilai Karakter Kemasyarakatan
Orang selalu
membedakan antara perbuatan yang baik dan buruk, yang benar dan salah,
yang adil dan yang dzalim Mereka sangat peduli dengan nilai kehidupan.
Mereka mendambakan agar anggota masyarakat bersikap dan bertingkah laku
sesuai dengan nilai yang dipilihnya. Nilai adalah kualitas yang melekat
pada suatu hal ihwal, perkara atau subyek tertentu yang berakibat
dipilih atau tidaknya hal ihwal, perkara atau subyek tersebut dalam
kehidupan masyarakat. Suatu pemerintahan yang adil selalu menjadi
dambaan rakyat. Lukisan yang indah selalu diburu oleh para kolektor
lukisan.
Ketetapan nilai Karakter, maka orang yang jujur selalu dihargai oleh masyarakatnya, dan
sebagainya. Apabila nilai dapat terwujud, maka akan menimbulkan rasa
puas diri pada masyarakat, yang bemuara pada rasa tenteram, nyaman,
sejahtera dan bahagia. Sayangnya pengertian terhadap suatu nilai sering,
atau bahkan pada umumnya, belum satu faham. Suatu contoh bahwa ada yang
berpendapat bahwa nilai itu bersifat subyektif, sangat tergantung siapa
yang menyampaikannya; ada pula yang mengatakan nilai bersifat obyektif
tidak tergantung pada subyek yang mengungkapkannya. Nilai melekat secara
intrinsik tidak tergantung dari yang menggunakannya.
Di samping itu
masih terdapat perbedaan pengertian terhadap suatu nilai. Nilai adil,
misalnya, memiliki pengertian yang sangat beraneka, sehingga sering
terjadi perbedaan pendapat mengenai keadilan terhadap suatu hal ihwal
atau perkara yang satu. Suatu perkara atau hal ihwal dapat dikatakan
adil oleh pihak tertentu, secara bersamaan dikatakan tidak adil oleh
pihak lain.
Ekstraksi nilai ketimuran
Pada masyarakat masih di dambakan nilai tersebut, yang
dipergunakan sebagai perlawanan atas tergerusnya nilai kehidupan secara plural/ menyeluruh. Ekstraksi nilai ketimuran ini ukuran untuk menentukan suatu tingkah
laku manusia disebut norma. Norma adalah berasal dari bahasa Latin yang
artinya siku-siku, suatu alat untuk mengukur apakah suatu obyek tegak
lurus atau miring. Demikian pula halnya dengan norma kehidupan,
dipergunakan manusia sebagai pegangan atau ukuran dalam bersikap dan
bertindak; apakah sikap dan tingkah lakunya tidak menyimpang dari nilai
yang telah ditetapkan, dan dalam pengembagan nilai lokalitas inilah cikal bakal cakupan karakter masyarakat.
Dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dikenal berbagai norma, seperti norma agama,
norma adat, norma moral, norma hukum dan sebagainya. Masing-masing
mendukung nilai sesuai dengan bidangnya. Item Karakter, olahan Jatidiri,
Nilai dan Norma didudukkan
secara tepat dan proporsional agar tidak terjadi kerancuan dan kakacauan
dalam memanfaatkan dan menerapkannya baik dalam wacana maupun dalam
praktek kehidupan. Setiap subyek, individu, atau entitas agar dapat
diakui eksistensinya perlu memiliki karakter identitas atau ciri khusus yang
membedakan dengan subyek, individu atau entitas lain.
Identitas atau
ciri khusus yang telah mempribadi, menyatu dengan subyek, individu atau
entitas tersebut disebut jatidiri Jatidiri ini akan menampakkan wajahnya
dalam bentuk sikap dan perilaku subyek, individu atau entitas terhadap
tantangan yang terkena pada dirinya. Apabila perilaku ini telah membaku
sehingga tidak peduli pada situasi dan kondisi yang meliputinya, maka
sikap dan perilaku tersebut berkembang menjadi karakter. Dengan demikian
jatidiri suatu subyek, individu atau suatu entitas akan menampakkan
dalam karakter, yang akan termanifestasi dalam sikap dan perilaku dalam
menyikapi permasalahan dan tantangan yang dihadapi.
