Resepsi Sastra | Puisi Bernapas Dalam Air

Senin, Juli 04, 2011

"Menjadi berbeda itu aneh, tapi mereka memaksa benar karena seragam ?. Sesuatu tumbuh dalam pencitraan, maka yang lain jangan tumbuh, kalau pun tumbuh harus di bonsai, sebab hidup haya satu golongan saja dengan pula satu kepetingan ". by : Apresiasi Panggung Pesimisme Di tengah Kekuatan Hidup Sistim Polarisasi"


Resepsi berarti penelitian tentang penerimaan atau penikmatan karya sastra secara singkat/  dapat disebut sebagai aliran yang meneliti teks sastra dengan bertitik tolak pada pembaca yang memberi reaksi atau tanggapan/Menurut Junus (1985:1), resepsi sastra dimaksudkan bagaimana 'pembaca' memberikan makna terbadap karya sastra yang dibacanya, tentu tak serupa bernapas dalam air walau tampak keindahan warna-warni karang dan ikan.

BAHASA sebagai kreasi unik dengan pancaran makna yang mempunyai sifat dasar "rentan", serta mengalami ambigu bahkan residu; santai ji apalagi "basa indonesayya","bayarki pajatta", (penyebutan umum di kota dan kampungku), ya rumusan (sintaksisnya bersifat "lunak",(aglutinatif pula), tidak baku  seperti bahasa Inggris kah, tapi bagaimana dengan puisi yang ruangnya lebih bebas kritis ?, bahkan puisi sudah tidak jelas pengertiannya ?_kubilang saja, "menulislah...dengan demikian kau telah mengarsipkan sebuah peristiwa.


Resepsi Sastra | Puisi Bernapas Dalam Air
"Bernapaslah dalam air untuk tetap bisa hidup, persoalannya hanyalah karena kamu bukan atau tak mau menjadi ikan ?"_(Ketika kata adalah ruang linguistik, ia dapat menjadi resepsi : interpretasi, negoisasi, oposisi, bahkan gugatan membunuh.)

Sisi lain dari bahasa ada yang bilang, ini haya "persoalan kata", tetapi istilah baru harus lahir, katanya dalam kalimat hiperbolik, "jelek harga motornya karena sudah antik", (maksudnya mahal, sebuah komunitas motor antik di kampungku, sering dengungkan ini) haha..ha...ada ada saja...

Maka resepsi puisi adalah olahan teori pendekatan teks yang mementingkan pendapat pembaca dari sebuah karya sastra, seperti tanggapan umum yang sering berubah-ubah dalam kurun waktu tertentu. Jadi dalam menilai, mengintrepretasi, dan mengevaluasi sebuah karya sastra berasal dari pikiran dari pembaca. Pendekatan ini berfokus pada analisis tekstual lingkup untuk "negosiasi" dan "oposisi" pada bagian dari pembaca. Ini berarti bahwa teks ""-baik itu buku, film, atau karya kreatif lainnya-tidak hanya pasif diterima oleh pembaca, tapi bahwa pembaca / pemirsa menafsirkan makna teks berdasarkan latar belakang budaya individu dan pengalaman hidup, sebab apresiasi sedikit lebih sulit dipahami "bagai bernapas dalam air". Namun pada dasarnya, makna teks tidak melekat dalam teks itu sendiri, tapi dibuat dalam hubungan antara teks dan pembaca.

Baca : Puisi Bernapas dalam Air : Demikianlah teks sastra dengan bertitik tolak pada pembaca atas reaksi atau tanggapan-nya terhadap teks, maka resepsi puisi ?, melihat keaadaan seolah dalam laut dengan segala pemandangan yang tampak mata. "Pembaca selaku pemberi makna bebas memberi variabel menurut ruang, waktu dan golongan sosial budaya. atau menurut pengertian masing-masing. Menurut perumusan teori ini, dalam memberikan sambutan terhadap sesuatu karya puisi sastra, pembaca diarahkan kesebuah  harapan dalam  interpretasi pendekatan apresiasi untuk masyarakat penikmat.Metode dan penerapannya dapat dirumuskan ke dalam penelitian sastra secara eksperimental, resepsi lewat kritik sastra dan intertekstualitas


Resepsi puisi, dilihat dari kesesuaian penyair dalam berbahasa, terdapat penyesuaian  dengan logika-berbahasa atau tidak. bahkan Sutardji CB sekalipun, seorang penyair, karya-karyanya "nyeleneh"secara kebahasaan, tapi...,ia tidak terlepas dari dasar kebahasaan yang kuat. sebab Sutardji lahir di Riau yang (konon) merupakan asal-muasal bahasa Indonesia, haha..ha..."berhitung tentang dasar kebahasaan yang kuat", tapi anda bukan sutarji kan...

