Belajar Sastra | Apresiasi puisi

Minggu, Mei 06, 2012

Apresiasi puisi, ulasan pembelajaran untuk menetapkan perbedaan antara  puisi dan bukan puisi, benar teras kurang memuaskan, malah mungkin bisa dikatakan tidak akan pernah memuaskan semua pihak; tapi penguatan metodologi pembelajaran sastra sarat memperhatikan ketercapai estetika sehingga peserta didik menguatkan unsur kriteria pembacaan puisi misalnya. namun bagaimanapun usaha itu perlu dilakukan. simak pembelajaran apresiasi puisi berikut semoga memeroleh manfaat.

Teori Pengantar Apresiasi Sastra
Baiklah kita mulai dengan coba memberikan metafora pengertian pelangi adalah :  busur spektrum besar yang terjadi karena pembiasan cahaya matahari oleh butir-butir air. Ketika cahaya matahari melewati butiran air, ia membias seperti ketika melalui prisma kaca. Jadi di dalam tetesan air, kita sudah mendapatkan warna yang berbeda memanjang dari satu sisi ke sisi tetesan air lainnya. Beberapa dari cahaya berwarna ini kemudian dipantulkan dari sisi yang jauh pada tetesan air, kembali dan keluar lagi dari tetesan air.

Berbicara puisi, mungkin tak ada ujungnya. atau janganjangan puisi adalah sesosok makhluk yang mutlak harus ada, sebagai bagian dari kehidupan itu sendiri. Ia hadir dan meyelinap dalam pikiran manusia, memilih manusia-manusia yang cocok untuk menuliskan dirinya......../Jalan kepenulisan itu memilih pelakunya sendiri.”
"Puisi adalah serangkaian pertanyaan yg tidak berhasrat memburu jawaban" ,Hasan Aspahani
“Puisi telah memilihku menjadi celah sunyi di antara baris-barisnya yang terang, dimintanya aku tetap redup dan remang.” (Joko Pinurbo) .Apapun definisinya, puisi yang baik selayaknya menyajikan makna yang bisa dinikmati pembacanya. Agar rangkaian makna tersebut bisa diserap ...di tafsirkan.

ilustrasi ekspresi baca puisi
Belajaran Membaca Tanda Baca
Bentuk dalam puisi dapat saja ditulis dengan tanpa huruf kapital yang menunjukkan awal kalimat juga tanpa tanda titik sebagai akhir kalimat, juga tanda baca yang lain, hal tersebut bukanlah sebuah kesalahan sebab di dalam puisi terdapat kebebasan atau yang lazim kita sebut sebagai Licency Poetica dan hal tersebut merupakan sebuah seni dan kreatifitas tersendiri yang mampu membebaskan pembaca untuk menaruh tanda baca ataupun memenggal kalimat demi menggali makna dari daya apresiasinya masing-masing.(sebagaimana dalam catatan apresiasi puisi 1sebelumnya) pun secara tipografi dapat saja sebagai keinginan pemadatan , dan juga dalam simbol-simbol yang di gunakan misalnya tanda baca (: , "..", dan ...../titik yg panjang

Untuk mempermudah mendapatkan makna mari kita mulai dengan proses awal dalam apresiasi yaitu memparafasekan puisi tersebut dengan pemenggalan sesuai kemampuan , ya.. saya juga akan memparafrasekan menurut kebodohan saya. , haha..ha...apalagi yah.jika tak kukatakan demikian ?

Pentas Apresiasi naskah patung kekasih sanggar turi Maros
Mengembalikan tradisi sastra pada ‘kekuatan teks’ jelas menjadi cita-cita kita bersama,(ke-pede-an ya.?) Tapi, dalam situasi seperti sekarang, diera ‘pasar bebas sastra’ kita memang tidak cukup mengandalkan begitu saja pada ‘kekuatan teks’. Perlu ada ‘politik sastra’, weiiittsss..... yang lebih sehat dan lebih berorientasi pada teks, agar karya-karya sastra menjadi unggul, dan dengan ini "dunia membacamu", atau teksmu ikut menjadi bagian penting dalam sejarah perkembangan sastra Indonesia, haha,,,ha,,,< harapan ya ?)
 
Contoh Apresiasi puisi 2
digunakan untuk mewakili hal fenomenal perasaan, yang biasanya memotret sebuah emosi pada suatu ketika atau kusebut "Sekali saja cinta pertama itu ", haha...peristiwa. Masih dengan kebebasan berkata, dalam puisi " Sekali Saja"
_______________


Sekali saja cinta pertama itu, 

mengenang ketelanjangan kata hingga bersetubuh dengan bahasa hutan,
kita benar-benar belantara sayang…

Sekali saja cinta pertama itu  
Dan sorot mata kita terbelalak tanpa pernah kedip 



ketika itu, jerit jerit kita terindahkan pada runyam pemintalan
pada ruang  gelap dan belukar, penuh dengkur juga geliat,
sayang…, kita benar tulus dan masih perawan

sayang...
ingatlah hari itu : detak  waktu tak bergerak.
___________

Dalam Puisi " Sekali Saja "
            
*halusinasi menandai : " izinkan aku memelukmu sekali saja "
Bentuk puisi umumnya padat dan eksplosif. Bentuk karya sastra ini paling sering digunakan untuk mewakili hal fenomenal perasaan, yang biasanya memotret sebuah emosi pada suatu ketika atau peristiwa.

" mengenang ketelanjangan kata hingga bersetubuh dengan bahasa hutan"

kendatipun :
Pemaknaan puisi era kontemporer telah berubah, seiring dengan perubahan manusia yang tak lagi ingin dikekang oleh bait/baris maupun rima yang membelenggu kebebasan mereka dalam merangkai kata tersebut.Sebagaimana ungkapan berikut

kita benar-benar belantara sayang…sekali saja cinta pertama itu  
Dan sorot mata kita terbelalak tanpa pernah kedip

Makna secara implisit berkaitan dengan intepretasi, latar belakang (yang mungkin ditemukan), simbol dan perlambang yang menyertai makna di belakang puisi tersebut. Assosiasi (pertautan) dan imajinasi terkadang berperan besar dalam mengungkap makna.
 ............
kita benar tulus dan masih perawan
sayang...
ingatlah hari itu : detak  waktu tak bergerak
__________________ 
DAFTAR PUSTAKA

~Wellek, Rene dan Austin Wereen. 1985. Teori Kesastraan, Terjemahan. Jakarta: Gramedia.
~ http://www.sangbaco.web.id/
__________________________
kaimuddin mbck. Pembelajaran Apresiasi Sastra 2

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images