Revitalisasi karakter Lokal penguatan Bangsa
Kita
kenal individu yang berkarakter teguh dan konsisten, ada yang memiliki
karakter selalu berubah setiap saat, sehingga sukar sekali ditebak dan
diperhitungkan. Yang pertama sering disebut berkarakter baja, sedang
yang kedua berkarakter bunglon, atau tidak memiliki pendirian. Karakter
merupakan perpaduan antara factor intern yang terdapat dalan diri
individu dan faktor ekstern yakni lingkungan tempat individu
berhubungan. Sebagai konsekuensinya, karakter mengandung nilai-nilai
tertentu, yang biasanya bersumber dari nilai yang berkembang dalam
masyarakat tempat individu hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sebagai akibat karakter akan mengalami perubahan, sedang jatidiri pada
hakikatnya bersifat tetap.
Meskipun perkembangan karakter tidak
dibenarkan menyimpang dari nilai dasar yang menjadi ciri khas jatidiri.
Dari uraian tersebut nampak jelas bahwa setiap individu atau entitas
perlu memiliki jatidiri yang merupakan ciri khas yang membedakan dengan
individu atau entitas yang lain. Jatidiri individu atau suatu entitas
akan nampak dalam karakter individu atau entitas dimaksud. Karakter
berisi nilai-nilai terpilih yang dipegang oleh individu atau entitas
dalam menghadapi segala permasalahan. Nilai-nilai terpilih tersebut
kemudian dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku sehingga
menjadi faktor pengukur sikap dan perilaku individu atau entitas.
Solusi Karakter Dalam Restorasi Nilai
Demikian
gambaran secara singkat kaitan antara jatidiri, karakter, nilai dan
norma kehidupan. Restorasi Karakter Bangsa Setelah kita membahas
beberapa pengertian berkaitan dengan karakter, marilah kita memasuki
pokok permasalahan. Pertanyaan yang pantas diajukan dalam pembahasan di
antaranya adalah (a) apa yang dimaksud restorasi, (b) mengapa karakter
bangsa perlu direstorasi, (c) bagaimana cara mengadakan reformasi
karakter bangsa, a. Restorasi Restorasi berasal dari kata to restore,
menurut Webster’s Third New International Dictionary to restore diberi
arti to bring back or to put back into the former or original state,
atau to bring back from a state of changed condition. Jadi menurut
Webster restorasi bermakna mengembalikan pada keadaan aslinya, atau
mengembalikan dari perubahan yang terjadi.
Sangat terkenal restorasi
Meiji, yakni restorasi yang dilakukan oleh pemerintah Jepang pada akhir
abad ke XIX dalam menghadapi tantangan modernisasi yang melanda Jepang.
Jepang berusaha untuk mengadopsi modernisasi Barat, tetapi harus tetap
berdasar pada budaya asli Jepang. Terjadilah penterjemahan buku secara
besar-besaran, sehingga buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi dari
Barat diterjemahkan dalam bahasa Jepang.
Sistem nilai
yang terbawa oleh ilmu pengetahuan dan teknologi disaring dengan ketat,
harus sesuai dengan adat budaya Jepang. Sementara itu pemuda-pemuda
Jepang dikirim ke luar negeri untuk mempelajari alih teknologi iptek.
Sangat terkenal ungkapan restorasi Meiji, “makanlah makanan barat,
tetapi tetap dengan cara Jepang.” b. Restorasi Karakter Bangsa Sebelum
kita membahas restorasi karakter bangsa, perlu dipertanyakan lebih
dahulu, apakah suatu bangsa memiliki karakter. Kita telah memahami bahwa
bangsa adalah sekelompok manusia yang karena memiliki sejarah hidup
bersama, terbentuk adat budaya yang sama, kemudian mengkristal menjadi
karakter bangsa.