Arifin mengakui, untuk media online terkadang "sengaja" memakai bahasa pasar karena menambah kuat makna berita dalam kata yang disajikan. Apalagi, sampai saat ini tidak ada panduan bahasa bagi media dalam jaringan itu*.

Kausalitas timbangan resepsi Puisi, sebab puisi kompleks pada setiap lariknya mempunyai makna yang dapat ditafsirkan secara denotatif atau pun konotatif. nilai inspiratif dalam perwakilan makna yang tersirat juga (kadang/ lebih sering , haha..ha..?) lahir dari ungkapan batin seorang penyair..,ke-abstrak tapi membentuk bayangan khayalan bagi pembaca. disinilah peran cipta beri ruang premis pada pembaca /resepsi puisi.

Resepsi "Tong sampah habitat puisi-ku"
ku berdiri disini pada hari ketika hujan sangat deras,Aku tong sampah, tubuhku penuh air, ya.. kau tak perlu iba, kelak kaupun mengenal hujan deras itu sebagai tanda ....., sebagai kasih yang purba. Dan tong sampah akan simpan segala-mu. juga segala tangismu.Puisi cinta dalam tong sampah, jangan biarkan keluyuran, dan ketika anda menemukannya sedang tercecer tanpa risau sama sekali, simpanlah di tempat sampah minimal ia, tak kesasar lagi, karena tong sampah bagi puisi-puisiku juga membuatnya bertemu dengan ke-akuan habitatnya. (Link terkait : Sastra | Puisi Cinta dalam Tong Sampah)

Resepsi Terselubung /Ilokusi
Seorang teman kita sedang membuat novel yang berhubungan dengan linguistik. Kalian bisa membacanya di http://morninghours.wordpress.com/. 

 Berikut ini adalah ringkasan yang kami kutip dari blog tersebut. Novel yang saya buat ini berkisah tentang seorang Profesor Linguistik bernama Drina Hutabarat. Dia memiliki kemampuan tersembunyi untuk mendengar suara-suara terselubung ketika mendengar manusia di sekelilingnya menyatakan sesuatu. Suara-suara terselubung inilah yang disebut “Suara-Suara Ilokusi.” 

 Kalau kalian belajar linguistik, mungkin kalian tahu bahwa ilokusi adalah sesuatu yang ingin disampaikan oleh manusia saat mengucapkan tuturan nyata (lokusi)-nya. Ilokusi tidak selalu sama dengan lokusi. Kadang manusia menyatakan sesuatu, tapi niatannya untuk menyatakan itu berbeda sama sekali dengan tuturannya. 

Drina dapat mendengar suara-suara ilokusi ini sejak kecil, tapi setelah dia dewasa, mempelajari ilmu linguistik, dan membuatnya jadi berpikiran sedikit positif terhadap suara-suara ilokusi itu, kemampuannya jadi mulai menghilang. Suatu hari, Drina yang sudah hidup tenang pada usia 63 tahun, menerima permintaan seorang anak perempuan bernama Karmina untuk membaca suara-suara ilokusi yang mungkin dapat didengar dari surat bunuh diri yang ditulis oleh kakeknya. 

Permintaan ini awalnya ditolak oleh Drina karena ia tidak ingin mendengar suara-suara ilokusi lagi. Selain itu Drina pun tidak yakin kalau suara ilokusi dapat diketahui dari bentuk tuturan yang berupa tulisan. Akan tetapi, ada sesuatu dari surat bunuh diri tersebut yang sangat ingin ia selidiki hingga ia pun rela untuk berusaha kembali mendengar suara-suara ilokusi yang sudah lama tidak ia dengar.
________
Kampus Maros STKIP Bahasa Indonesia
Ket : catatan ini tdk valid. maka seolah saja apresiasi sastra bernapas dalam air *diskusi , juga bahwa referensi acak kumpulan bahasa yang tumpuk di meja diskusi kantin sastra, dan sepertinya bahasa pasar serta, memengaruhi diskusi juga Media di tivi, ya petakan saja ini catatan ". Maafkan.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images