Puisi | Gila ? "Hujan Tak Reda Di Luar Jendela"
Minggu, Januari 22, 2012
Puisi hujan adalah hitungan waktu yang memudar. Hal nyata dari persekutuan sunyi dan rasa sakit, ehm.. hujan mengabarkan sebuah halaman lembab penuh bunga yang hampir kau lupakan juga tentang jalan setapak yang ditumbuhi ilalang". yah... hujan masih jutaan bahasa langit dan betapa seluruhnya hanya sepi yang tertinggal dari kremasi rindu. TAPI seseorang dari jarak jendela dan hujan berusaha menutup jalan untuk air matanya. Ini gila ?, hujan tak reda di luar jendela.
Puisi Hujan Tak Reda Di Luar Jendela
Hujan tak reda
sementara....
malam kian pucat, dan tak seuntai senyum-pun
juga pesan
Di luar jendela ini,
tik-tik hujan kian..... menggarami luka-luka kerinduan
ya....., hujan tak reda di luar jendela,
menyadarkan
: akan kesendirian juga kehilangan..
Apresiasi Gila atas Hujan tak reda di luar Jendela
Aku tulis2 saja ya..,
Hujan di luar jendela seolah gila, lembabnya menangguhkan segala..juga mekanisme kegiatan yang harus stagnan, hujan hampir melumpuhkan. fakta (by LSIPP) Di China mei-agst bah sungai yantse merendam 2000 rumah dan mengungsikan 2 jutaan org. tanpa makan juga listrik, partai komunis kehilangan muka pd rakyat, tak mampu beri bantuan. ini derita dan kau tak perlu lesu..keluh....
Dan kelumpuhan paling ringan adalah memiliki beberapa potong baju "tak kering-kering", juga sepatu kulit pada giliran antrian, tak terpakai benar lembab musim hujan ini, ( sebab seharian hujan, pakaian tak kering dan kesempatan yang tertunda sangat terkait dengan urat-urat cemas, diotakku aku membanting-banting hujan di luar jendela itu, rencana-rencana spontan kaki dan tangan demikian beku, segala sesuatu tak tersampaikan : Nyawa tak terkecuali dilemahkannya, uh....
Hujan itu, perihal proses pemiskinan yang menyatakan bahwa jaringan proses pemiskinan itu bukanlah seperti benang kusut, melainkan justru merupakan rajutan benang yang sedemikian rapi-nya sehingga beberapa orang hanya melihat jalan teror untuk mencoba dengan terpaksa meraih keindahan ke-sembrautan tersebut, sebuah upaya cerdas ke pendapat tentang,"sesuatu itu juga eksperiman harus di selesaikan dengan sedikit kegilaan"
Apresiasi atas peristiwa "Hujan" kadang diperspektif dalam melihat persoalan kehidupan. Semisal suara-suara yang selama ini
terpinggirkan atau tersubordinasikan dan di-anonimkan dengan "hujan"> oleh Kaimuddin mbck.
Bahasa Hujan tak redah di luar Jendela, teks ini kubayangkan berada jauh di luar diriku, mungkin pada dirimu juga demikian, apalagi jarak jauh itu dijaga dan dilindungi dengan seksama oleh pikiran sendiri, Hujan tak reda di luar Jendela bisa saja merusak akidah-mu, ketika kau melupakan bahwa itu berkah dan kau mengantarainya dengan sumpah serapah, Hujan kebelet juga terjadi dan pada dunia berita tak terkecuali, juga pada ilmu pengetahuan yang sangat sibuk membicarakan banjir, tubuh yang hanyut, jembatan patah. Ah...mengapa, Hujan tak reda di luar Jendela ?.
Hujan tak redah di luar jendela,
menyadarkan
: akan kesendirian juga kehilangan..
*hujan tak reda di luar jendela" aku marah pada tik-tik-tikmu yang bising itu, lihatlah sesuatu terjadi diluar jendela , seseorang berpayung dan menuju pintu rumah....upss, tak kau kenali, tapi ia ..seseorang mengusap airmatanya untuk tiba di pintumu. Se-demikian itulah hujan di luar jendela menjadi peristiwa dan tanpa mengerti kau harus tetap mencintai hujan : tak tahu cara lainnya.....(terkait.catatan : se-kata dari pinggir sungai.
*hujan tak reda di luar jendela. Titik-titiknya menampar kaca jendela, tengok keluar, aku cemburu pada bunga yang di hamburi gerimis, ia tetap bergerak riang seakan menemukan kekasihnya, seolah dentum cinta yang tak henti menghantam sejuk dan menghujamkan airmata kasihnya ke penjuru semesta, TAPI hujan pada bunga mengeras-kan aku di setiap aksara uh..mengeraskan orang-orang yang berlarian menghindari titik-titik nya. Kita hujan riang atau hujan duka ?.
*Kebanyakan hujan adalah bayangan rindu, desau deru bersama angin dan gelombang, hujan tak reda di luar jendela mulai terasa
beku, atau entah dengan jiwa yang mana..?,
fenomena hujan selalu
garis-garis
gerilya tak seluruhnya bisa diceritakan, tanpa
hujan pun aku mencintaimu, ya ..kecuali karena aku memang mencintaimu, cinta itu lebih badai dari hujan, sedang hujan musim gugurpun adalah tebaran hadiah yang jatuh satu-satu di berandamu, sekira saja kau kau mengangguk.."ya..."
_______
kaimuddin mbck , sebab puisi hujan " tik-tik-tiknya tak redah di luar jendela
kaimuddin mbck , sebab puisi hujan " tik-tik-tiknya tak redah di luar jendela
catan lain (dalam metafor itu terdapat rumus keindahan, baca di : seni itu jenius dan tidak mesti indah
0 comments