Otto Bauer seorang legislator dan seorang teoretikus
yang hidup pada permulaan abad 20 (1881-1934), dalam bukunya yang
berjudul Die Nationalitatenfrage und die Sozialdemokratie (1907)
menyebutkan bahwa bangsa adalah: “Eine Nation ist eine aus
Schikalgemeinschaft erwachsene Charactergemeinschaft.” Otto Bauer lebih
menitik beratkan pengertian bangsa dari sudut karakter atau perangai
yang dimiliki sekelompok manusia yang dijadikan jatidiri suatu bangsa.
Karakter ini akan tercermin pada sikap dan perilaku warga-bangsa.
Karakter ini menjadi ciri khas suatu bangsa yang membedakan dengan
bangsa yang lain, yang terbentuk berdasar pengalaman sejarah budaya
bangsa yang tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh kembangnya
bangsa. Karakter bangsa berisi nilai-ilai yang menyebabkan utuh dan
bersatunya bangsa. Nilai tersebut berkembang dari rasa peduli terhadap
bangsanya, merasa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bangsanya,
bangga terhadap bangsanya, setia dan cinta terhadap bangsanya, yang
bermuara pada siap berkorban demi bangsanya.
Foto Ust Akmal Maros : Nilai Belajar Sejak Dini Hari
Pendidikan Pembangunan karakter bangsa ?
Tidak mungkin
diselenggarakan secara sektoral, tetapi harus secara terpadu. c.
Pendekatan Restorasi Karakter Bangsa Dalam menyelenggarakan Restorasi
Karakter Bangsa perlu ditempuh tiga pendekatan sekaligus, yakni: 1)
Pendekatan kondisional Yang dimaksud dengan pendekatan kondisional
adalah menciptakan kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga mau tidak
mau orang akan berbuat atau bertingkah laku seperti yang diharapkan.
Suatu contoh yang nyata. agar manusia masuk dalam ruangan dengan satu
persatu, dibuat pintu berputar sedemikian rupa sehingga dengan setiap
putaran yang dapat masuk hanya satu orang.
Atau misalnya agar orang mau
antri dalam pembelian karcis, disiapkan jalur yang hanya cukup untuk
berdiri satu orang menuju loket pembelian karcis. Tidak perlu
dipergunakan pengeras suara dan dengan suara yang lantang meminta agar
mereka harus masuk satu persatu atau harus antri, tetapi akan
berlangsung dengan sendirinya. Sebab apabila tidak melakukannya mereka
akan menghadapi kemacetan dan akan merugikan diri sendiri. Apabila hal
yang diharapkan telah membudaya dan telah menjadi bagian dari hidupnya,
kondisi tersebut dapat dihilangi secara bertahap. Demikian pula halnya
apabila kita mengharapkan agar rakyat memiliki kesadaran yang tinggi
terhadap wawasan kebangsaan.
Konsistensi Nilai Penegakan Hukum
Hal-hal yang perlu
diusahakan misalnya: a) Menciptakan suasana tertib dan disiplin di semua
lembaga dan instansi negara dan pemerintahan, misal dengan membentuk
Dewan/Unit Kehormatan Aparat, yang diberi wewenang untuk menilai kinerja
aparat, memberikan peringatan kepada aparat, sampai pemecatan pegawai
atau anggota. Setiap pejabat dan pegawai sebelum diangkat selalu
mengangkat sumpah, perlu dinilai konsistensi pejabat dan pegawai dari
sumpah yang diucapkannya. Peraturan perundang-undangan telah disiapkan,
tinggal bagaimana penerapannya secara konsisten.
Dewan/Unit Kehormatan
Aparat harus bertindak tegas tanpa pandang bulu. b) Menyusun peraturan
perundang-undangan yang sederhana dan diselenggarakan secara konsisten.
Pelanggar peraturan ditindak tegas, dan tidak boleh panas-panas tahi
ayam. Para penegak hukum harus berani melakukannya tanpa pandang bulu.
Peraturan yang sederhan ini di antaranya, tertib lalu linbtas,
menyeberang di tempat yang telah ditentukan, kendaraan umum berhenti
ditempat yang telah ditentukan, kebersihan lingkungan dan sebagainya.
Aparat penegak peraturan perundang-undangan yang tidak mau dan tidak
dapat melakukan tugasnya, lebih baik mengundurkan diri atau dipecat.
Kembali
masalah Dewan/Unit Penegak Kehormatan Aparat sangat diperlukan di sini,
utamanya pada instansi yang menyangkut penegak hukum dan peraturan itu
sendiri. Bila perlu aparat penegak hukum dan peraturan yang melanggar,
hukumannya harus berlipat ganda. c) Melibatkan masyarakat langsung dalam
mengadakan kontrol terhadap kinerja aparat, dengan mengaktifkan peran
serta masyarakat dalam good governance. Kontrol masyarakat disalurkan
lewat cara yang terhormat dan etis, tidak dengan cara demonstrasi tanpa
kendali yang disertai merusak fasilitas umum dan sebagainya. d)
Memberikan penghargaan pada aparat dan warga masyarakat yang menunjukkan
ketertiban dan disiplin, misal bagi pengemudi kendaraan yang tidak
pernah melanggar peraturan lalu lintas diberi bonus, misal diundang oleh
Gubernur untuk santap malam bersama, atau apapun yang memberikan rasa
kebanggaan.
Pendekatan kultural Menyusun peraturan-peraturan dengan
sosialisasi secara ketat, dengan memberikan gambaran secara jelas
penghargaan dan hukuman bagi yang mematuhi dan yang melanggarnya.
Penghargaan dan hukuman ini harus dilaksanakan secara konsisten.
Pendekatan ini akan berhasil apabila peraturan-peraturan tersebut masuk
nalar, dan mungkin untuk dilaksanakan, serta diselenggarakan tanpa
pandang bulu.
Parlemen Abu-abu dan Kemerosotan Nilai Ketimuran
Dewasa ini timbul kerisauan di sebagian kalangan masyarakat terhadap perilaku manusia Indonesia yang dinilai menyimpang dari akhlak atau karakter mulia. Mereka telah tidak mampu lagi membedakan antara peri laku yang terhormat dan terpuji dengan perbuatan yang hina dan tidak bermartabat.
Sebagai akibat lebih lanjut tata hubungan masyarakat menjadi sangat rancu. Seorang pakar menggambarkannya sebagai masyarakat yang bermoral morat-marit. Apabila hal ini berlanjut bukan mustahil akan berkembang menjadi masyarakat anarkis atau anomi, suatu masyarakat tanpa pangeran, yang menghalalkan segala cara, sehingga akan berkembang suatu masyarakat yang digambarkan oleh Thomas Hobbes dengan istilah homo homini lupus.
Parlemen abu-abu gerus nilai kearifan : kadang demi koalisi partai atau demi kelanggengan kekuasaan, atau demi kebaikan buat rakyat ?, entahlah....
yang jelas bahwa menjadi rakyat ya...kau hanya bisa nonton saja, terlalu ringkas sebagai penguatan-sementara)
Dalam budaya tumbuh bersama : dalam arti pola pikir masyarakat kita pada akhir-akhir ini. lebih cenderung pada jangka pendek dan akumulasi shor-term minded ini menyuburkan kebodohan.
Sistem birokrasi busuk bukanlah rahasia lagi. Korupsi sudah terjadi di depan mata semua pihak. Bahkan manusia yang rasional pun sudah terlibat dalam sistem yang korup ini. Siapakah yang tidak memberikan dua puluh ribu kepada polisi bila melanggar rambu?
Ketegasan kesimpulan, bahwa " sisitim hukum adalah raksasa yang dapat merubah total, sebab bersamanya sebuah kekuatan, seolah berkata "kun faya kun" jadilah maka jadilah (ku punya kekuatan borokrasi, punya militer, pengadilan dll, kesemuanya untuk "semua mesti dengar dan patuh.
Sebab Keterpurukan Nilai Ketimuran
1. Pelajaran bahwa Kekuasaan Lemahkan Nilai karakter Kebangsaan
Dengan bersendi pada nilai-nilai tersebut warga bangsa tidak rela bila bangsanya dicela dan dihujat apalagi dipermalukan. Pertanyaan berikut adalah mengapa karakter bangsa Indonesia perlu direstorasi? Di depan telah dikemukakan bahwa karakter bangsa sedang mengalami kemerosotan yang akut. Hal ini dapat dilihat pada segala lapisan dan lini kahidupan bermasyarakat, bebangsa dan bernegara. Sebagai contoh dapat diberikan ilustrasi berikut:
• Sebagian anggota DPR RI tidak merasa malu untuk melakukan rekayasa kegiatan yang bernuansa politik untuk memperkaya diri, tanpa peduli terhadap kepentingan rakyat dan negara-bangsa. Produk UU yang dihasilkan bukan memihak pada rakyat, tetapi memihak pada pemesan yang memerlukan UU tersebut sebagai dasar untuk melakukan kegiatan yang dapat memberikan keuntungan.
• Pilkada hampir selalu diwarnai dengan kerusuhan yang akar masalahnya kekecewaan pribadi sebagai calon yang tidak terpilih; dengan mempergunkan segala cara berusaha untuk membatalkan hasil Pilkada. Kepentingan negara-bangsa dipinggirkan demi kepentingan pribadi.
• Korupsi masih merebak di mana-mana. Dengan berlangsungnya otonomi daerah, korupsi muncul laksana cendawan di musin hujan. Kepentingan diri lebih menonjol dari pada keselamatan negara-bangsa.
2. Nilai Integritas Mahasiswa dan Masyarakat ?
• Mahasiswa kurang mampu mengendalikan diri, sehingga terjadi demonstrasi di mana-mana disertai dengan perusakan fasilitas umum. Hal ini menurunkan martabat mahasiswa, karena peran dan fungsi mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang sesungguhnya adalah untuk memberikan anutan bagi masyarakat luas bagaimana bersikap dan bertingkah laku yang terpuji dalam hidup menegara.
• Masyarakat tidak merasa tersinggung apabila negara bangsanya dihujat, dilecehkan dan didiskreditkan. Bahkan rakyat ikut beramai-ramai untuk bertepuk tangan, seakan-akan membenarkan hal tersebut dengan beramai-ramai mencari kambing hitam dan minta untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Suatu contoh Indonesia dinilai sebagai negara yang miskin, negara yang memiliki pengangguran yang besar, kualitas sumber daya manusia rendah, negara paling korup, negara babu dan sebagainya. Tidak ada suatu dorongan untuk mencari solusi untuk mengatasi issue tersebut.
Hal ini menggambarkan melemahnya rasa dan wawasan kebangsaan. Rasa tersinggung terhadap negara-bangsanya yang dihujat dan dilecehkan oleh pihak lain sudah tidak tersisa lagi. Paparan di atas menggambarkan sebagian kecil dari keadaan dan kondisi kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara yang menunjukkan lunturnya wawasan kebangsaan pada rakyat. Apabila kita ingin menjadi negara-bangsa yang terhormat, berdaulat dan berwibawa, maka senang maupun tidak senang karakter bangsa harus dibangun kembali. Perlu segera diselenggarakan restorasi karakter bangsa dengan menyusun program-program yang nyata dan operasional, dengan melibatkan seluruh komponen bangsa.
3. Kekuasaan ? Kiamatnya Karakter Ketimuran
Benarkah rakyat belum terbebas dari belenggu kelaliman? Ya,beberapa fakta membuktikan hal tersebut :
a. Masih dijumpainya penyerobotan tanah, penggusuran, perampasan hak atas harta benda & penghilangan
nyawa di berbagai daerah di Indonesia.
b. Perlakuan hukum yang timpang antara satu Warga Negara Indonesia yang satu dengan yang lainnya.
Kelaliman para penegak hukum yang menindas & diskriminatif terhadap rakyat kecil sungguh masih
dirasakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia.
c. Keinginan berkuasa para “Pembesar” negeri ini yang tujuannya bukan untuk mensejahterakan rakyat-
nya akan tetapi untuk “mengangkangi” proyek-2 besar & mengeruk kekayaan di daerahnya.
Semuanya tidak perlu diberikan contoh kongkrit,lihat saja kasus-2 di Papua yang terus bergolak & bisa dibaca di media online & media cetak yang ada di negeri ini.
Bila memang rakyat merdeka,maka hal-hal diatas sulit terjadi atau sangat kecil sekali terjadi,namun apa yang terjadi?
4. Pendidikan Mahal di Indonesia
Rakyat Indonesia sebagian besar masih dalam keadaan hidup sulit,sangat sederhana ; Beban hidup yang menghimpit yang harus ditanggungnya ; Pelayanan Kesehatan yang sangat minim & mahal,surat keterangan miskin pun tidak mudah didapat walau betul-2 sudah miskin. Pengangguran yang semakin besar,kesulitan mencari pekerjaan,dan menanggung biaya pendidikan yang sangat mahal bagi anak-anaknya bagi yang sudah berkeluarga dan punya anak ; Sekolah gratis yang dijanjikan dari TK-SD-SMP tidak semua sekolah negeri & daerah mampu menyelenggarakan ; Wajib belajar 9 tahun yang membodohi rakyat, karena lulus SMU & Universitas pun juga belum tentu mampu bersaing di dunia kerja apalagi hanya lulus SMP?
Rakyat akan merasakan kemerdekaan bilamana beban hidup mereka terasa ringan, himpitan kesulitan hidup teratasi dengan mudah serta adanya harapan untuk diringankan penderitaan hidupnya melalui perbaikan-2 nyata yang memang diperlukan untuk kebutuhan jangka panjang, bukan sekedar bantuan uang tunai Rp.300.000 yang hanya untuk bertahan hidup sekian minggu dan selebihnya harus “puasa” .
5. Pengemis dan Tuna Wisma terbanyak di Indonesia
Jika para pemimpin negeri ini melihat pengemis di pinggir jalan apakah mereka menganggap hal itu sebagai pemandangan “biasa” saja atau sesuatu yang membuat mereka “trenyuh” dan “luar biasa” ? Karena gambaran banyaknya kemiskinan,kelaparan,tuna wisma sebenarnya bisa dijadikan satu barometer apakah negeri ini benar-benar merdeka atau belum. Di negara-negara maju memang dijumpai pengemis, tuna wisma dll,namun Indonesia sebagai negara yang merdeka & kaya raya dengan pengguna “Blackberry” nomor 2 di dunia setelah Amerika Serikat (bahkan mungkin sekarang sudah nomor 1 di dunia setelah orang Amerika Serikat lebih cinta iPhone atau Android) anehnya mempunyai jumlah pengemis & tuna wisma terbanyak ; Padahal rakyat Indonesia bukan bangsa nomaden,tetapi banyak rakyat Indonesia yang terpaksa berpindah-pindah tempat tinggal karena memang tidak mempunyai tempat tinggal alias tuna wisma.
6. Masalah Pokok : Koruptor Negara Efek Kemiskinan Rakyat
Pengemis di kota-kota besar di Indonesia sepertinya ada yang mengorganisir & Pemda tidak mampu untuk menertibkan karena sebagian besar pejabatnya juga menerima “upeti” dari “event organizer” para pengemis ; Akhirnya pengemis yang benar-benar “mengemis” karena memang sudah tidak mampu lagi bekerja & berkarya kalah dengan “pengemis profesional”…?
Rakyat yang merdeka seharusnya menikmati kehidupan yang baik,cukup sandang & pangan serta papan. kalaupun ada pengemis seharusnya memang hal itu karena “kesalahan” pada dirinya sendiri,bukan karena kesalahan negara yang memang tidak mampu memerdekakan mereka.
Negara yang merdeka dan memperhatikan rakyat (padahal negara itu ada karena adanya rakyat di suatu bangsa) akan dimuliakan dihadapan semua suku bangsa,hidup sejajar dengan bangsa-bangsa lain.
7. Indonesia kita di lecehkan Negara Lain
Namun yang terjadi di dunia Internasional adalah Indonesia sebagai negara berdaulat adalah “YA” akan tetapi sebagai negara yang dimuliakan diantara bangsa-bangsa? nanti dulu…! Lihat saja,bagaimana kita dilecehkan oleh negara Malaysia yang meng-akuisisi pulau-pulau Nusantara,oleh negara Singapura yang tidak hormat & tidak mau menanda-tangani perjanjian ekstradisi koruptor karena duit para koruptor disimpan disana,oleh negara Australia yang salah satu koran lokalnya memberitahukan kebobrokan pemerintahan Indonesia serta presiden & keluarganya yang korup & menyalah-gunakan kekuasaan,oleh negara Arab Saudi yang memancung seenaknya WNI disana.
Apalagi yang dimuliakan?
Negara yang memperhatikan rakyatnya di alam kemerdekaan dengan menjunjung tinggi arti kemerdekaan seperti diuraikan diatas akan mendapatkan kemuliaan diantara semua bangsa.
Menjawab pertanyaan kenapa diatas,maka tidak ada kata lain adalah para pemimpin negeri ini memang belum mempunyai mata hati untuk memperhatikan rakyatnya. Mereka baru pintar menulis Undang-Undang & Peraturan,tetapi belum pintar melaksanakan,karena mereka tidak mempunyai hati untuk rakyatnya,tidak ada perasaan “membuka diri” melihat kemiskinan,orang-2 yang “telanjang & kelaparan”
,mereka hanya punya hati untuk dirinya sendiri & golongannya saja.
Bagamana pendapat anda?
Re-Solusi Pendidikan Bangsa Dengan Nilai Ketimuran
~~~~~
Solusi Revitalisasi Jati diri
Kualitas yang menggambarkan
suatu karakter bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi individu
atau entitas dimaksud, yang akan selalu nampak secara konsisten dalam
sikap dan perilaku individu atau entitas dalam menghadapi setiap
permasalahan.
b. Jatidiri Jatidiri yang dalam bahasa Inggris disebut identity adalah
suatu kualitas yang menentukan suatu individu atau entitas sedemikian
rupa sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang membedakan dengan
individu atau entitas yang lain.
Kualitas yang menggambarkan suatu
jatidiri bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi individu atau
entitas dimaksud. Jatidiri merupakan pencerminan individu atau suatu
entitas yang mempribadi dalam diri individu atau entitas yang selalu
nampak dengan konsisten dalam sikap dan perilaku individu atau entitas
dalam menghadapi setiap permasalahan. Dalam mengadakan reaksi terhadap
suatu stimulus, individu tidak secara otomatis mengadakan respons
terhadap stimulus tersebut, tetapi organisme atau individu yang
bersangkutan memberikan warna bagaimana respons yang akan diambilnya.
Setiap
organisme memiliki corak yang berbeda dalam mengadakan respons terhadap
stimulus yang sama. Hal ini disebabkan oleh jatidiri yang dimiliki
setiap organisme, individu atau entitas yang bersangkutan. Sebagai
akibat suatu rangsangan yang sama dapat saja diterima oleh suatu
individu, dapat ditolak oleh individu yang lain. Meskipun diakui bahwa
perjalanan hidup suatu individu dalam menghadapi permasalahan mengalami
perkembangan dan perubahan dalam mengadakan reaksi terhadap suatu
permasalahan yang berulang, namun pada hakikatnya selalu bersendi pada
kualitas dasar yang telah mempribadi, yang menjadi jatidiri individu
dimaksud. Adanya jatidiri pada suatu individu, khususnya manusia, memang
merupakan karunia Tuhan. Suatu bukti menunjukkan bahwa setiap manusia
memiliki ciri khusus secara fisik dalam bentuk sidik jari, dan DNA .
Sehingga dianggap wajar dalam segi mental, manusia juga memiliki ciri
khusus yang membedakan manusia yang satu dengan manusia yang lain.
Dengan demikian mendudukkan manusia sesuai dengan harkat dan martabat
dengan setara, dan menghormati jatidiri manusia merupakan suatu tindakan
moral terpuji.
Dengan memiliki jatidiri dan menerapkannya secara
konsisten, seseorang tidak akan mudah terombang-ambing oleh gejolak yang
menerpanya. Ia memiliki harga diri, dan kepercayaan diri, sehingga
tidak mudah tergiur oleh rayuan yang menyesatkan. Dari uraian tersebut
jelas bahwa jatidiri sangat diperlukan bagi seseorang untuk mencapai
sukses dalam membawa dirinya. c. Nilai dan Norma Kehidupan Dalam
menjalankan hidupnya manusia tidak terlepas dari nilai dan norma yang
mewarnai kehidupannya. Sejak zaman purba manusia selalu mendambakan
keadilan, kejujuran, kesejahteraan, keberadaban dan sebagainya.
Solusi Restorasi Hukum ke Implementasi Terukur
Memberikan gambaran-gambaran yang menjanjikan; apabila wawasan
kebangsaan dengan nilai-nilainya itu dapat terlaksana dengan baik akan
mengangkat harkat dan martabat bangsa, yang bermakna juga mengangkat
harkat dan martabat dirinya. Memberikan ancaman-ancaman yang keras bagi
para pelanggarnya. 3) Pendekatan pembiasaan diri Pendekatan ketiga
adalah dengan cara membiasakan diri. Terkenal ungkapan yang mengatakan
bahwa “kebiasaan adalah alam kedua,” yang dalam bahasa Belanda disebut
“gewoonte is de tweede natuur.” Dengan melalui pendidikan ditanamkan
kebiasaan untuk bersikap dan bertingkah laku tertib, disiplin, cinta
pada alam semesta dan negara-bangsa dan sebagainya. Kalau nilai-nilai
ini telah tertanam dengan mantap dalam diri, maka akan menjadi "karakter
diri" dan akan selalu mewarnai segala tingkah lakunya.
Ekstraksi Nilai Ketimuran
Cara ini merupakan
pendekatan yang cukup efektif, meskipun ada pihak yang mengatakan,
bahwa dengan cara pembiasaan dinilai kurang menghargai harkat dan
martabat peserta didik. Disarankan agar penanaman nilai hendaknya
dilaksanakan dengan kesadaran, sehingga nilai yang tertanam dalam diri
seseorang akan tidak mudah digoyahkan karena didasarkan pemahaman yang
mengarah pada keyakinan. Demikianlah gambaran secara singkat pendekatan
yang dapat ditempuh dalam mengadakan restorasi karakter bangsa, yang
memerlukan langkah secara konkrit lebih lanjut. Hal ini memerlukan
dukungan dari seluruh lapisan masyarakat kalau memang kita semua
memandang bahwa karakter bangsa perlu direstorasi. Sedang yang lebih
utama adalah political will dari pemerintah; tanpa political will
pemerintah maka akan menghadapi hambatan dalam merestorasi karakter
bangsa.
~~~~~~~
CATATAN KAKI | kebudayaan dengan rumah tunggal(1)
Menurut Soerjono Soekanto alam
masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :
1. Berangotakan minimal dua orang.
2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia
baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar
anggota masyarakat.
4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta
keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
C. Ciri / Kriteria Masyarakat Yang Baik
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar
sekumpolan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat.
1. Ada sistem tindakan utama.
2. Saling setia pada sistem tindakan utama.
3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
4. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran /
reproduksi manusia_ Referensi : Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia.
_____
Adaptasi | Editor sangbaco.web.id
Judul | Pendidikan Karakter Bangsa Resolusi Nilai Ketimuran
0 comments